43]~Kejadian Heboh

88 4 4
                                    

El melihat Rafa berjalan santai memasuki pintu lorong dengan seragam jersey sekolah yang sudah melekat di tubuhnya. El melayangkan tatapan tajamnya pada Rafa yang sekarang berlari kecil menghampiri mereka bertiga dengan tersenyum tanpa dosa.

Lalu El dengan kekuatan penuhnya, menginjak sebelah kaki cowok itu yang hanya mengenakan sandal jepit.

"Awhh!" erang Rafa kesakitan. "Apaan sih lo? Gue baru dateng juga," gerutunya.

Alih-alih menjawab atau menjelaskan, El yang masih kesal hanya menjitak kepala Rafa.

"Dek, lo kenapa sih?" tanya Ryan yang masih bingung dengan maksud tindakan El itu.

"Tau nih, Kak. Sakit semua badan gue, temenan sama dia," ujar Rafa sambil mengusap kepalanya.

"Gak usah temenan sama gue lagi, kalo gitu!" sentak El yang masih terlihat emosi dan langsung pergi dari sana, meninggalkan ketiga cowok yang hanya melongo bingung menatap kepergiannya.

"Kenapa sih?" tanya Ryan lagi.

Rafa menggeleng singkat, kemudian bertanya lirih pada Ezra di sebelahnya, "Dia lagi pms?"

Ezra yang sepertinya sudah mengerti alasan kemarahan El, hanya menjawab, "Mending lo siap-siap dulu, di dalam udah pada nungguin lo."

"Ya udah, gue nanti nyusul kesana. Good luck kalian!" ucap Ryan sebelum pergi dari sana.

|•|•|•|

Para pemain utama, serta pemain cadangan pun sudah siap. Mereka semua berkumpul, membuat lingkaran dengan tangan terulur, dan saling menumpuk di tengah, bersiap untuk bersorak sebelum memasuki lapangan pertandingan mereka.

Rafa menatap sekilas teman-temannya itu, "Semoga pertandingan ini lancar, gak ada cedera, dan selesai dengan kemenangan," ucapnya tersenyum optimis.

"Oke! Siap? Satu, dua, tiga!"

"GO!!!" teriak mereka bersamaan sambil mengangkat tangan mereka ke atas.

Rafa mendekati Ezra. "Jadi, El ngambek karena gue telat?" tanyanya sambil tertawa, karena masih belum percaya dengan apa yang diceritakan oleh Ezra sebelum masuk ke area lapangan.

"Iya, mungkin dia khawatir, takut lo kenapa-napa," jawab Ezra.

"Serius, ini dahi gue masih sakit gegara dia jitak tadi."

"Makanya, lo jangan aneh-aneh. Lagian tumben banget hp lo mati?" tanya Ezra yang berjalan berdampingan dengan Rafa. Mereka berdua kini berada di belakang rombongan tim yang menuju ke lapangan.

"Iya, gak sempat gue. Tadi, buru-buru ke stasiun jemput Kak Ryan sama dua temennya," jawab Rafa.

Ezra mengangguk mendengarkan. "Kak Ryan libur lagi?"

"Bukan. Katanya sih, ada tugas magang, dan temen-temennya juga maunya di luar kota. Jadi, Kak Ryan putusin buat magang beberapa hari disini," jelas Rafa.

"Ra! Fa! El! Ra! Fa! El!"

Sorakan nama Rafa terdengar nyaring, memenuhi ruangan, ketika tim sekolah mereka sudah berada di tepi lapangan. Para teman satu tim Rafa, sontak menoleh pada pemilik nama yang terus disebut itu. Tak terkecuali Ezra yang menunjukkan senyum tipisnya, seakan mengoloknya.

"Susah ya ternyata, jadi orang ganteng," ujar Rafa dengan percaya diri.

"Jijik kambing!" sungut Ezra.

Rafa pun tertawa melihat reaksi Ezra barusan.

Kemudian Ezra berjalan menepi mendekati para anggota basket yang tidak ikut main dan sedang duduk memanjang di sana. Ia mendapatkan tos, serta dukungan dari mereka semua satu per satu.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang