El memulai aktivitas di sekolahnya dengan menghela nafas kasar. Sudah El duga, hari ini pun siswa diwajibkan membersihkan seluruh lingkungan sekolah, tak terkecuali kelasnya. "Kesel banget gue sama nih sekolah! Gak punya kerjaan lain apa? Murid yang pengennya belajar malah disuruh bersih-bersih," omel El yang sudah dimulai beberapa saat yang lalu.
"Sejak kapan kerjaan lo ke sekolah belajar?" sahut Sarah yang tidak mempercayai ucapan kalimat El yang terakhir. "Kerjaan lo di sekolah mah cuma tidur, terus ngomel. Mending sekarang lo bantu gue," tambah Sarah memberikan sapu pada El.
El menerima sapu tersebut dengan berdecak kesal. Ia masih tidak rela waktunya di sekolah malah habis untuk bersih-bersih. "Eh Sar?"
"Hm?" respon Sarah pendek.
"Gimana kemarin sama Kak Dito?"
Tanpa sadar Sarah tersenyum kecil, karena mengingat kejadian kemarin, di saat Dito mengantarnya pulang. Cowok itu bahkan sempat mampir masuk ke rumah Sarah, hanya untuk menyapa kedua orang tuanya dahulu sebelum pulang.
"Dih, senyum-senyum. Berarti nanti siang, gue dapet traktiran lagi dong?"
Sarah menoleh pada El dengan tatapan tajam. "Boleh, asal lo mau bersihin gudang kemarin lagi," jawab Sarah yang kemudian tertawa puas melihat ekspresi El yang berubah menjadi datar, saat membahas gudang kesenian.
"Tawa aja terus. Seneng banget lo liat gue sengsara," ujar El dengan kesal.
"Maaf, maaf," ucap Sarah setelah meredakan tawanya.
"El," panggil Genta menghampiri meja El dan Sarah.
Wajah El semakin murung saat melihat Genta. "Gak tau kenapa ya, Gen. Setiap kali lo panggil nama gue tuh, feeling gue udah gak enak duluan," ujar El terang-terangan pada Genta yang sudah berada di hadapannya.
"Lo kira gue apaan?" balas Genta. Lalu cowok itu menyengir dan berkata, "Tapi bener sih El. Karena kemarin kerjaan lo bagus, Bu Mega kasih tugas buat lo supaya bersihin gudang kesenian setiap bulan."
El melongo dan terpaku di tempat, sementara Sarah kembali terbahak setelah mendengar informasi yang diucapkan Genta barusan.
El spontan melontarkan makian untuk guru tersebut. "Udah gila kali ya tuh guru! Dia pikir gue babu nya sekolah apa!" Tentu saja El tidak bisa menerima begitu saja perintah menyebalkan dari gurunya itu.
Genta yang awalnya ikut terkekeh, menambahkan lagi, "Lo tenang aja, El. Kata Bu Mega nanti bakal ada imbalannya juga kok."
El menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Imbalan apaan?"
"Gue juga belum tau pasti sih, tapi kayaknya setara sama kerja keras lo buat bersihin itu gudang," jawab Genta.
"Boleh juga tuh, El. Gak papa lagi, hitung-hitung nebus kesalahan lo selama setahun lalu," celetuk Sarah yang malah membuat El semakin kesal.
Sebelum El membuka mulutnya untuk membalas ucapan Sarah, Genta mendahuluinya, "Bener juga Sarah. Lagian lo kan sering banget telat."
Muka El benar-benar terlihat menyeramkan, karena menahan emosi akibat ucapan kedua makhluk itu. El lalu menatap Sarah dan perlahan mengembangkan kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman yang penuh maksud tertentu. "Sar?" panggil El agar Sarah juga balik menatap ke arahnya.
"Hm?"
El tersenyum puas sambil berkata, "Bukannya lo pernah bilang mau bantu gue sebisa lo? Kalo gitu selama bersihin tuh gudang, lo harus selalu bantu gue."
Seketika itu, senyuman di bibir Sarah menyusut. "Kok gitu sih, El?" protes Sarah. Ia meruntuki dirinya sendiri saat mengingat kalimat yang pernah Ia katakan untuk El.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Teen Fiction-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...