Angin malam menerpa wajah seorang perempuan yang tengah mengemudikan kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan sedang. Wajahnya terlihat lesu dan matanya yang sendu mudah sekali di tebak jika perempuan ini sedang bersedih. Ia tersenyum miris dan membelokkan stirnya ke kanan tepatnya memasuki daerah komplek rumahnya.
Sekarang sudah pukul tujuh lewat empatpuluh lima menit itu artinya Indi hampir satu jam setengah untuk pulang ke rumahnya disebabkan macet tadi. Setelah tiba tepat di depan pagar rumahnya, seorang satpam yang menjaga rumahnya itu segera membuka pagar hitam menjulang tinggi iitu. Indi tersenyum kala satpam itu menyapanya dengan ramah.
Indi mematikan mesin mobilnya saat mobil sudah terparkir dengan rapi. Ia keluar dari mobil lalu melangkahkan kakinya memasuki rumah. Membuka rumah dan mendapati pembantu rumah tangganya sedang menyiapkan makan malam.
"Malam, Bi.'' sapa Indi tersenyum sambil menaruh tasnya di sofa.
"Malam, Non." balas Pembantu itu. "Ini ada makanan yang saya siapkan Nona, ayo di makan."
Indi mengangguk. "Oke Bi, aku mau siap-siap dulu."
"Loh kemana Non?" tanya Pembantu itu bingung.
"Aku mau jalan sama Gilang Bi ke rumahnya Sandi." Jelas Indi.
"Jadi makanannya?"
"Aku makan kok Bi, tenang aja. Mungkin Gilang juga ikut makan ntar lagi dia dateng."
Pembantu itu mengangguk paham. "Baik Non."
Indi menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua dengan langkah cepat karena ia tidak mau membiarkan Gilang menunggu lama jika lelaki itu sudah datang. Setelah sampainya di kamar Indi langsung membuka pakaiannya dan mengambil handuk yang tergantung di samping kamar mandinya. Tidak butuh waktu lama Indi sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk satu lagi terbungkus di kepalanya.
Indi membuka lemari lalu memilih baju apa yang akan ia pakai malam ini untuk berpergian ke rumah Sandi. Tapi pergerakan tangannya terhenti saat mendengar suara pembantunya mengetuk pintu kamarnya.
"Ya Bi? Masuk aja." sahut Indi dari dalam.
Pembantu itu pun masuk dengan sopan. "Itu ada Mas Gilangnya dah datang Non, saya langsung suruh makan apa gimana?"
"Langsung suruh makan aja Bi, biar aku nanti nyusul habis make baju. Bilang bentar aja kok," balas Indi.
"Baik Non." Usai itu, pembantu itu pun keluar sambil menutup pintu dengan rapat.
Indi kembali lagi memilih baju. Pilihannya terjatuh pada kaus polis berwarna putih dan celana jeans biru dan mengambil jaket jeans senada dengan warna celananya itu. Indi tersenyum kala ia melihat pantulan dirinya di cermin.
Setelah selesai memakai baju dan wajahnya sudah di rias senatural mungkin agar tidak terlihat berlebihan. Indi mengambil slingbagnya yang tergantung di belakang pintu. Perempuan itu mengambil ponsel yang ia charger dan mengambil dompet yang berada di tasnya jika berpergian ke rumah sakit. Setelah selesai, Indi bergegas turun ke lantai satu.
"Lama amat lu Ndi," kata Gilang kesal.
"Maaf kalik." Indi terkekeh.
"Nggak aey, candaan aja gua."
"Hm. Ayo makan dulu."
"Oke!"
Indi melangkahkan kakinya menuju dapur untuk makan malam bersama Gilang. Gilang sudah lebih dahulu berlari, sekarang cowok itu sudah duduk dan mengambil nasi serta laukpauk yang sudah tersedia. Gilang terkekeh saat Indi menggeleng-gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
RomanceSequel Infasilran. Semenjak kepindahan Faga yang memilih untuk kuliah di Belanda untuk menggapai cita-cita nya sebagai Dokter mempelajari ilmu lebih dalam lagi. Awalnya Indi sangat setuju dengan pilihan Faga, karena itu adalah bahagia Faga bahagia I...