34. Musibah

17.4K 2K 577
                                    

Hening. Ruangan itu hening karena dua orang yang kini saling berhadapan sekarang malah liat-liatan dengan ekspresi berbeda.

Gara dengan ekspresi kaget campur bingung itu membuat wajahnya terliat lucu, sedangkan pria satunya lagi dengan ekspresi kesal.

"Gue nggak tau kenapa dia pingsan, padahal nggak gue apa-apain sumpah. Emang sih gue salah awalnya karena nyenggol dia sampe jatuh, tapi, gue udah minta maaf eh dianya bengong. Pas mau ngasih tau nama gue, dia pingsan." Penjelasan Cowok yang membuat Indi pingsan itu sungguh membuat si pendengar bingung.

Si pendengar--alias Gara, terbengong memandangi wajah Cowok itu.

"Ga," panggil Gara.

Kening Cowok itu mengkerut. "Ga? Nggak atau apa nih maksud lo?"

"Lo operasi plastik ya Ga? Hidung lo kok agak mancung ya?" tanya Gara.

Kerutan itu semakin dalam.

"Ga? Lo Faga kan?" tanya Gara lagi.

"Faga siapa sih? gue Fajar. Bukan Faga, sekali lagi F-A-J-A-R."

Gara terkekeh memukul pelan lengan Fajar. "Canda lu ah setan, make nyamar jadi Fajar segala,"

Fajar mendengus kasar , lalu merogoh saku belakang celananya itu kemudian mengambil benda sebuah persegi panjang dengan lengkap kartu-kartu serta uang bernominal lumayan banyak disana.

Fajar mengambil Kartu Tanda Penduduknya bisa disingkat KTP itu lalu menyodorkannya tepat di depan wajah Gara.

"Fajarandy Januar?" eja Gara. "Loh kok Januar?"

Gara memandang bingung Fajar, sedangkan yang ditatap menaikkan alisnya sebelah.

"Emang nama gue gitu. Udah ya, gue mau keluar dulu, tolong jagain cewek itu. Gue nggak tau namanya siapa. Bilangin permintaan maaf gue ya, bye." ucap Fajar lalu melenggang pergi begitu saja dari ruangan Indi istirahat.

Gara mendengus keras melirik pintu ruangan begitu sinis, lalu ekspresinya kembali bingung mengapa wajah cowok tadi alias Fajar mirip sekali dengan Faga. Apakah mereka kembar yang terpisah? Atau hanya kebetulan saja?

Ah, sudahlah. Gara tidak mau memikirkan lelaki tadi, walaupun didalam benaknya banyak timbul pertanyaan yang begitu bingung mengapa Fajar sangat mirip dengan Faga.

Gara kemudian menoleh mendapati Indi yang memegang kepalanya, segera Gara menuju ke tempat Indi berbaring tadi. Kedua matanya perlahan terbuka walaupun retina matanya masih belum siap menerima cahaya terang diatas sana.

Setelah semuanya terlihat jelas, Indi menoleh melihat Gara. "Gue kenapa Gar?"

Diam-diam Gara terkekeh kecil, untung saja Indi tidak berkata seperti; 'Gue dimana Gar?' itu sudah sangat pasaran sekali.

"Ya liat sendiri anjir, punya mata." jawab Gara seperti kesal.

Tentu saja kening Indi berkerut karena bingung mengapa Gara terlihat kesal sekali dengannya. Indi perlahan bangun untuk duduk dengan dibantu Gara juga.

"Kenapa lo?" tanya Indi. "Oh iya, lo ada liat cowok nggak?"

"Cowok siapa?" tanya Gara balik. "Ohhh, si Fajar."

"Fajar?"

Gara mengangguk. "Iya Fajar, namanya Fajar."

Indi diam menatap kosong di depannya. Gara paham akan tatapan kosong itu.

"Mirip banget sama yang di Belanda ya, Ndi?" tanya Gara terkekeh geli.

"Apaan. Nggak ada mirip-miripnya padahal." balas Indi acuh.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang