The First Love

27.6K 3.3K 349
                                    




Cinta pertama?

Jujur saja, Kang Haneul.

Dulu sekali. Percikan itu dirasakan Kim Taehyung sewaktu ia menginjak tahun pertama di sekolah menengah atas.

Hasil persahabatan selama tujuh tahun. Diawali dari rencana matang tentang perjodohan antar perusahaan dalam rangka mempererat tali kekeluargaan. Dan ia menerimanya dengan senang hati.


Tiga bulan nyaris beranjak ke-empat. Kim Taehyung selalu merasakan debaran menyenangkan tiap kali ia menggenggam erat tangan gadis itu. Suara tawanya yang lembut seperti alunan lagu pengantar tidur. Juga senyumannya yang selalu terpatri lembut sekali. Tipikal gadis berkelas yang manis, dengan polah centil yang membuat Taehyung terpesona setiap harinya.


Kang Haneul.

Nama itu sendiri masih membekas dalam benak hingga sekarang.





Ciuman pertama terjadi di akhir tahun. Penghujung bulan Desember, sebelum malam tahun baru.

Taman kota, diiringi kepingan salju yang turun membalut kota Seoul bagai selimut beludru putih menjadi pilihan pertama. Kepulan asap nafas menjadi teman keduanya. Berakhir sia-sia di antara tautan bibir yang melebur hangat. Menyatu dalam diam, diselingi tawa kecil manis khas anak remaja dimabuk cinta.

Kim Taehyung suka.

Sayang Haneul.

Sayang sekali hingga rasanya sakit.


Berakhir di tahun kedua.

Cinta pertama Kim Taehyung, kandas begitu mengetahui bahwa Haneul justru lebih menyukai senior satu tahun lebih tua. Dan sering bermain di belakang. Curang.


Dan bersamaan dengan perasaan yang ia kubur dalam diam, Kim Taehyung menutup hati.






















.
.
.
.
.
.
.

"Yah, dan itu semua cerita lama."

Kim Taehyung semakin mengeratkan pelukan di sekeliling pinggang Jungkook. Menarik pria itu semakin rapat, menenggelamkan hidung di antara perpotongan leher sembari meneguk aromanya dalam-dalam.

Manis sekali.

Hangat.

Taehyung suka.

"Dan tujuanmu bercerita padaku tengah malam pukulー" Jungkook melirik sekilas ke arah nakas, "Tiga pagi, adalah?"

"Aku tidak mau menyimpan rahasia apapun dari istriku."

"Yah, dan membangunkanku tengah malam adalah ide yang bagus."

"Tidak bisa ditahan, chagi." Taehyung merajuk. Mengecup lehernya pelan sekali, "Aku bermimpi tentangmu. Sial. Bahkan dalam mimpi aku masih memikirkanmu."

"Mulut manis."

"Aku berkata jujur, sayang."

"Sudah terbiasa dengan memanggil tidak dengan -ssaem?"

"Hum, bagaimana ya," satu kecupan final dibubuhkan pada selangka sebelum ia menarik wajah. Beralih berhadapan dengan Jungkook yang menatapnya dengan kelopak mengatup nyaris tertutup, "Rasanya tetap aneh."

"Tapi aku suka."

"Aku tau."

"Darimana kau tau?"

"Hanya tau."

Ia mengendikkan bahu, sebelum mengusakkan hidung keduanya. Bergelung erat, semakin menyamankan diri di balik selimut. Mengabaikan sayupan angin yang terselip melalui jendela yang sengaja ditinggalkan terbuka. Menyapu hening di antara keduanya.

Dan Jungkook berdehum. Semakin menyamankan diri, tenggelam dalam rengkuhan Kim Taehyung. Menyerap seluruh hangat raganya, meneguk rakus afeksinya. Membiarkan gelinyar nyaman itu semakin merambati tubuhnya ketika satu telapak tangan itu terselip di balik baju untuk mengusap permukaan perutnya secara hati-hati.

"Aku ingin bisa merasakannya."

"Dia sedang tidur."

"Bangunkan."

"Mana bisa begitu?"

"Bisa." Gumamnya, seraya membubuhkan satu kecupan manis pada bibir Jungkook, "Harus bisa. Dan kau tau, chagi?"



Dibalas Jungkook dengan gumaman. Kedua matanya mulai mengatup lelah. Kelopaknya terasa begitu berat. Pun, elusan halus di pucuk kepalanya kian tak membantu.

Bau tubuh Kim Taehyung, hangat tubuhnya, sentuhannya yang halus bagaikan kupu-kupu; selalu membuatnya terbuai dalam lingkup kenyamanan.

Juga, perasaan menyenangkan ketika kedua kaki mereka bertautan. Saling membelit, mencari kehangatan. Semakin merapatkan tubuh keduanya. Dan tawa kecil bernada malas menjadi pengiring di kelamnya malam, ketika Kim Taehyung semakin menghujani permukaan bibirnya dengan puluhan kecupan halus lainnya.


"Kim," Jungkook tertawa. Dengan lemas menahan bibir Taehyung dari menyentuh miliknya lagi, "Stopー"

"Tidak bisa." Taehyung merajuk. Merengut di balik telapak halus Jungkook,  "Bibirmu manis sekali, chagi."

"Tapi aku mau tidur!"

"Maka tidurlah yang nyenyak, sayang."

"Tidak bisa kalau kau terus menciumku!"

"Harus bisa."


Jungkook menggeleng. Kedua alisnya menekuk, namun tetap menolak membuka mata. Membuat Taehyung terkekeh gemas; melihat betapa manisnya seorang pria tua seperti Kim Jungkook ketika mengantuk.

Manis.

Cantik.

"Kau lucu."

Jungkook hanya menggumam malas. Tanpa berniat sedikit pun, beralih memunggungi Kim Taehyung yang hanya mendecak, disertai sunggingan senyum geli ketika ia balik menyelipkan kedua lengan di sekeliling pinggang.

"Hei,"

"Hm."

"Hadap sini, chagi."

"Tidak."

"Kenapa?"

"Nanti kau menciumku lagi."

"Dan kenapa kau mー"

"Kumohon, Taehyung. Tidurlah. Besok kau ada kelas pagi, 'kan?"


Well, benar sih.

Maka Kim Taehyung memilih mengalah. Mengecup pucuk surai kelam Jungkook hati-hati. Sebelum kembali merengkuhnya semakin erat.

Merapatkan tubuh keduanya. Membiarkan diri menyesap aroma manis Jungkook melalui ciuman manis pada tengkuk. Dimana kedua tangannya bertautan rapi di balik kaus yang dikenakan Jungkook. Tepat di permukaan perut; dimana kehidupan kecil keduanya, tengah terlelap dari gemerlap dunia.






Jeon Jungkook mungkin bukan cinta pertama.

Tapi ia jelas merupakan sosok yang ia inginkan untuk bersama sepanjang hidup, mulai detik ini hingga seterusnya.

.
.
.

***

Selamat tidur♡

P/s : the very last time ah, gue mau konfrontasi secara pribadi orang yang niru ff gue.
Terakhir kali gue lakuin, malah gue yang di caci maki lewat instastory doi. Mentang2 orangnya gak gue follow wkwk

((Sayangnya saksi dimana2 boz))

Yak, bagi yang menemukan, terima kasih sudah melaporkan via dm. Tapi, maaf, gue gak mau repot2 turun tangan lg ya bos q :>

Met malem!

Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang