Semuanya panik.
Panik mendengar ujaran dari lawan bicara Faga melalui telepon. Yakni Rachel yang sedang mengancam Faga agar cowok itu datang ke tempat yang katanya 'biasa' mereka datangi bersama.
Kepala Faga kembali sakit mendengar berita yang sangat membuat dirinya tidak bisa mengontrol perasaan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan dirinya saja masih lemas tidak berdaya. Berdiri saja tidak bisa, apalagi untuk pergi menyelamatkan Indi?
Faga memejamkan matanya sejenak, agar pusing yang melanda di kepalanya itu segera hilang.
"Come on, gue harus kuat." Faga bergumam pada dirinya sendiri.
Faga melihat Ibu mertuanya sedang menangis di pelukan Mamanya sendiri. Raga dan Ragi sibuk dengan ponselnya untuk melacak keberaadan Adiknya. Apalagi Rizal dan Arkan yang sekarang keluar bersama untuk mencari bantuan kepada temannya yang tinggal di Belanda. Joshua, Derik, dan juga Gara menyusul Gilang berada.
Faga bergeming beberapa menit, seperti mempertimbangkan sesuatu, entah apa itu. Kemudian, Faga turun dari brankarnya, mencoba untuk berdiri dengan baik.
"Nak, kamu mau kemana?" tanya Rani dengan mata sendunya.
Tanpa melihat Rani, Faga menjawab sembari membuka infus yang berada di tangan kanannya dengan sedikir ringisan karena merasa pedih saat membuka. "Mau ke Indi."
Faga dengan pusing yang melanda, cowok itu berlari membuka pintu dengan kecepatan yang tidak terkendali.
"Faga! Kamu belum sehat!"
Fania berteriak dari kamar inapnya, Faga mendengarkan teriakan dari Mamanya, tapi ia hiraukan begitu saja.
Ia tetap berlari tidak perduli banyak sepasang mata yang menatapnya dengan heran, dan juga para suster dan dokter yang ia lintasi menegur dirinya pergi kemana.
Cowok itu telah sampai di depan lift, dan untungnya lift terbuka dan tidak ada orang di dalamnya, langsung saja Faga masuk dengan tidak sabaran menekan-nekan tombol lobby secara kasar.
Saat kedua pintu itu tertutup secara otomatis, Faga memegangi kepalanya yang sangat pusing. Ia harus kuat demi meyelamatkan Istrinya.
Dan, ini saatnya yang dikatakan Rachel pada dirinya mengenai Indi. Faga ingin keluar dari zona berbahaya yang dimulai dari Rachel sendiri, Faga ingin keluar dari permainan tidak ada gunanya.
Tujuan utamanya hanya satu saat ini. Menyelamatkan wanita yang sangat ia sayangi.
••••
Gilang mengendarai dengan kecepatan diatas rata-rata mengejar mobil sport di depannya yang mengemudi sama dengan dirinya. Gilang dengan perasaan yang campur aduk menguasai dirinya sendiri.
Ia melihat Indi diseret dengan dua pria berbadan kekar dengan satu perempuan yang berjalan angkuh di depannya. Dan, Gilang jelas tahu siapa perempuan itu. Perempuan yang berusaha masuk ke dalam hubungan rumah tangga Faga dan Indi.
Kecepatan motornya ia lebih kencangkan lagi, banyak kendaraan yang berlalu-lalang di sekitarnya. Sudah lebih tigapuluh menit ia berkendara mengikuti mobil sport itu. Mungkin mobil itu menyadari bahwa Gilang mengikutinya.
Mobil sport itu menuju kawasan perumahan yang sudah tidak layak untuk di pakai. Gilang berhenti tidak jauh dari mobil yang ia ikuti, ia sedang serius menatap Indi yang baru saja keluar dari mobil dengan di seret paksa.
Gilang merogoh saku celananya mengambil ponsel lalu mencari kontak bernama Joshua. Ia menelpon kemudian belum sempat Joshua menjawab panggilan itu, Gilang menggelengkan kepalanya.
"Nggak dah. Gua kaga mau bikin orang bahaya. Cukup gua aja yang bahaya." kata Gilang kepada dirinya sendiri.
Gilang turun dari motornya kemudian berjalan menunduk dengan pelan. Rumah itu berwarna putih tetapi dilihat sama siapapun rumah itu tidak layak di sebut sebagai tempat tinggal. Kumuh, berlumut dan tentu saja di terasnya terdapat sofa-sofa yang sudah tidak terpakai dan di kerumuni oleh debu dan sarang laba-laba.
Gilang menundukkan badannya saat seorang pria keluar untuk pergi mengangkat telfonnya. Ia mengintip dari celah tembok yang sudah bolong itu, ia melihat bahwa Rachel dan satu bodyguardnya itu masuk ke dalam mobil meninggalkan Indi sendirian.
Saat ia melihat bahwa mobil itu sudah hilang dari kawasan rumah, Gilang tentu saja langsung masuk ke dalam rumah itu. Gilang terbatuk karena debu yang sangat banyak.
Yang ia dapati saat pertama kali masuk adalah keadaan rumah yang tidak terlalu terang yang di bantu lampu temaram dari lampu yang tergeletak di ujung sudut rumah. Gilang mengambil ponselnya lalu menyalakan flash untuk meneranginya jalan.
"Ndi?" Gilang memanggil pelan.
Gilang memeriksa satu persatu ruangan yang ada di lantai dasar rumah ini. Kemudia ia menaiki tangga dengan cepat lalu kembali membuka ruangan. Langkahnya terhenti saat ia mendengar suara tangis pelan.
Gilang berbalik, memasuki ruangan yang berada di pojok kanan. Ia menggenggam gagang pintu lalu membukanya pelan. Ia menyenteri langsung kepada seseorang yang sedang duduk lemas sembari menangis.
"Ndi?" Gilang mengusap lembut pipi Indi.
"Hey, bangun. Gua ada disini."
Indi membuka matanya kemudian membelalakkan matanya lebar lalu memeluk Gilang erat.
"Lang. Gu-a ... hiks, takut." ujar Indi sendu. "Bawa gu-AAAAAA! GILANG!"
Suara pistol terdengar nyaring.
Gilang tersentak, wajahnya perlahan memucat. Ia tetap memeluk Indi tetapi Indi melepaskan pelukan itu. Gilang meraba perut di sebelah kanannya dan merasakan cairan kental disana. Ia melihat tangan kanannya sendiri menampakkan darah segar yang begitu banyak.
Gilang melihat Indi yang sedang menangis kemudian ia tertawa pelan.
"Ssst... Im okay."
"GILANGGG!"
Disaat itu juga Gilang jatuh terbaring tidak berdaya. Teriakkan Indi begitu nyaring di iringi dengan tangisan yang memilukkan hati.
••••
Hai, gimana part aku kembali ke dunia orange ini lagi?
Ngeselin karena aku gantung atau senang karena aku back? 😂
oke, see you guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
RomanceSequel Infasilran. Semenjak kepindahan Faga yang memilih untuk kuliah di Belanda untuk menggapai cita-cita nya sebagai Dokter mempelajari ilmu lebih dalam lagi. Awalnya Indi sangat setuju dengan pilihan Faga, karena itu adalah bahagia Faga bahagia I...