03. Rindu

40.3K 2.8K 69
                                    

Indi sedang menikmati dinginnya hujan di balkon kamarnya, walaupun ia sedikit terkena hujan karena tempias. Indi sangat suka hujan, hujan menenangkan semuannya, melupakan masalah yang ada.

Seakan menampar kaca jendela semua gemuruh hujan deras turun, Indi tersenyum mendongak melihat awan hitam tak ada bintang di malam ini. Karena, hujan.

Sekarang pukul delapan lewat tiga menit yang dimana dulu jika Indi dengan Faga akan mengobrol sampai larut malam entah membahas apa. Tersenyum tipis mengingat ketika dirinya dengan Faga membuat hati Indi terluka.

Dibenaknya muncul sebuah pertanyaan; Kapan Faga pulang?

Indi tahu, ia juga tidak bisa egois, ia tidak bisa melarang Faga untuk mengejar cita-citanya. Toh, Faga juga tak melarang Indi berkuliah di jurusan yang sama sepertinya. Tetapi, dulu Indi pernah ingin ikut dengan Faga menuntut ilmu bersama-sama, tetapi Faga menolaknya. Entah karena apa, Indi mengiyakan apa perkataan suaminya itu.

Ia baru saja selesai videocall dengan lelaki itu yang sedang berada di tempat kuliahnya, bersama dengan seorang perempuan sedang memakan ice cream dengan wajah khas orang Belanda sana. Walaupun Faga telah memberitahukan dirinya bahwa perempuan itu lahir di Indonesia, perempuan yang Indi tahu bernama Rachel adalah teman Faga.

Rachel cantik.

Indi berbalik kembali kekamarnya, menghembuskan napas berat. Dikamarnya ini sungguh sepi. Lebih baik ia tidur saja walaupin masih jam delapan, tetapi itu lebih baik bukan tidur awal-awal?

Indi berbaring menaikkan selimut hingga diatas dadanya melirik benda pipih yang berada disebelahnya sedang menyala menampilkan gambar dua orang yang sedang tersenyum bahagia. Yaitu, Faga dan Indi.

Indi tersenyum tipis, lalu ia akan segera tidur. Persetan jika maag nya kambuh lagi, sebab, perempuan ini belum makan sama sekali seharian karena memikirkan sesuatu yang tidak enak. Entah, apa itu.

• • •

Sandi sedang melayani semua pelanggannya yang berada di Kafe miliknya, sesekali ia melirik istrinya yang sedang asik bermain game diponselnya. Sandi tersenyum, dari dulu hingga sekarang pengunjung nampak ramai dari sebelumnya.

Ia bersyukur bahwa Kafe nya ini tidak pernah sepi penghuninnya. Filda menoleh sambil tersenyum dan Sandi juga balas senyuman itu. Mengapa Filda duduk berdiam dan memainkan game saja? Karena Sandi tidak mau pahlawan kecilnya kenapa-napa didalam sana. Tepatnya, yang berada didalam perut sang Ibu.

Sandi mengedarkan pandangannya melihat karyawannya sedang diprotes oleh pelanggan, dan karyawannya itu hanya menunduk merasa bersalah. Dengan langkah kaki yang cepat Sandi menyusul melihat apa yang terjadi.

Sesampainya Sandi berdehem sejenak, "Ada apa ini?"

Karyawan Sandi menoleh takut.

Pelanggan itu berkacamata hitam, rambut berwarna putih, memakai style-an yang terlihat keren. Sandi sepertinya mengenal orang ini, Sandi tadi sempat melihat bahwa Pelanggannya ini tiba-tiba diam dan menegang wajahnya.

"Ada apa?" Ulang Sandi menanyakan apa yang terjadi.

"I-itu pa-k s-saya ngg-"

"Ngomong yang bener Toni," koreksi Sandi dengan wajah kesal.

"S-aya nggak sengaja t... umpahin jus yang saya bawa ke dress cewek pelanggan. Maaf." Balas karyawan Sandi yang bernama Toni tersebut.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang