Ezra mengusap matanya berkali-kali karena terlalu syok dengan apa yang dilihatnya pagi ini, ketika ia baru melangkah masuk ke dalam kelas. Ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya, lalu kembali lagi menghadap ke depan sambil mengerjapkan matanya, mencoba meyakinkan jika sekarang bukan mimpi atau imajinasi belaka.
Sekarang masih pukul 05.55 dan Ezra melihat seorang El sudah berada di bangkunya. Bahkan cowok itu tak sadar sudah menghabiskan waktu setengah menit hanya terdiam di tempat dengan pandangan masih tertuju pada El.
El tanpa sengaja menoleh ke depan dan mendapati Ezra yang berdiam di sana. Ia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Ngapain lo?"
Ezra secara spontan membuka mulutnya bersuara, "Hah?"
"Lo ngapain disana?" ulang El dengan mengeraskan suaranya.
"Oh! Enggak. Eh? El, lo-."
"Apaan sih? Ngomong tuh yang jelas," sahut El.
El tak memperdulikan lagi cowok itu. Ia kemudian mengeluarkan kotak bekal berbentuk persegi dari dalam tasnya dan diambilnya roti dengan selai coklat di dalamnya. Ia memakan sarapannya itu perlahan sambil tetap fokus pada ponselnya.
Beberapa detik kemudian, El masih merasa bahwa Ezra masih memperhatikannya dari depan. Ia lalu menoleh lagi ke arahnya. Dan benar, sesuai dugaannya, Ezra masih berdiri disana. "Mau sampai kapan lo disana?" tegurnya.
Setelah teguran itu, Ezra mulai bergerak menuju bangkunya. "Sarapan ya, El?" tanyanya saat melewati meja cewek itu.
"Eh, iya. Lo mau?" tawar El dengan mengulurkan kotak bekalnya kepada Ezra.
"Enggak," jawab Ezra menggelengkan kepala dan duduk di kursinya.
El kembali berkutat pada ponselnya dan sesekali mencoret di lembaran kertas. Tak lama kemudian, El mengeluarkan gitar dari tempatnya dan diposisikannya benda itu dalam pangkuannya, untuk mencoba beberapa melodi.
Ezra masih terus memperhatikan gerak-gerik El yang terlihat sibuk itu. Ia pun juga mendengarkan permainan gitar cewek itu. "Petikan lo bagus," puji Ezra.
El menghentikan aktivitasnya dan menoleh lagi ke belakang bangkunya.
"Posisi jari lo pas banget, jadi petikannya enak didengar," lanjut Ezra.
"Gue berterima kasih, kalo lo puji gue," balas El yang hendak melanjutkan lagi memainkan gitarnya.
"Dateng jam berapa?" sela Ezra yang menghentikan pergerakan tangan El.
"Apanya? Ke rumah Rere nanti? Kan pulang sekolah langsung kesana," jawab El.
"Bukan itu. Lo tadi berangkat jam berapa? Kok tumben pagi banget?"
"Oh, itu. Jam setengah enam mungkin."
Ezra membelalakkan matanya, semakin terkejut. Seakan semua yang terjadi hari ini memang suatu mukzizat yang hanya datang sekali seumur hidup cewek itu. "Kenapa pagi banget?" tanya Ezra lagi.
"Gue semalam begadang, jadi cuma tidur dua jam doang. Terus, ya gitu," jelas El
Ezra lalu melirik ke arah meja El dan melihat coretan kertas El yang ternyata berisi chord nada. "Bikin irama itu?"
"Hmm," jawab El mengangguk.
"Emang lo sekarang gak ngantuk apa?"
"Ngantuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Teen Fiction-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...