Hari ini, tepatnya pada pukul sebelas malam di Belanda Faga sedang menelpon dengan seseorang yang berada di Indonesia. Faga membetulkan posisi tengkurapnya yang masih fokus dengan laptop yang berada di hadapannya.
"Bener gue, nggak bohong."
"Awas lo ya." Ancam Faga sambil terkekeh geli ketika Sandi menceritakan semuanya. Awalnya Faga sempat terkejut mendengarnya, masa orang mati bisa hidup kembali? Emang dasarnya Sandi sedikit bego ia menelpon Faga langsung to the point.
Sandk berkata: Joshua hidup kembali!
Bagaimana tidak? Faga langsung terbelalak mendengarnya. Lalu Sandi menceritakan dari awal mula ia melihat Joshua, Joshua menceritakan bahwa bukan dirinya lah yang meninggal pada saat itu, melainkan itu adalah Jashuan- kembarannya menjadi korban pada saat tawuran kala mereka masih sekolah menengah pertama.
Sandi tertawa diseberang sana. "Iya-iya, buru dah lo kesini. Betah amat di Negara orang."
"Iya Papa."
"Dih, kambing lo."
Faga tertawa sedikit keras, jari-jarinya sedang menari kesana kemari untuk mengetik huruf yang ada di keyboard laptopnya itu.
"Iya deh yang bentar lagi jadi Papa. Kalau Filda lahiran gue pulang ke Indo."
"Beneran lo?"
"Ya iya beneran, orang gue lusa mau liburan, pulang, kangen Istri bro."
"WANJER!? BENERAN GA? HALOOO, GARA TAMPAN DISI- apa-apaan sih lu Gar!? Diem bisa ngga- Selow mas bro! Ga! Apa kabar lo? Cariin gue bule ya!"
Awalnya kuping Faga cukup kesakitan mendengar suara Gara yang tiba-tiba berteriak. Pasalnya, dirinya kini tengah memakai earphone yang melekat di kedua telinga.
Kening Faga berlipat-lipat. "Ribut bener, kasih Sandi hapenya gue masih mau ngomong sama Sandi."
"Yaelah! Kaga kangen apa lo sama gue?" tanya Gara percaya diri.
"Nggak." Faga mendengus.
"Kecewa aku! Kecewa!" Gara berucap dramatis disana, Faga lagi-lagi tertawa buatnya.
"Udah ah! Jauh-jauh lo sono, temenin bini gue san- bangsat iya-iya. I'M COMING FILDA SAYAN- HEH! BINI GUE!"
"Astaga," gumam Faga menggelengkan kepalanya.
Deadline kali ini membuat Faga semakin mengantuk, apalagi perdebatan antara Sandi dan Gara membuat Faga lagi-lagi antara kesal dan senang. Senang karena bisa bercanda tawa, kesal karena mereka berdua yang berisik.
"Ga,"
"Hm."
"Denger-denger dari Indi, lo ada temen cewek ya?"
Mata Faga yang awalnya tertutup kini terbuka. "Iya, kenapa?"
"Ng- nggak."
Ada nada keraguan dibalik bicara Sandi, seperti menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa San?"
"Enggak pa-pa."
Menghembuskan napas berat Faga kembali mengerjakan tugasnya, masih sama, masih menelpon dengan Sandi.
"Lucu lo."
"Lucu?" tanya Sandi.
"Iya. Lucu." jawab Faga terkekeh.
"Lucu apanya?" Sandi semakin gregetan, memangnya apa yang lucu?
"Lucu lo, ditanya kenapa dijawab nggak apa-apa, orang tuh dijawab Karena bukan nggak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
RomanceSequel Infasilran. Semenjak kepindahan Faga yang memilih untuk kuliah di Belanda untuk menggapai cita-cita nya sebagai Dokter mempelajari ilmu lebih dalam lagi. Awalnya Indi sangat setuju dengan pilihan Faga, karena itu adalah bahagia Faga bahagia I...