14. Tidak akan Terlupakan

35.4K 2.5K 180
                                    

Awan yang cerah menghiasi langit pada sore ini, tidak ada langit yang gelap, diatas awan ini semuanya tenang bahkan sangat tenang. Suara bising kipas pesawat dari arah luar membuat Rachel tersenyum mendengarnya walaupun ia sedikit risi.

Wajah Rachel terlihat sangat santai saat ia akan kembali ke Negara nya dengan sendirian. Waktu itu, ada Faga yang menemani dirinya di sebelah tempat duduk. Saat ia melihat setiap lekukan wajah lelaki itu saat tidur.

Tersenyum getir saat melihat ponsel nya kembali menampilkan dua orang yang sedang tersenyum bahagia.

Akankah ia harus seperti ini? Saat ia mencintai seorang lelaki yang sudah mempunyai istri? Dimana Rachel yang selalu bersikap dewasa dalam menanggapi semua hal-hal yang berkaitan tentang dirinya? Dimana Rachel yang tidak mementingkan dirinya sendiri?

Lalu sekarang, kenapa dirinya menjadi egois seperti ini?

Rachel memejamkan mata nya, mengatur napas nya yang mulai sesak.

Seorang pramugari menawarkan dirinya minuman.

"Permisi," sapa Pramugari itu.

Rachel membuk mata nya, tersenyum tipis. "Ya?"

"Apakah anda ingin membeli sesuatu?" tawar Pramugari yang bernama Siska.

Rachel menggeleng, "tidak, terima kasih."

"Baiklah, permisi."

Rachel mengangguk sebagai jawaban, ia kembali menoleh ke jendela melihat awan.

Semoga saja aku cepat bisa melupakan bahwa aku mencintai seseorang yang telah memiliki Istri, kata Batin Rachel.

✨✨✨

"Kalian baik-baik aja ya disini, jangan berantem terus kerjaan nya, kalian udah gede." Ujar Rani kepada Faga dan Indi.

"Iya, kalian jangan berantem ya." Lalu, Fania menimpali.

"Iya," balas Faga dan Indi secara bersamaan.

Raga tersenyum masih dengan menggendong Inka yang tersenyum menampilkan deretan gigi nya yang rapih.

"Dadah Mami! Dadah Papi! Inka pulang dulu sama Papa." Inka berpamitan.

"Iyaa, Inka hati-hati ya sayang, kapan-kapan main lagi dirumah Mami. Mami kesepian loh disini." Balas Indi mencubit pipi Inka.

Inka terkikik senang.

"Yaudah, gue pulang duluan," kata Raga setelah itu ia berbalik menuju mobil nya berada.

"Kami semua pulang ya sayang, dah."

"Sipp," balas Indi dan Faga.

Setelah mengantarkan kedua keluarga mereka di depan pintu lalu masuk kedalam mobil masing-masing Faga dan Indi berbalik masuk ke dalam rumah. Acara berkumpul bareng-bareng bersama keluarga dan teman-teman nya telah usai pada jam setengah enam sore tadi.

Tetapi, kedua keluarga mereka pulang pada jam delapan ini.

Memasuki rumah dengan perbincangan ringan lalu duduk di sofa.

Indi menyenderkan kepalanya di bahu Faga mencari posisi nyaman dan juga memeluk Faga dari samping.

"Capek," keluh Indi.

Faga terkekeh pelan, mengganti channel tv. "Sekali-kali sayang bikin acara ngumpul-ngumpul."

"Iya, aku juga seneng kok bisa ngumpul lagi, apalagi sama kamu." Indi tersenyum manis mengecup pipi kanan Faga.

Mata Indi sangat berat karena mengantuk. Ia menguap lalu mengusap hidungnya yang gatal.

Faga menoleh ke kiri, "kamu ngantuk?"

"Iya."

"Yaudah, ayo ke kamar," balas Faga berdiri membantu Indi untuk jalan.

"Bi! Tolong beresin ini dulu ya nanti saya bantu, saya mau anterin Indi ke kemar dulu." Ujar Faga kepada pembantu rumah tangga nya.

"Iya Den!" Balas Pembantu itu.

Mereka berdua jalan kearah tangga dengan melemparkan senyuman semanis mungkin. Indi berjalan ke arah kamarnya alias kamar yang menjadikan kamar mereka.

Sedangkan Faga memilih untuk kekamar nya untuk berganti pakaian dan sekalian mengambil guling dan ponsel yang berada dikamarnya.

Setelah selesai, Faga berjalan santai memasuki kamar Indi, dan langsung mendapati Indi yang sedang ganti pakaian.

Faga meneguk saliva nya sangat kasar, ia perlahan mendekati Indi dengan cara memeluk perempuan itu dari belakang.

"Udah, aku mau pakai baju dulu." Eluh Indi.

"Iya." Balas Faga.

Faga berjalana ke arah kasur lalu duduk menyenderkan kepalanya di kepala kasur. Sambil memainkan ponselnya kala menunggu Indi yang saat ini keluar entah berbuat apa.

Faga lebih memilih untuk membuka-buka aplikasi berbasis internet yang bernama WhatsApp. Terakhir ia chatting dengan Rachel adalah tiga hari yang lalu.

Faga jadi berpikir, apakah perempuan itu telah sampai di Belanda? Sepertinya belum, tetapi, Faga harus meyakinkan bahwa gadis itu baik baik saja.

Jemari Faga bergerak lincah diatas ponselnya.

Kamu baik-baik aja kan? Kalau udah sampe telpon aku ya.

Lalu menyimpan ponselnya di nakas sebelah kasur nya itu, menidurkan tubuhnya. Ia cepat ngantuk akhir-akhir ini, entah mengapa.

Faga yang tak tahan menguasai matanya yang lebih lama terbuka lagi, mata itu tertutup secara perlahan yang diiringi napas yang teratur.

Tidak lama itu, Indi datang dengan sebuah gelas ditangan nya. Ia mengukir senyum kala melihat Faga yang sudah tertidur.

Meminum air yang ia bawa sehingga setengah, dan, ikut tidur disamping Faga.

"Good Night."


----
absurd ya?;(
maaf, otak nge-blank mau uts:( ini aja aku nyempetin buat nulis walaupun alurnya gajelas banget.

maaf,maaf,maaf😭

by

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang