"Woi."
Gilang terkekeh dengan mata sendunya yang seakan-akan mewakili semua rasa sakitnya selama ia selalu menjaga Indi dan melindungi wanita itu. Rasa sakit dibagian pinggangnya itu tidak setara dengan rasa sakit dengan kenyataan bahwa seseorang yang masih ia sukai hingga saat ini berstatus istri temannya-Faga.
Kata teman-temannya, ia koma selama tiga hari selesai operasinya berjalan dengan lancar. Karena tusukan itu sangat dalam sehingga mengenai tulang belakang Gilang.
"Kata Dokter lo bisa pulang lusa, Lang." ujar Joshua yang baru saja memasuki ruangan Gilang.
Gara yang sedang rebahan disofa tidak jauh dari Joshua berdiri menyahut. "Emang dia udah pulih bener? Baru kemarin bangunnya."
"Gue biasa ae Gar. Lebay lo." celetuk Gilang
"Biasa mata lo koma tiga hari gitu lo bilang biasa? Gue tusuk juga lo lama-lama."
Derik hanya bercanda mengatakan hal itu tetapi dilihat dari mimik wajah Gilang yang tidak bersahabat Derik mengangkat tangannya. "Peace, bro."
Pintu ruang inap Gilang terbuka menunjukkan dua orang yang sedang menjinjing sebuah kresek yang diyakni oleh teman-temannya itu adalah makanan. Gara langsung beranjak dari rebahannya.
"ASIK MAKAN CUY!" Gara berseru, seperti tidak makan tiga bulan.
Faga menaruh makanan yang memang khusus untuk teman-temannya. Pasal Faga, cowok itu memang sudah lama keluar dari rumahsakit karena ia tidak betah di ruangan yang berbau obat-obatan. Keadaannya juga sudah tidak separah dulu. Kemudian, seorang wanita mendekati Gilang lalu mengusap bahunya.
"Lo udah mendingan, Lang?" tanya Indi dengan ciri khas suaranya yang lembut.
Gilang tersenyum kecil. "Iya, seperti yang lo lihat Ndi."
"Syukurlah. Ntar juga pulang kan, gue tau lo pasti nggak betah disini." balas Indi sembari terkekeh.
"Betahlah! Ada babang Gara yang menjaga adinda Gilang!" celetuk Gara dengan mulut yang sedang mengunyah.
Dengan sigap Gilang melemparkan bantal yang ia kenakan dan tepat mengenai wajah Gara yang katanya sangat tampan itu. "Lo kira gue homo apa anjeng."
"Siapa tau kan Lang." Faga membuka suara.
Gilang memejamkan matanya karena sangat tidak sanggup dengan kelakuan teman-temannya. "Nggak waras lo semua."
Joshua yang sedang anteng duduk disofa itu melihat Indi yang sedang menyiapkan makanan untuk mereka. Joshua tidak habis fikir dengan Gilang yang rela membahayakan dirinya sendiri untuk seorang wanita yang jelas-jelas tidak bisa jadi miliknya.
Sudah berapa tahun lamanya Gilang selalu terpaku pada satu orang. Dan, berkali-kali juga teman-temannya kecuali Faga menasihati cowok itu agar melupakan Indi dan mencari yang lain.
Jika dibandingkan dengan suka dan cinta, Gilang memilih keduanya. Ia sudah jatuh diantara dua kata itu jika ia hanya jatuh pada kata suka ia juga sudah dari lama melupakan Indi karena rasa suka itu hanya sesaat. Tetapi cinta? Susah untuk dilupakan, apalagi dilepaskan.
"Lo mau makan nggak Lang? Nih." Indi menawarkan lalu menoleh ke Joshua. "Dia boleh makan ini nggak? Kalau nggak boleh yaudah tunggu makanan dari rumah sakit aja."
Joshua mengedikkan bahunya. "Nggak tau juga gue, Dokter nggak ada ngasih tau gue boleh makan makanan luar apa nggak dia."
"Sikat aja lah Lang!" Derik berseru.
Gilang berfikir sejenak. "Nggak usah Ndi, gue tunggu makanan aja. Lo pada kalau mau makan ya sok, anggep aja kaya dirumah sendiri."
"Rumah sendiri mata lo sepuluh?" Joshua menyeletuk lalu melanjutkan. "Lo nggak mau rasa neh? Lumayan makanan Belanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
RomanceSequel Infasilran. Semenjak kepindahan Faga yang memilih untuk kuliah di Belanda untuk menggapai cita-cita nya sebagai Dokter mempelajari ilmu lebih dalam lagi. Awalnya Indi sangat setuju dengan pilihan Faga, karena itu adalah bahagia Faga bahagia I...