Mereka berdua saling terdiam dengan kedua pasang mata saling menatap.
"Krukk..."
El dan Ezra langsung menoleh secara bersamaan pada sumber suara yang ternyata berasal dari perut Ezra. "Gue lapar," ucap Ezra menyengir.
El kembali mendelik kesal. Lalu El berdiri dan mengambil kembali bantalan sofa yang tadi ia lempar untuk kemudian ia lempar lagi pada cowok itu. Tapi kini, lemparannya lebih kuat dari sebelumnya. "Makan tuh bantal!" sungut El yang segera pergi dari sana, meninggalkan cowok itu yang sedang mengaduh kesakitan.
El berjalan menuju kamarnya untuk mengambil ponsel dan segera menekan nomor panggillan cepat angka 3, karena nomor 1 dan 2 sudah terisi nomor orang tuanya.
"Kenapa El?" tanya Rafa terdengar di ponsel El.
"Lo dimana? Kenapa sepupu lo bisa ada dirumah gue?" tanya El langsung.
"Sorry El, gue lagi nemenin Rere ambil obat soalnya."
El terdiam sesaat ketika Rafa di seberang sana menyebut nama Rere.
"El?"
"Terus? Lo titip sepupu lo di rumah gue gitu?" El kembali mencoba bersikap seperti biasa.
"Sehari doang El. Lagian masa sama teman sekelas lo gak akur?"
"Apaan sih, lebay lo! Ya udah, gue nyusul kesana ikut nemenin Rere."
"Gausah deh, El. Ini juga udah selesai, kok. Habis ini kita mau makan siang. Ya masa lo dateng pas kita lagi berdua."
El menggigit bibir bawahnya, karena tiba-tiba merasakan sakit yang muncul di hatinya bersamaan dengan ucapan Rafa. Beberapa detik kemudian El mencoba tersadar dan menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian menjawab, "Iya deh, asikin aja berdua. Awas aja lo gak bungkusin makanan buat gue."
"Siap bos."
Panggilan pun terputus.
Hebat kan? El bahkan tak tahu sampai kapan ia bisa terus menahan perasaannya dan menyakiti dirinya sendiri seperti ini. Sudah 7 tahun ia menyembunyikan perasaannya pada Rafa. Ia pikir semuanya akan tetap sama, cowok itu akan tetap berada di sampingnya sampai seterusnya. Hingga kemudian tak lama setelah El menyadari perasaanya pada Rafa, mereka berdua bertemu Rere di SMP. Setelah itu mereka bertiga pun menjalin persahabatan hingga sekarang.
Lalu pemikiran dan keyakinan El selama ini pun hancur ketka ia tahu bahwa Rafa mempunyai perasaan lebih terhadap Rere.
-Flashback-
"El, gue lagi suka sama cewek," ucap Rafa yang meletakkan stick playstationnya dan menghadap El di sampingnya.
Mendengar Rafa yang tiba-tiba bicara ke topik itu, El juga menoleh ke arahnya. "Siapa emang cewek yang punya nasib sial itu?" tanya El sambil mencomot snack yang sengaja disiapkan oleh mamanya Rafa.
"Kok sial sih!" cibir Rafa merebut snack itu. "Yang ada cewek itu beruntung lah bisa buat gue suka ama dia," lanjutnya.
"Iya deh, iya. Siapa emang?" tanya El penasaran.
"Sebelum itu, gue mau tanya lo. Salah gak sih kalo kita suka ama teman sendiri?"
Jantung El benar-benar mau copot. Kalimat cowok itu benar-benar membuat El menjadi gugup secara tiba-tiba. Ia memikirkan kemungkinan jika cewek yang dimaksud Rafa tadi adalah dirinya. Setelah berhasil menguasai dirinya sendiri, El menjawab, "Enggak ada yang salah. Kita berhak suka sama siapa aja, bahkan sahabat kita sendiri. Cuma ya itu, bakal banyak resikonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Ficção Adolescente-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...