Di bawah sinar panasnya matahari, suasana SMA Harapan masih tetap meriah meskipun acara sudah ditutup oleh MC, tetapi para siswa tetap bersenang-senang di lapangan sekolah. Beberapa siswa sudah menyumbang lagu untuk dinyanyikan di atas panggung. Ada seorang dari mereka yang menyanyikan lagu dangdut dan yang lainnya ikut berjoget. Bahkan, ada yang menaiki panggung hanya untuk memimpin teman-teman di bawah panggung untuk mengikuti gerakannya.
Sementara itu, tak jauh dari panggung, El duduk sendiri di tepi lapangan sambil memainkan gitarnya. Pandangannya masih tertuju ke arah Rafa dan Rere yang sedang berada di seberang tepi lapangan satunya. Mereka berdua terlihat sedang mencicipi beberapa menu makanan yang dibeli di jajaran stand sambil saling melemparkan senyum, seakan-akan tak memperdulikan puluhan pasang mata yang memperhatikan pasangan baru tersebut. Iya, termasuk El.
El tersenyum pahit. Bukankah ini yang ia inginkan? Bukankah ini yang selalu ia pikirkan, bahwa dirinya akan bahagia jika melihat sahabatnya bahagia? Tetapi kenapa masih ada rasa sakit di hatinya? Kenapa rasa sakit itu muncul bersamaan dengan rasa bahagia mereka? Apa ini adil untuknya?
Ezra berhenti melangkah tepat di depan El dan memberikan minuman botol dingin padanya.
El mendongak, sebelum akhirnya menerima minuman itu. "Thanks," ucap El pelan dan langsung meneguknya hingga hanya tersisa setengah botol. "Lo gak pulang Zra?" tanyanya.
Ezra mendudukkan dirinya di samping El dan menggeleng, menjawab pertanyaan El.
Setelah itu hening. El juga tak berniat menanyakan alasan ataupun mencari topik pembicaraan.
"Mereka gak capek apa liatin gue terus?"
El yang awalnya bingung, kemudian menoleh, mengikuti arah pandang Ezra. Ia mendengus saat melihat beberapa kumpulan cewek yang saat ini sedang memperhatikan dirinya dan Ezra.
"Emang gue ganteng banget ya El?" tanya Ezra.
El memutar kedua bola matanya, malas untuk menjawab pertanyaan tak masuk akal itu.
Ezra tersenyum kecil melihat ekspresi El..
Lalu hening selama beberapa saat, sampai kemudian El menoleh pada Ezra. "Lagian lo kesini mau main basket apa piano pakai segala macam begituan?" tunjuk El ke bandana di kepala cowok itu. Karena kebanyakan bandana semacam itu digunakan para cowok saat bermain basket atau saat berolahraga.
"Keren kan gue?"
"Dih."
Ezra kembali terkekeh karena reaksi El.
Setelah itu, El melihat Sarah berlari kecil ke arahnya diikuti Dito yang berjalan biasa di belakangnya. "El," lirihnya menatap El dengan prihatin.
Detik berikutnya, Sarah menarik El berdiri dan memeluknya. "Maafin gue. Gue gak bisa ngapa-ngapain buat lo. Maaf, El," lirik Sarah yang malah menangis.
"Ngapain lo yang minta maaf sih?" El membalas pelukan itu dan menepuk pelan punggung cewek itu. "Gue gak papa, Sar. Lo gak usah alay gini," ujar El melepas pelukannya.
"Dasar cengeng," cibir El mengusap pipi Sarah. "Kak Dit, Sarah nangis nih. Sumpah gak gue apa-apain," adu El pada Dito yang sudah berada di dekatnya.
Dito malah tersenyum tipis sambil menepuk bahu El pelan
"Tuh kan! Mulai gak jelas lagi lo berdua," tukas El setelah melihat Kak Dito tersenyum iba untuknya. "Udah Sar, emang lo gak pulang?" tanyanya beralih pada Sarah.
![](https://img.wattpad.com/cover/130449847-288-k698358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Dla nastolatków-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...