29]~Pdkt

230 12 0
                                        

Ezra sengaja datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Ia melepas helm dari kepala dan menyandarkan tubuhnya di motor yang baru ia parkirkan. Lalu ia melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 6.40. Sudah hampir setengah jam ia berdiri di sini dengan pandangan masih tertuju pada gerbang sekolah.

Ezra menghela nafas pendek. "Kayaknya telat lagi tuh cewek," gumamnya. Ezra kemudian memutuskan untuk berhenti menunggu kedatangan El dan mulai beranjak dari tempatnya untuk menuju ke kelas saja.

Baru saja Ezra berjalan beberapa langkah sambil membenahi posisi tas ranselnya, tiba-tiba motor Rafa melewatinya dan parkir tepat di samping motor miliknya.

Ezra melihat Rafa yang bergerak menghampirinya. "Apa?" tanya Ezra langsung.

"Gue butuh penjelasan lo," jawab Rafa.

Ezra mengernyitkan dahi. "Soal apa?"

"Soal kemarin, tentang El," jawab Rafa.

"Penjelasan apa lagi Raf? Lo masih belum paham juga?"

"Gue masih gak ngerti," jawab Rafa yang terlihat ragu.

"Terus selama bertahun-tahun ini, apa yang lo ngerti tentang El?"

Seketika itu, Rafa dibuat terdiam dengan ucapan Ezra yang sengaja memprovokasi dirinya.

"Terus buat apa lo temenan lama sama El, kalo lo malah tanya soal El ke gue?" tambah Ezra. "Gunanya lo apa?" lanjutnya.

Rafa sedikit terpancing dengan ucapan Ezra. "Lo-."

"Kring!!! Kring!!!"

Namun, bel sekolah menghentikan perkataan Rafa.

"Gue ke kelas dulu," sahut Ezra yang langsung melewati Rafa.

|•|•|•|

"Ting tong!"

Bel rumah El berbunyi. El masih terlalu malas bangun dari kasurnya untuk membukakan pintu.

"Ting tong!"

Bel berbunyi lagi. El pikir kali ini, kakaknya sudah membukakan pintu, karena bel sudah tidak berbunyi lagi. El pun kembali memainkan ponselnya.

Tak lama kemudian, El mendengar suara langkah kaki yang menaiki tangga dan sepertinya akan menuju ke kamarnya. "Tadi siapa Kak?" tanya El yang menduga jika langkah kaki tersebut adalah Ryan.

"Gue," jawab Ezra yang tiba-tiba membuka pintu kamar El dan masuk ke dalam. Ia menaruh kantong plastik yang berisi sebungkus makanan dan juga air mineral di atas meja, di samping ranjang El.

"Ngapain lo? Mau nyogok gue lagi?" tuduh El.

Ezra malah tidak menjawab dan hanya memandangi El.

"Apaan?" tanya El saat tahu cowok itu terus menatapnya.

Lagi-lagi, Ezra hanya diam tak memberikan jawaban apapun.

"Apaan sih Zra? Mending lo pulang aja deh," sungut El yang terlihat terganggu jika Ezra terus memandanginya.

"Kenapa lo gak masuk sekolah?" tanya Ezra tiba-tiba.

"Gak papa, males aja," jawab El.

"Maaf."

El langsung menoleh cepat kepada Ezra.

"Gue minta maaf, El," ulang Ezra. "Gak seharusnya gue lancang ikut campur urusan lo," sesalnya. "Apalagi soal privasi lo kayak kemarin. Seharusnya gue gak-."

"Gak papa, Zra," potong El. "Gue malah berterimakasih ke lo, karena udah wakilin gue buat ngomong perasaan gue ke Rafa," ungkapnya.

Ezra mengangkat kedua alisnya.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang