06. Pulang

33.4K 2.7K 270
                                    

"Awas, sampe rumah sini anak gue nggak ada lecet sekalipun."

Indi mendengus. "Iya, bawel lo."

"Yaudah cepetan! Lo udah di mana sih?" tanya Raga di seberang sana dengan nada cemas.

"Yaelah, gue bukan penculik yang mau nyulik anak lo Bang. Nih udah masuk komplek." Indi melirik Inka yang tertidur di sebelahnya.

"Anak lo juga tidur, kecapean mungkin dia." Ujar Indi.

"Yaudah jangan di bangunin, nanti sampe rumah gue gendong."

Astaga, Raga sangat sensitif sekali ketika menyangkut Inka walaupun Inka di bawah pengawasan Indi. Padahal Indi adalah adik kandung nya sendiri, tetapi tidak bisa dipungkiri juga jika naluri sebagai seorang ayah yang berasal dari daging nya sendiri pasti cemas.

Kadang Raga sangat tidak suka ketika anak nya merajuk karena di ganggu oleh orang lain, siap-siap saja orang yang mengganggu Inka dapat menerima konsekuensi nya mendengar kata-kata pedas Raga. Jika Raga tidak bisa menahan emosi, bisa di pastikan ia akan beradu jotos.

Karena Raga hanya mempunyai Inka. Istri nya telah meninggal beberapa bulan yang lalu karena Kanker Otak. Sewaktu itu operasi di jalani dan Raga setuju untuk keselamatan Istri nya, tetapi tuhan berkehendak lain, Istri nya telah di ambil oleh Tuhan.

Disitulah Raga menjadi seorang sensitif, kata-kata yang dulu nya sering bercanda kini berubah menjadi sangat kasar bisa menyebabkan orang yang mendengarnya sakit hati. Indi memahami kakak pertama nya itu.

"Siap. Udah ya, bye."

Sambungan terputus, Indi melirik Inka yang tertidur pulas. Ia tidak tega membohongi Inka terus menerus mengatakan bahwa Mama nya itu sedang pergi ke Luar Negeri untuk mengurus pekerjaan. Tapi nyatanya tidak, Mama nya pergi ke tempat jauh yang indah dan tidak bisa Inka pergi ke sana.

Sulit sekali berbohong kepada orang yang kita sayangi.

• • • •

Sekarang, tepatnya pada siang ini pukul dua, mereka; Faga, Joshua, Derik, Gara, dan Sandi sedang berada di kafe milik Sandi. Faga belum pulang ke rumah karena ingin memberi kejutan kepada Indi.

"Ga, lo nggak mau pulang?" tanya Sandi di sela-sela makan nya.

Faga yang awalnya berbicara dengan Joshua kini menoleh sekilas ke arah Sandi lalu mengedikkan bahu. "Nanti aja, bikin kejutan."

"Tuh cewek cakep juga Ga." Gara melihat jelas seorang perempuan yang baru saja keluar dari toilet sambil menelpon seseorang.

Faga terkekeh. "Lo mau? Ambil gih,"

"Kagak. Gue setia sama 'beb' Putri." Gara sengaja menekan kata beb sembari melihat Joshua yang tengah memainkan handphone.

Bagaimana tidak? Satu jam lalu Putri datang dengan Filda sempat berkumpul juga dengan mereka. Putri tak berniat memindahkan pandangan nya dari ciptaan tuhan yang sangat ganteng itu, siapa lagi kalau bukan Joshua.

Gara tak henti-henti nya menyinggung Putri.

"Woi. Mata sia slow aja."

"Ekhem!"

"Najis, anying, nih cowok sok cakep, cakepan gua dimana-mana." Sewaktu itu ia bergumam tapi masih terdengar jelas di telinga Sandi karena mereka berdua duduk bersebelahan.

"Hai Ga." Sapa Rachel.

Perempuan itu baru sampai lalu mengambil tas nya dan juga kopernya tersenyum kepada mereka semua.

"Hai, udah?" tanya Faga.

Rachel mengangguk, "Sudah. Oh iya, aku sudah di jemput oleh suruhan Papa aku untuk menginap di hotel, bagaimana denganmu? Mau ikut atau tidak?"

"Nggak usah, aku pulang ke rumah." Balas Faga tersenyum.

"Benarkah? Kalau begitu aku tinggal saja di rumahmu."

"Ya, kapan-kapan."

Sandi melirik Faga yang menjawab semua pertanyaan Rachel dengan santai.

"Kapan-kapan? Maksudmu?" tanya Rachel.

Faga menghembuskan napas kasar. "Aku sudah mempunyai Istri, Rachel."

Sangat jelas wajah perempuan dari luar Negeri itu sangat terkejut mendengarnya.

"Kau sudah mempunyai seorang Istri?"

Faga mengangguk. "Ya."

Diam-diam Sandi menahan tawa nya, di dalam pikiran Sandi.

Nih cewek suka sama Faga? Dih, muka jelek aja, tapi cakep dikit sih. Cakepan Filda sama Indi kalik. Syok amat denger Faga udah punya Istri.

Sadar akan terkejutnya perempuan itu berdehem menetralkan rasa kaget nya. Jantung nya berpacu begitu cepa seakan ia baru saja lari beberapa kilometer. Mata nya memanas.

"Oh begitu, yasudah aku pergi, sampai jumpa semua." Selesai mengatakan nya, Rachel langsung berbalik meninggalkan kafe Sandi dengan langkah kaki yang cepat.

Joshua mengernyit. "Cepat amat jalan nya?"

"Karena ada lo!" Balas Gara kesal.

Kening Joshua bertambah kerut. "Kok karena gua?"

"Lo liatin dia mulu sih, risi dia jadinya." Balas Gara lagi mencari alasan, padahal nyatanya tidak. Tadi, sewaktu Rachel dengan Faga berbicara dirinya sedang bermain handphone tetapi baru saja ia mendongak melihat Rachel pergi dengan langkah yang cepat.

"Masa?" tanya Joshua.

"Iya anjir,"

"Siapa tanya?"

Gara mendengus melirik Joshua sinis, lalu ia meminum air es yang dibawakan oleh karyawan Sandi tadi.

Sandi dan Faga menahan tawa dengan bibir berkedut mendengar aksi Gara dan Joshua. Gara dengan bodohnya membalas perkataan Joshua. Padalah, ia sering berkata sama seperti yang di ucapkan Joshua lalu membuat orang kesal pada akhirnya.

Dan, Gara mengenai karma karena sering menjaili orang-orang dengan pertanyaan itu.

Mati lo Joshua kampret, batin Gara kesal.

---

uh oh, Rachelku~
w

kwk, aku mau Rachel tetep adaaa, nggak tau kenapa😂. Ada pencairnya kan? Ada Gara dan Joshua yang berdebat. Haha.

selamat sabtu malam yang enggak jalan, hehe.

btw follow dong Instagram aku: @angeel.ell.

oke gitu aja, maaf telat update sibuk jalan wkwk, see you♥

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang