"Ini dia cowok mencurigakan yang gue maksud tadi," ucap El dengan ketus. Kini emosinya mulai melonjak lagi setelah melihat kehadiran cowok tengil itu.
"Lo udah kenal dia?" tanya Rafa.
"Gue gak butuh kenalan cowok gak tau diri kayak dia," jawab El kesal.
"Siapa juga yang mau kenal sama lo," gumam Ezra, yang ternyata masih bisa terdengar oleh El.
"Lo bilang apa barusan? Gue juga gak sudi ya, kenal sama lo!"
"Lo kok nyolot sih," balas Ezra yang juga ikut terbawa emosi.
"Lo tuh yang nyolot!"
"Gue dari tadi diam aja, ya."
"Iya, lo diam. Diam-diam suka ngintipin cewek!"
Rere yang bingung, menolehkan pandangannya melihat Rafa. Rere menjadi sediki panik saat melihat cowok itu hanya diam saja, dengan memancarkan tatapan yang dingin. "Udah, El," ucap Rere mencoba menghentikan perdebatan tersebut, sebelum memunculkan masalah lain.
"Jangan sok tau, ya. Tadi lo salah paham doang."
"Salah paham? Terus kenapa lo kabur?"
"Gue gak kabur kok. Gue tadi ngembaliin kalung anak smp yang nyangkut di pintu toilet."
"Alasan," cibir El yang masih tidak mempercayai ucapan cowok itu. "Lihat aja, habis ini gue cari petugas buat tangkap lo."
Ezra sudah terlihat akan membela dirinya lagi, namun tidak jadi. Ia hanya menghela nafas pendek, lalu berkata, "Terserah lo."
Beberapa detik kemudian, Rafa menoleh kepada El. "Udah?" tanyanya dengan wajah yang menyeramkan.
"Raf," ucap Rere mencegah Rafa untuk meluapkan amarahnya setelah ini.
"Udah apa belom?" tanya Rafa lagi, tanpa mendengarkan panggilan Rere. "Kalo belum, dilanjut gih," ujar Rafa yang terdengar menahan amarahnya.
"Apaan sih Raf? Orang dia yang brengsek," ujar El sambil melirik Ezra dengan tajam.
Rafa menghela napas, kemudian berkata, "Dia Ezra, sepupu gue. Gue gak peduli mau kalian saling kenal atau gak mau kenal. Tapi yang perlu gue jelasin sama lo, El, dia cowok baik-baik. Dia gak mungkin ngintipin cewek kayak yang lo bilang tadi."
"Tapi tadi dia ngintipin toilet cewek, Raf," sungut El.
"Dia sepupu gue, El. Lagian dia kan udah jelasin alasannya tadi," balas Rafa masih terlihat menahan emosi.
"Gue gak percaya," ucap El singkat.
"Jangan nuduh dia sembarangan ya, El. Gue gak suka."
El hanya memalingkan pandangannya.
"Pertemuan ini jadi rusak gara-gara kalian berantem gak jelas," ujar Rafa lagi.
El yang merasa tersindir dengan ucapan Rafa barusan, langsung membalas, "Tau gitu, seharusnya lo gak ngajak gue."
"El, cukup! Gue gak tau kenapa lo selalu kayak gini."
"Kenapa? Gue selalu kenapa?" cecar El yang semakin ingin tahu apa yang dipikirkan Rafa tentangnya selama ini.
"Gue gak mau bentak lo, ya," tutur Rafa penuh penekanan. Meskipun suaranya sudah tidak sekeras tadi, tapi tetap saja Rafa yang seperti ini, membuat El sedikit takut.
"Kenapa seolah di sini gue aja yang salah?" ucap El pelan sambil melirik ke arah Ezra.
Ezra yang ditatap seperti itu, hanya menaikkan sebelas alisnya. Selain karena tidak paham perbincangan penuh ketegangan yang terjadi antara Rafa dan El barusan, ia juga tidak tahu mengapa El seakan membutuhkan pembelaan dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Novela Juvenil-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...