8]~Club Basket

259 16 1
                                    

Di pagi hari, El dikejutkan dengan Rafa yang sudah singgah di dalam kelas. El melirik sekilas jam dinding di kelasnya, sebelum kembali melihat Rafa yang saat itu duduk dibangku milik El, dengan memangku sebelah tangannya, seakan sedang menunggu El dari tadi.

"Mimpi apa lo dateng jam segini? Lo gak lagi ngigo kan?" tanya El sambil menaruh tasnya.

"Seharusnya gue yang tanya, tumben lo dateng pagi?" sahut Rafa.

El berdecak singkat sebelum menjawab, "Ini juga gara-gara adik gue. Keisha minta dianter jam setengah enam, katanya ada senam pagi di sekolahnya."

Rafa hanya mengangguk.

"Lo ngapain ke kelas gue?" tanya El yang sudah duduk di bangku sebelah Rafa.

Seketika itu, Rafa mulai menyengir.

"Apaan?" tanya El yang seakan tahu jika Rafa menginginkan sesuatu darinya.

"El, nanti jangan nyusul ke kantin ya," ujar Rafa singkat.

Tentu saja El langsung protes mendengar hal itu, "Kenapa? Kalo gue lapar gimana?"

"Biar gue bisa berduaan dulu sama Rere," ujar Rafa kembali menyengir.

"Pdkt sih pdkt tapi jangan ngorbanin perut gue dong," sungut El.

"Sorry ya, El. Gue traktir sepulang sekolah deh, sehabis latihan basket, ya? Plis El, kali ini-."

El dengan cepat menutup mulut Rafa. "Iya Raf, gausah cerewet. Asal bener lo traktir," sela El.

"Iya, iya, gue janji. Makasih ya, El," ujar Rafa sembari beranjak dari kursi. "Oke, gue balik dulu," lanjutnya.

"Lo dateng pagi-pagi, ke kelas gue, ngeledek gue, cuma bilang hal itu Raf?" gumam El.

Rafa menoleh. "Hah?" responnya yang tidak terlalu mendengar ucapan El barusan.

"Enggak. Udah sana balik, gue mau lanjutin tidur gue," jawab El yang memposisikan kepalanya di atas meja sambil menutup kedua matanya, bersiap untuk tidur.

Namun, tanpa El tahu, saat itu Rafa mendekat kembali ke bangku El hanya untuk mengacak rambut cewek itu. "Jangan lupa mimpiin gue," ucap Rafa yang kemudian langsung kabur keluar kelas.

"Rafa!" teriak El kesal dengan menatap kepergian Rafa, lalu tersenyum kecil. El kembali mengarahkan pandangnya ke arah pintu kelas. El mengernyitkan dahinya saat baru tahu jika si anak baru yang menyebalkan itu sedang berdiri di sana dengan pandangan menatap ke arah El. "Ngapain lo diam disana? Mau jadi sekuriti?" tegur El.

Mendengar itu, Ezra tidak menanggapi ucapan El dan langsung berjalan masuk ke dalam kelas. "Lo percaya friendzone?" tanya Ezra tiba-tiba saat sudah berada di bangkunya.

Sontak, El langsung menoleh ke belakang, menatap cowok itu dengan heran.

Melihat El yang tak kunjung menjawab, cowok itu menambahkan, "Kalo gue sih sebenarnya gak pernah percaya. Masa sih, ada orang suka sama sahabatnya sendiri?"

El dibuat semakin terdiam di tempat. El memang sedikit terkejut dengan ucapan Ezra, namun El mencoba tetap terlihat biasa saja di hadapan cowok itu.

"Tapi sekarang, gue paham sesuatu. Apapun bakal terjadi kalo itu udah kehendak Tuhan, sekalipun menurut gue mustahil," ujar Ezra yang berhenti sejenak untuk melihat reaksi El yang tampak semakin bingung apa maksud tujuan pembahasan ini. "Lo tau gak, gue berubah pikiran jadi percaya sama friendzone semenjak beberapa menit yang lalu," lanjutnya kembali meneruskan sindirannya.

El yang kaget, karena sudah paham maksud ucapan terakhir Ezra, langsung mengaklihkan pandangannya, kembali menghadap ke depan. El berusaha menghindari tatapan Ezra yang seolah mencari kebohongan dari wajahnya.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang