37]~Aneh

155 8 2
                                        

"Elvina!" teriak Mama dari lantai bawah.

"Iya Ma, aku udah siap kok," jawab El tak kalah kencang.

Pagi ini, El sudah bersiap berangkat ke sekolah. Selesai memakai sepatunya, ia langsung mengambil jaket dan ponsel di meja kamarnya, lalu menuruni tangga, sebelum Mamanya kembali berteriak.

"Ditungguin Ezra tuh, di depan," ujar Mama.

Mata El langsung membelalak. "Ezra?" heran El yang kemudian berjalan menghampiri Mamanya di dapur.

"Iya. Kira-kira udah sepuluh menit yang lalu dia datang," jelas Mama.

"Mau ngapain?"

"Ya nganter kamu mungkin. Coba tanya langsung ke dia, jangan malah tanya Mama," ucap Mama El sambil menutup kedua kotak bekal yang berisi sandwich. "Ya udah sana berangkat, kasihan Ezra nya kalo nunggu kamu lama," tambahnya.

"Terus, Keisha gimana?"

"Nanti Mama aja yang antar, sekalian Mama mau ke rumah temen," jawab Mama.

"Tapi aku mau sarapan dulu."

"Ini udah Mama siapin bekal. Kamu makannya di sekolah aja ya, sekalian buat si Ezra," ujar Mama memberikan tas bekal pada El, lalu mendorong putrinya itu hingga ke depan rumah.

El sempat tertegun melihat Ezra yang kini sudah berdiri di teras rumahnya. Jantungnya kembali berdesir memandangi cowok itu dari atas ke bawah. El merasa ada yang ganjil ketika melihat cowok itu, padahal tidak ada yang berubah dari penampilan dia. Hanya saja cowok itu menggunakan jaket boomber navy yang belum pernah ia kenakan sebelumnya. Tapi kenapa El merasa cowok itu lebih keren sekarang? Kenapa ia tidak pernah melihat Ezra seperti ini dari dulu?

"Oke cukup! Otak gue gak waras," gumam El tegas,

"Udah sana berangkat," ujar Mama lagi.

"Ya udah Tante, saya pamit dulu," pamit Ezra sambil mengecup tangan Mama El.

Lalu diikuti El. "El berangkat ya, Ma," pamitnya.

Mama pun mengangguk. "Hati-hati ya, nak Ezra bawa motornya," tuturnya.

Ezra mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Tante," jawabnya.

Lagi dan lagi, El mencelos melihat senyuman cowok itu. Sekali lagi, tak ada yang beda. Hanya sekarang, terlihat lebih, menawan? El langsung menggelengkan kepala saat kata itu muncul di kepalanya. Lalu ia menaiki motor Ezra setelah menggunakan helmnya.

"Udah?"

"Hm," jawab El yang mengerjap sesaat, lalu mengangguk.

|•|•|•|

Sampai di sekolah, El dan Ezra berjalan berdampingan menyusuri lapangan utama untuk menuju kelas. Sejak perjalanan dari rumah El sampai detik ini, tidak ada percakapan diantara mereka berdua.

Sampai akhirnya, El yang sudah tidak tahan dengan kecanggungan itu pun memulai obrolan lebih dulu, "Tumben mau nganter gue?"

"Gak papa, pengen aja," jawab Ezra.

"Pengen? Kenapa gak dari dulu aja coba. Kan gue jadi lebih hemat ongkosnya," balas El.

"Oh, gitu. Ya udah, gue bakal lebih sering nganter lo," sahut Ezra.

El menghentikan langkahnya dan menoleh cepat. "Eh?"

Ezra yang ikut berhenti di samping El, membalas tatapannya. "Kenapa? Kan untung buat lo. Tapi kalo lo nolak ya gue gak maksa kok," ujarnya yang kemudian berjalan kembali dan disusul oleh El.

"Kok lo jadi aneh gini Zra?" tanya El.

Ezra mendengus geli. "Aneh apanya?" tanyanya balik.

"Ya aneh!" tegas El.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang