17. Takut

27.5K 2.2K 90
                                    

Ini sudah hari ke empat Faga berada di Indonesia. Hari ini adalah hari Senin, dan Istri nya itu akan pergi ke Rumah Sakit tidak terlalu jauh dari perkotaan. Faga yang baru saja datang habis ber-olahraga memutar sekeliling komplek langsung mendaptkan makanan di meja makan.

Ia tersenyum lebar kala melihat Indi yang sudah siap dengan baju khas seorang Dokter. Memang ia hanya Dokter magang saja, tapi ia di perkenankan memakai jas Dokter itu. Indi terlihat canti saat memakai celana hitam panjang dan baju putih lengan panjang nya itu, lalu rambut nya diikat menjadi satu. Meninggalkan poni yang lucu.

"Udah pulang?" tanya Indi menaruh tas dan jas nya di kursi.

"Udah, capek. Tapi tadi malem nggak capek kok," balas Faga mengelap keringat nya, lalu tersenyum jahil.

Indi terkekeh dengan pipi merona. "Kamu mandi dulu sana."

"Sip, Dokter!"

Faga telah berlalu di hadapan Indi, ia menyendokkan nasi ke piring Faga lalu mencampurkan lauk pauk yang telah ia bikin pagi ini. Menaruh juga kepada piringnya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering saat mengetahui ia itu adalah Kepala Direktur yang ia ketahui bernama Ridwan di Rumah Sakit ia magang. Mengerutkan dahi dalam, buat apa Kepala Direktur menelpon dirinya? lebih baik ia angkat saja.

"Selamat pagi, Pak." Sapa Indi.

"Selamat Pagi juga nak Indi," balas Pak Ridwan.

"Ada apa menelpon saya kalau boleh tau?"

"Oh iya, saya ingin kamu meng-operasikan seorang anak kecil yang terkena tumor otak di bagian kanan."

Indi terkejut. Tentu saja ia terkejut, ia akan mengoperasi anak kecil yang terkena tumor otak. Ia sangat tidak tega melihat anak kecil itu terbaring tidak berdaya. Dirinya yang memilih di Ahli Bedah Saraf pun harus ia jalani.

Selama ini ia hanya menjadi Asisten Dokter saja saat beroperasi. Tapi, kini, dirinya yang mengambil alih semua.

"Halo?"

"I-iya Pak, maaf. Baik, saya akan pergi ke Rumah Sakit sebentar lagi." Ujar Indi sopan.

"Saya tunggu, operasi nya akan berjalan dalam tiga jam kedepan."

"Baik Pak."

Setelah itu Indi melihat ke arah tangga memastikan Faga telah turun apa tidak. Ia pun berinisiatif untuk menyusul ke kamar mereka berdua. Menaiki tangga lalu sesampainya di kamar, perempuan itu tidak mengetuk terlebih dahulu. Karena kebiasaan itu adalah kamarnya, jadi ia langsung masuk saja tanpa meminta ijin.

"Kamu lama banget sih mandi nya?" tanya Indi saat melihat Faga baru saja keluar dari kamar mandi.

Faga mengacak rambut nya yang basah, baru saja ia keluar sudah mendapati omelan. Ia mencari baju yang pas di lemari. Menoleh sekilas kearah Indi yang menyilangkan tangam di dada mengamati dirinya.

"Nggak lama, kamu aja yang lebay." cibir Faga.

"Ish," Indi memutar bola matanya malas.

Faga kini telah siap dengan kemeja nya yang berwarna merah maroon dan celana hitam panjangnya. Lalu setelah itu, ia menyemprotkan parfum di badan nya.

Kening Indi mengerut dalam. "Kamu mau kemana make kemeja gituan?"

"Nganter kamu lah Sayang."

"Harus banget make kemeja?" tanya Indi lagi.

"Harus, kan aku mau ikut kamu dalam Rumah Sakit juga. Siapa tau nambah ilmu, kan beda Belanda sama Indonesia." Jawab Faga mengedipkan mata nya sebelah.

Menggandeng tangan Indi untuk turun ke bawah. Kedua nya terlihah keren dengan pakaian tidak terlalu formal itu, walaupun Indi yang memang wajib memakai pakaian seperti itu. Tapi, Faga malah ikut-ikutan.

Sesampainya di lantai bawah, keduanya kini sarapan dengan perbincangan ringan. Setelah selesai makan, Indi menyimpun piring kotor mereka berdua lalu menaruhnya di wastaffel. Biar saja IRT nya yang mencuci, jika dirinya yang membersihkan piring itu, bisa-bisa baju nya menjadi basah bukan?

"Yuk," ajak Indi mengambil tas dan jasnya.

Faga mengambil kunci mobil yang berada di atas meja ruang tamu lalu ikut keluar menyusul Indi. Indi juga tidak lupa mengunci rumah nya.

Perlahan mobil Faga bergerak meninggalkan halaman rumah nya, kendaraan beroda empat itu melaju dengan kecepatan sedang. Mereka telah keluar dari area komplek menuju perkotaan.

"Ga, aku takut." Kata Indi tiba-tiba.

Faga menoleh sekilas, "takut kenapa?"

"Aku nanti mau operasi anak kecil kata Pak Ridwan. Tadi dia nelpon aku pas kamu mandi, " ujar Indi.

Faga tersenyum tipis ia memegang tangan Indi. "Aku yakin kamu pasti bisa ngejalanin operasi itu. Kamu Indi yang bisa apa aja yang selama ini aku kenal."

Indi menoleh pada Faga, lalu ia tersenyum sambil mengangguk.

Semoga aku bisa ya Tuhan, kata Indi dalam hati.

---

hehew.

kangen aku,

apa 😁

kangen ldr?

follow ig aku
@ngelamnds ✅

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang