35]~Pengakuan

165 6 2
                                        

● VOTE dulu yok
Part ini agak sedikit panjang😁

|•|•|•|

Hujan perlahan turun saat Ezra baru saja sampai di kosnya. Ia langsung mengambil air minum dalam gelas dan meneguknya hingga habis.

"Tumben lo hari ini pulang cepet. Gak ada basket?" tanya Agam, teman satu kos Ezra.

"Ada. Udah selesai, jadi gue langsung pulang," jawab Ezra sambil duduk dan melepas kedua sepatunya.

"Oh, gue tau. Jadi biasanya lo gak langsung pulang ya? Kemana lo? Pacaran?" goda Agam menyindir Ezra yang tidak punya pacar. Setelah itu ia tertawa.

"Rese lo!" kesal Ezra melempar sebelah sepatunya ke arah kaki Agam. "Liat aja. Habis ini juga lo bakal putus," balas Ezra.

"Heh!" sahut Agam melempar balik sebelah sepatu Ezra. "Amit amit ya Allah. Doa orang syirik jangan dikabulin."

Ezra lalu tertawa kecil, lalu berganti pakaian di kamar. Sedangkan Agam melanjutkan games online-nya yang sempat terhenti tadi.

Kos-kosan di daerah sini bisa dibilang terjangkau untuk ukuran seorang pelajar. Bahkan fasilitasnya pun juga sudah cukup lengkap. Kos yang Ezra dan Agam tinggali kini terdapat tiga petak ruangan. Ruang depan, kamar, lalu kamar mandi dengan dapur kecil di belakang.

"Zra! Zra!" panik Agam menepuk bahu Ezra yang baru saja selesai mengganti bajunya.

"Apaan sih?" tanya Ezra bingung.

"Di depan ada yang mau ketemu lo," ujar Agam.

"Siapa?"

"Gak kenal gue. Kayaknya teman sekolah lo, deh," jawab Agam.

"Ya udah suruh tunggu bentar, gue mau mandi."

"Heh! Gila lo," sungut Agam. "Dia cewek Zra, bajunya juga basah kehujanan," lanjutnya.

"Cewek?"

Agam mengangguk cepat.

Tanpa mengganti celana seragamnya, Ezra segera berjalan cepat ke luar kosnya. Ia melihat seorang cewek membelakanginya dengan masih memakai seragam sekolah dengan ditutupi jaket hitam.

Ezra sedikit terkejut stelah melihat cewek itu yang menoleh padanya. "El?"

El pun tersenyum menatapnya dengan bibir yang bergetar karena menggigil.

Ezra memperhatikan kondisi dan penampilan El dari atas ke bawah, yang basah karena kehujanan. "Ngapain hujan-hujanan kesini?" tanya Ezra.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap El dengan bergetar.

"Ngaco lo! Ngomong sama gue kan bisa besok disekolah. Lo juga bisa telpon gue," kesal Ezra yang tiba-tiba tersulut emosi. "Naik apa lo kesini?" tanyanya lagi.

"Naik kaki," jawab El dengan tersenyum kecil.

Ezra tidak menanggapi candaan El tersebut. "Gue telpon Rafa ya. Dia bawa mobil kan? Biar dia jemput lo di sini," ujarnya.

El menggeleng dengan badan yang masih menggigil. "Gue-."

"Lo tunggu disini, gue ambilin handuk sebentar," potong Ezra.

El mencekal tangan Ezra. "Gue mau ngomong-."

"Iya, nanti. Sekarang nurut gue dulu," sela Ezra.

"Ezra! De-dengerin g-gue dulu!" ketus El yang kesal karena cowok itu terus menghentikan ucapnnya.

"Lo yang harus dengerin gue sekarang!" bentak Ezra yang ikut terbawa emosi, apalagi ia melihat El yang berucap dengan terpatah-patah karena kedinginan.

El mengerjapkan matanya menatap Ezra yang terlihat marah saat itu.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang