45]~ Best Favorite Photo

298 5 0
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Ujian akhir semester sudah berakhir, anak OSIS, terutama anggota kelas XII berinisiatif mengadakan acara kecil-kecilan di tengah lapangan. Mereka menyiapkan panggung kecil untuk bersenang-senang sebelum akhirnya, nanti mereka akan berpisah dengan sekolah kesayangannya ini.

Sekolah yang seharusnya sudah sepi, kini malah semakin ramai. Seluruh siswa SMA Harapan berkumpul di sekitar lapangan untuk menyaksikan para senior mereka yang bergantian dengan sukarela menyanyi, bermain musik, bahkan juga ada yang berani ber-standup comedy. Seluruh siswa yang ada di sana pun ikut terhibur menonton semua penampilan mereka.

Ezra memperhatikan El yang juga ikut tertawa sambil melihat ke arah panggung. Ia ikut tersenyum memandangi El yang terlihat begitu suka dengan lelucon yang dibawakan seniornya itu. "Lebar banget tuh mulut," celetuk Ezra.

El langsung mengatupkan mulutnya dan melirik Ezra dengan kesal. "Udah untung lo gak gue makan," balasnya.

Sekarang, gantian Ezra yang tertawa.

"Kenapa ketawa?" tanya El yang bingung.

"Lo lucu deh, El. Sana gih, naik panggung ikut standup," ujar Ezra.

"Haha," respon El dengan wajah datarnya.

Ezra kembali menyunggingkan senyumannya, lalu ia merapikan rambut El yang baru saja tertiup angin dan menatanya dengan lembut. "Gue mau permintaan ketiga gue sekarang," ucap Ezra di sela pergerakan tangannya.

El seketika langsung menoleh dan menghadapkan tubuhnya pada Ezra.

"Permintaan terakhir dari janji lo," lanjut Ezra yang menurunkan tangannya.

El memicingkan kedua matanya saat melihat ekspresi Ezrayang tiba-tiba berubah. "Gue curiga. Kenapa tiba-tiba kepikiran sekarang?"

"Gue mau lo-."

"Stop! Jangan diterusin. Jawab gue dulu," sela El memotong ucapan Ezra.

"Ya, karena emang baru kepikiran sekarang," jawab Ezra. "Udah gue jawab ya, sekarang lo-."

"Stop!" potong El lagi.

"Apa lagi?" tanya Ezra mencoba bersabar.

"Jawaban apaan begitu? Gak kreatif banget sih lo. Itu kan pertanyaan gue, kenapa lo jadiin jawaban? Males banget sih mikir. Seenggaknya kan-."

"Panggil gue sayang," sela Ezra yang berhasil menghentikan ocehan El.

El terdiam sesaat, sebelum akhirnya ia mencerna kalimat Ezra barusan. "Enggak!" tolaknya tegas.

"Dih kok gitu?" protes Ezra.

"Enggak ya, Zra. Gue bilang enggak," ulang El yang kemudian langsung berjalan pergi.

"Emang susah?" tanya Ezra yang menyusul El dan berjalan di sampingnya.

"Menurut lo?" tanya El balik. "Lagian lo kok jadi alay gini sih? Diajarin siapa?"

"Kepengen aja denger lo panggil gue sayang," jawab Ezra dengan santai.

"Enggak! Gue gak mau," tolak El lagi.

"Lagian lo gak pernah bilang sayang sama gue semenjak jadian," ujar Ezra.

Langkah El langsung terhenti seketika. Ia pun menghadap Ezra. "Emang lo-."

"Gue sayang sama lo, El," sela Ezra yang langsung membuat El tercengang di tempat.

El mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu mengalihkan pandangannya, dan berusaha melihat apapun selain wajah Ezra. Memang benar, jika kini mereka berdua sudah berstatus sebagai kekasih, tetapi tetap saja hal-hal seperti ini belum terbiasa untuk El.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang