43. Aman

7K 626 79
                                    

Joshua mengecek GPS di ponselnya itu lalu menoleh ke arah rumah mewah yang sudah tidak layak di pakai itu lagi berada di hadapannya tidak terlalu jauh. 

"Bener itu rumahnya Jo?" tanya Gara penasaran.

"Iya. Kayaknya," Joshua menjawab dengan nada ragu.

Derik menggeplak kepala Joshua pelan. "Yang bener goblok."

"Anjing. Sakit." Joshua mendelik kesal.

"Kita turun aja dah, masuk ke da-- eh itu ada orang keluar. Nunduk!" 

Gara terkejut melihat ada dua bodyguard  yang keluar dari rumah itu. Kemudian Derik mengintip sedikit, kedua bola matanya membulat sempurna. Jantungnya sudah tidak karuan berdetak melihat apa yang di lihatnya sekarang ini.

Disana ada Gilang yang diangkat lalu ditaruh di bagasi mobil belakang. Sedangkan Indi ia masuk ke dalam mobil dalam keadaan menangis. Mobil itu jalan perlahan meninggalkan kawasan. Gara yang sontak melihat mobil sedan hitam pergi itu pun ia segera menyalakan mobil lalu pergi mengekor dari jarak jauh.

"Gue kaga salah liat kan cuk?" Derik bertanya tidak percaya.

Joshua memejamkan matanya merasa lelah dengan  semua permainan nenek sihir itu alias Rachel yang terlalu terobsesi dengan temannya yaitu Faga. "Nggak, Rik."

---

Faga mengemudikan mobilnya dengan kepala yang sangat pening. Ia berusaha untuk fokus mengendarai tetapi terus saja bayangan wajah indi selalu di ingatnya.

Kenangan dulu yang mereka lewati bersama selalu teringat, teringat akan wajah wanita manisnya itu. Halusinasi memenuhi fikirannya, seperti ada sesuatu menekan dadanya. Sakit yang teramat sakit.

Mobilnya melaju kencang tanpa memikirkan keadaan sekitar jalan raya. Matanya memicing marah lalu ia merogoh dashboard untuk mengambil ponselnya yang ia benar-benar ingat bahwa ponselnya itu memang tertinggal di dashboard. 

Nama Joshua terlihat jelas di layar ponselnya. Ia menggulirkan ikon hijau itu kemudian mendekatkan benda pipih ke telinganya.

"Halo, lo dimana Josh. Shareloc." Faga membuka pembicaraan.

Joshua mendesah tak nyaman disana. "Lo jangan kesini deh Ga. Derik udah gue suruh kirim lokasinya. Kalau lo yakin dan masih kuat jaga tubuh lo ya it's okay. Hati-hati, bro."

Faga bergumam menanggapi perkataan Joshua lalu mematikan panggilan. Kepalanya lagi-lagi sakit saat mengingat wajah Indi yang sedang tertawa lepas. Ia sangat merasa bersalah kepada dirinya sendiri karena ia tidak mau bercerita kepada Indi tentang keadaannya di negara asing ini. Ia hanya tidak ingin orang tersayangnya itu ikut terlibat.

Tetapi hasilnya memang akan berdampak buruk kepada Indi. Faga sudah melihat lokasi yang dikirimkan oleh Derik dan jarak itu sudah tidak jauh lagi darinya.

Ia melihat mobil Joshua yang tidak jauh dari dirinya sekarang kemudian ia mengklakson sehingga membuat ketiga temannya terperanjat. Mobil Faga ternyata tidak berhenti didekat mobil mereka tetapi berhenti tepat pada rumah yang sedariadi mereka amati.

Faga langsung turun setelah mematikan mobilnya. Lampu temaram membuat matanya tidak fokus, ia berbalik badan melihat temannya juga sudah keluar dari mobil sembari jalan mendekatinya.

"Lo seriusan udah baikan nih Ga?" Gara bertanya dengan nada khawatir.

"Iya gitulah. Udah ayo masuk." Faga menjawab seadanya.

Faga memimpin jalan dengan dibantu flashlight  dari ponsel Joshua. Tangannya dengan pelan membuka pintu tetapi Derik langsung berseru kencang.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang