best part;

16.3K 1.2K 185
                                    






#HappyJKday

;

Kim Taejung memiliki sepasang mata bulat selayaknya anak rusa. Netranya sekelam jelaga—seolah memeluk ribuan bintang yang berpendar dalam lautan semesta. Percis seperti Jungkook, Kim Taejung juga mewarisi sepasang pipi bulat penuh, dengan rona merah muda selayaknya buah persik yang ranum.

Jungkook mencintainya. Sangat. Dengung yang ia bisikkan, dibiarkan terlantun manis dengan telunjuknya yang kemudian menyisir sepanjang lekuk tulang pipi. Bibirnya menyungging senyum kecil, seraya dibawa pikirannya pelan-pelan menghitung. Satu, dua, tiga,—satu per satu, menyusuri sepanjang baris bulu matanya yang lentik.

Percis Kim Taehyung, Jungkook ingin mendengus. Konyol.

Dan betapa ia pula tidak menyangkal. Sebab Kim Taejung juga mewarisi sifat manja posesif namun manis dari sang ayah—sumpah, Jungkook masih geli membayangkan, bahwa bundelan kecil yang tengah meringkuk nyaman di balik selimut ini adalah buah cintanya dengan laki-laki yang selalu ia gadang sebagai bocah priyayi dengan embel-embel biadab. Senjata makan tuan.

Maka, sama seperti Kim Taehyung; Kim Taejung pula, mewarisi satu kelopak mata ganda, juga cengiran kotak yang membuatnya terlihat lebih cerah dari matahari, ketika ia tersenyum. Sama seperti Kim Taehyung, Taejung memiliki deretan gigi yang rapi, juga sangat menyukai buah stroberi.


Mungkin ini senja yang kesekian. Dan mungkin, Jungkook pula sudah mulai hilang hitungan. Kala jemarinya perlahan menelusuri lingkar logam yang bersarang sunyi di jari manis, dan digoda oleh hangat ciuman lembayung.


Dan mungkin, Jungkook memang sudah hilang hitungan pula. Bahwasanya, sejak kapan dirinya mulai terbiasa? Untuk secangkir teh hangat berisikan tetesan madu juga percikan lemon yang suam-suam kuku berada dalam genggaman. Untuk senandung love, love, love yang samar dalam ruangan.

"Memikirkan apa, chagi?"

Teruntuk aroma musk kuat yang menggelitik penghidu, kala mendapati sepasang lengan melingkar pada perut. Sebuah dagu bersandar pada bahu. Dan hembusan lembut pada tengkuk, kala ujung hidung tajam menyapu pipi.

Jungkook tahu, tanpa perlu melirik. Sebab kulit kecokelatan itu terlampau familiar ketika bersanding kontras dengan miliknya.

"Tuhanku, kau membuatku kaget!"

"Hehe, surprise?"

"Berapa kali kubilang, Tae? Aku tidak suka dibuat kaget!" Gerutunya selepas satu helaan nafas lega; sementara pemuda itu hanya mengulas cengiran—dibalas sebuah kerlingan malas oleh Jungkook yang bersambut sebuah ciuman yang dicuri dari pipi sebelah kiri,

"Jangan cemberut, chagi? Rasanya susah."

"Apanya yang susah?"

"Bibirmu lucu sekali kalau merengut begitu! Curang, kalau begini, aku kan jadi sangat ingin cium!" Sungutnya, "Tapi kalau berani cium, pasti kau akan tambah marah, ya? Bisa lebih gawat lagi!"

Lagi, Jungkook mengernyit, "Gawat dalam artian—?"

"Ini malam natal, chagi."

Taehyung menghela. Pelukannya semakin erat, dengan telapak yang lantas balas mengelus permukaan perutnya yang kini lebih berisi—sesuatu yang membuat Jungkook selalu merasa rendah diri; sebab pasca mengandung dan melahirkan Taejung, ia merasa tubuhnya tidak lagi cantik. Kim Taehyung mungkin menyadarinya sedikit terlambat waktu itu, sebab Jungkook berkali-kali menolak untuk disentuh, beberapa bulan setelahnya.

Namun Kim Taehyung; Godbless, Kim Taehyung, selalu berhasil membuatnya kembali sadar bahwa ia dicintai. Pemuda itu menciumi sepanjang lekuk permukaan perut, sepanjang luka melintang yang kini menyisa jaringan parut, juga pada tiap gurat halus sewarna kulit yang membuatnya cemberut tiap kali berlenggak-lenggok di depan cermin. Kim Taehyung mencium semuanya. Tanpa menyisa sebatas celah. Tanpa lupa berkata bahwa Jungkook tetaplah Jungkook yang masih sama cantik, dan Taehyung selalu mencintainya.


Latch ㅡvkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang