Pukul 16.00
El saat ini ditemani Ezra sedang berada di bandara untuk mengantar kepergian Ryan yang akan kembali ke Jogja, karena masa liburnya sudah hampir selesai.
Ryan menghentikan langkahnya dan berbalik memandang El.
"Apa?" tanya El langsung.
"Gue balik dulu. Titip mama sama Kei. Jaga diri lo baik-baik. Jangan keluar sampai malem, apalagi sampai pagi. Bersihin kamar gue seminggu sekali. Jangan lupa baju gue gantungin yang rapi kalo udah disetrika. Seprai kasur gue tolong cuciin. Terus kamar man-."
"Diem atau masuk nih sepatu ke mulut lo," geram El, sedikit mengancam dengan berniat melepas sebelah sepatunya.
Ryan tertawa kecil, kemudian menepuk kepala El beberapa kali. "Dari dulu sampai sekarang, kalo gue mau pergi kemana pun, cuma lo yang gue khawatirin," ucap Ryan tiba-tiba menjadi serius, sehingga El hanya bisa diam mendengarkan.
Lalu, pandangan Ryan beralih pada Ezra. Ia memeluk singkat cowok itu, kemudian berkata, "Titip adek gue ya, Zra."
"Apaan sih? Lagian gue bisa jaga diri sendiri, Kak. Ngapain dititipin ke dia?"
"Kalo El ada masalah apa-apa, kasih tahu gue. Maklum di rumah kita gak ada cowoknya," ujar Ryan lagi tanpa mendengar protes dari El. "Biasanya sih, gue titipin ke Rafa, tapi berhubung sekarang udah ada lo, jadi gue bisa andalin lo kan?" tanya Ryan.
Ezra terdiam sejenak saat mendengar nama Rafa disebut. Ia melirik ke arah El yang terlihat juga sempat kaget ketika mendengar nama itu. Ia lalu kembali menatap Ryan dan menganggukkan kepala.
El cepat-cepat merubah ekspresinya. "Dih apa sih lo? Kenapa nurut aja? Udah kayak pesuruhnya Kakak gue aja, lo," sungut El menyikut lengan Ezra pelan.
Ryan mengedarkan pandangannya, sambil melihat jam tangannya. "Rafa masih belum datang?"
El terdiam dan hanya mengangkat kedua bahunya. Jangankan untuk hari ini, beberapa hari terakhir pun, ia masih tidak mengetahui keadaan cowok itu.
Ezra yang melihat pandangan Ryan tertuju padanya, langsung menawarkan bantuan, "Mau gue telponin dia Kak?"
"Gak perlu. Mungkin dia lagi ada urusan," tolak Ryan. Ia kembali memandangi adiknya dan menghembuskan nafas panjang. "Jangan cuma karena satu orang, bikin lo jadi sia-siain kasih sayang orang di sekeliling lo."
El menoleh cepat dan membalas tatapan kakaknya.
Ryan kemudian tersenyum. "Cari kebahagiaan lain disaat kebahagiaan utama lo hilang, Dek," tuturnya.
"Apaan sih lo? Tiba-tiba jadi sok bijak gini," ujar El pelan
Lagi-lagi Ryan tertawa kecil. "Yaudah gue-,"
"Kak Ryan!"
Panggilan nyaring tersebut langsung membuat Ryan, El dan juga Ezra menoleh ke sumber suara. Mereka melihat Rafa yang tengah berlari menuju ke arah mereka, kemudian berhenti di depan Ryan yang berada tepat di sebelah El.
"Sorry, Kak, gue telat," ucap Rafa sambil masih terengah-engah.
"Gak papa, Raf. Gue juga gak kemana-mana. Orang cuma balik kuliah ke Jogja doang," balas Ryan dengan tersenyum.
"Pesawat lo udah mau berangkat Kak?"
"Bentar lagi. Gue masih ada waktu lima belas menit," jawab Ryan setelah melirik jam tangannya. "Oh, iya. Gue mau ngomong sama lo bentar," lanjutnya sambil menarik Rafa menjauh dari El dan Ezra.
El mengernyit kecil melihat tindakan Ryan tersebut. Ia terus memperhatikan gerak-gerik mulut mereka berdua dengan diliputi rasa penasaran yang tinggi. "Ngapain sih? Ryan aneh-aneh pasti," gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Teen Fiction-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...