35. Die

16.6K 2K 783
                                    

Mobil Ambulans itu langsung melaju menuju rumah sakit yang dituju, dengan sirene  berbunyi nyaring sehingga mobil-mobil yang satu jalur itu menepi, mempersilakan mobil besar itu untuk lewat.

Seorang korban tadi sudah lemas tak berdaya, yang sekarang ini berada diatas brankar dengan selang oksigen di hidungnya.

Darah dari kepalanya dan sekujur tubuhnya yang terluka itu terus keluar, mengalir dengan deras sehingga para perawat yang berada didalam mobil dengan hati-hati menyelamatkan Faga.

Tidak lupa juga dua kantung darah tergantung diatas sana.

"Please fast, patient is very critical." kata Perawat itu.

Supir yang membawa mobil itu mengangguk paham. "I will try."

Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di rumah sakit besar itu--yang tempatnya sama juga Faga bekerja sebagai Dokter magang disana. Kedua pintu mobil Ambulans itu terbuka, kemudian brankar yang awalnya rendah kini menjadi tinggi.

Banyak perawat yang menunggu kedatangan sang korban. Bahkan sang Direktur rumah sakitpun ikut turun tangan untuk melihat keadaan Faga. Ia cukup terkejut mendengar bahwa korban kecelakaan adalah Fagarandy Januar. Itu sebabnya ia repot-repot untuk melihat sendiri dan dia ingin menyelamatkan Faga dengan tangannya sendiri.

"Quickly push him, and run as fast as possible to the Emergency Room." ujar Dokter Sean. "Be careful pushing him, he is our important patient. Doctor Fagarandy." lanjutnya.

Brankar itu sudah di dorong dengan cepat menuju ruangan Instalasi Gawat Darurat, entah mengapa Dokter Sean malah diam membisu tidak berbalik badan menuju ruangan itu tersebut.

Dokter Sean menarik napasnya dengan dalam lalu membuangnya denga  pelan.

"Let's save the man, Sean." Dokter Sean bergumam penuh keyakinan kepada dirinya sendiri.

----

"One, two, three!" 

Alat untuk membantu menaikkan detak jantung tadi sudah tidak berfungsi lagi. Dengan air keringat yang bercucuran di pelipis mereka, tidak ada kata menyerah dalam kamus para Dokter. Pasien itu nomor satu dimata mereka, yakinlah mereka pasti akan berusaha sebaik mungkin.

"Once again, go!."  ujar Dokter Sean.

Memberi gel pada alat itu lalu menaruh di dada bidang Faga yang kini sudah tidak berdetak lagi.

Drssst!

Badan Faga terangkat naik kemudian turun kembali. Tidak ada tanda-tanda bahwa terlihat disebuah tv kecil itu menunjukkan grafic detak jantung Faga terdeteksi.

Hanya yang terlihat adalah garis panjang yang sudah tidak naik turun lagi.

Dokter Sean menggelengkan kepalanya. "Sorry everyone. We did not get that handsome Doctor. I have done my best to save him. But what is its strength, God prefers Faga."

Beberapa orang yang berada didalam ruangan operasi itu menghembuskan napasnya berat. Dengan berat hati mereka membersihkan dan menyabut alat-alat yang berada diatas tubuh Faga.

Wajah yang dulunya cerah dan tegas itu kini telah menjadi pucat, bibir yang dulu merah kini menjadi putih.

Setelah semuanya selesai, para Dokterpun keluar dari ruang operasi dan meninggalkan Faga sendiri.

----

Pintu rumah sakit perlahan terbuka menunjukkan orang-orang yang kini telah berlarian menuju ruangan yang mereka tujukan.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang