4]~Berterima Kasih

311 23 0
                                    

Sepulang sekolah, El, Rafa, dan Rere berjalan berdampingan menyusuri area lapangan sekolah. Suasana di sana masih sangat ramai, karena bel sekolah yang berbunyi 5 menit yang lalu. Kebanyakan dari mereka sempat menyapa Rafa dan Rere saat melewatinya. Tentu saja karena mereka berdua memang siswa populer di sekolah mereka, sedangkan El hanya mengangguk saat beberapa dari mereka juga mengenalinya.

"Awas aja kalo besok masih suruh bersih-bersih lagi," gerutu El yang masih kesal saat mengingat dirinya dan Sarah membersihkan gudang kesenian dengan susah payah.

"Malah bagus kan, biar lo jadi tambah rajin. Gak ngomel-ngomel mulu kerjaannya," sahut Rafa.

"Bukannya lo juga senang kalo kita gak ada pelajaran?" tambah Rere.

"Senang sih senang, tapi kan gue jadi lebih capek dari hari biasanya. Tau gini lebih baik gue bolos aja tadi," ucap El masih mengeluh.

"Dasar. Kebiasaan lo," omel Rafa sambil menjitak kepala El.

Sebelum El membalas perbuatan Rafa, ekor sudut pandang El mendapati sesuatu yang bergerak ke arah mereka bertiga. Saat menoleh dengan cepat, El melihat sebuah bola basket melambung dengan cepat ke arah posisinya Rere.

Rafa yang juga melihat arah gerak bola tersebut, langsung menarik tubuh Rere ke arahnya agar tidak sampai terkena bola itu, karena Rafa tahu kecepatan bola tersebut bisa membuat luka parah jika mengenai seseorang.

Di sisi lain, El melangkah lebih maju dan dengan sigap menangkap bola basket tersebut menggunakan kedua tangannya. Kemudian pandangannya beralih pada dua orang yang berada di balik punggungnya. El melihat jelas posisi Rafa dan Rere yang saat itu, bisa dikatakan sebagai pelukan, dan lagi, mereka terdiam dengan posisi seperti itu selama beberapa detik berlangsung. Bisa bayangkan perasaan El saat melihat kejadian itu di depan matanya?

El menyadarkan pikirannya dan segera bertanya khawatir pada Rere, "Re, lo gak papa kan?"

Pertanyaan El barusan sukses membuat mereka berdua saling mundur untuk menjauhkan diri. Lalu terlihat jelas jika Rafa dan Rere menjadi salah tingkah.

"Gue gak papa kok El, makasih ya," jawab Rere tersenyum.

"Sama Rafa enggak?"

"Eh? Iya, makasih ya, Raf," ucap Rere beralih memandang ke arah Rafa.

"Iya, Re. Lo gak ada yang sakit kan?" jawab Rafa, sekaligus memastikan lagi keadaan Rere.

El segera mengalihkan pandangannya cepat dengan alasan tidak bisa melihat interaksi tersebut terlalu lama. Ia menoleh ke arah asal lemparan bola tadi, lalu berjalan menghampiri cowok yang sedang melihat ke arah tempat El berada. Rafa dan Rere mengikutinya dari belakang.

"Gue minta maaf ya, Re. Bolanya tadi hampir kena lo," ucap Dito dengan menyesal.

"Iya, Kak. Gue gak papa kok," jawab Rere tersenyum.

Nandito Hamizan, cowok yang biasa dipanggil Dito ini, dulu pernah menjadi salah satu cowok yang menyukai Rere. Namun itu dulu, sebelum akhirnya Dito mengenal Sarah Makaila, cewek yang sering Ia lihat bersama El. Dito merupakan siswa kelas XII, yang juga menjabat sebagai ketua basket di sekolah mereka. Maka wajar saja jika dirinya mengenal Rafa dan El, tentu saja juga Rere, yang dikenal sebagai sahabat keduanya.

"Lain kali hati-hati kalo main basket saat ramai gini," ucap Rafa sedikit kesal, mengingat hamper saja bola tadi mengenai Rere.

Dito yang mengerti dan paham ucapan Rafa, tersenyum kecil dan mengangguk. "Iya, Raf. Sorry buat yang tadi," ucapnya.

"Ini jadi kumpul dimana, Kak?" tanya El pada Dito.

"Di sini aja. Bentar ya, nunggu yang lainnya, biar kumpul semua," jawab Dito. Ia memandang ke Rafa yang saat itu berada di belakang El, dan berkata, "Raf, lo juga ikut kumpul kan?"

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang