Plakk!!
El menampar pipi Ezra dengan keras. Ia menatap Ezra dengan kesal dan menggelengkan sedikit kepalanya, karena tidak menyangka bahwa Ezra mengutarakan hal yang selama ini El tutupi dengan tidak mudah dan mengorbankan perasaannya sendiri. El lalu berjalan cepat, pergi dari sana, meninggalkan mereka semua di tengah suasana yang menegangkan.
Sarah yang awalnya saling pandang dengan Dito karena bingung, kini berlari menyusul El.
Ezra mengusap pelan sebelah pipinya, tempat di mana tamparan El mendarat. Lalu kembali menoleh ke Rafa dan ingin melihat bagaimana reaksi Rafa setelah mengetahui kebenaran yang El sembunyikan selama ini.
"Tunggu dulu," ujar Rafa yang masih terlihat bingung. "Maksud lo apa?" tanyanya berusaha mencari penjelasan dari ucapan Ezra tadi, serta alasan tindakan El pada Ezra barusan.
Ezra melangkah ke depan, namun langsung ditahan oleh Dito. Dito tidak mau baku hantam kembali terjadi jika ia membiarkan kedua cowok itu berdekatan.
"Gue ada urusan sama dia," ucap Ezra bersikeras untuk mendekat pada Rafa.
"Dia masih saudara lo, Zra. Tenangin diri lo dulu," tutur Dito mencoba meredakan emosi Ezra.
"Tenang aja, gue bakal bicara baik-baik," ujar Ezra membuat Dito langsung melepaskan tangannya dan membiarkan Ezra mendekati Rafa.
"Coba lo tanyain diri lo sendiri, Raf. Kenapa El bisa bertahan sahabatan sama lo sampai sekarang."
Rafa terdiam.
"Kenapa El cuma diam aja selama lo bentak-bentak dia, maki-maki dia, marah sama dia."
Pikiran Rafa langsung dipenuhi segal ingatan tentang perlakuannya pada El selama ini.
"Kenapa dia sampai rela bohongin perasaanya sendiri," lanjut Ezra. "Semua itu karena siapa dan untuk siapa? Tanyain sama diri lo sendiri!" tegas Ezra yang kemudian langsung pergi dari sana.
Rafa masih membeku di tempatnya dengan segala macam pikiran yang berputar dalam otaknya. Semua pertanyaan dari Ezra tadi, tiba-tiba membuatnya menghubungkan semua kejadian selama ini mengenai dirinya, El, dan juga Rere.
Dito lalu menepuk bahu Rafa beberapa kali, hingga membuat cowok itu kembali tersadar dengan pikirannya. "Selesaiin baik-baik, Raf. El sahabat lo dan Ezra, dia saudara lo malah," pesan Dito yang kemudian berbalik.
"Kak Dit," panggil Rafa setelah Dito berjalan beberapa langkah.
Dito pun menoleh.
"Jadi selama ini, El suka sama gue?" tanya Rafa yang masih belum bisa mempercayai apa yang ada di pikirannya saat ini.
Dito menghela nafas pelan dan mengangguk. "Ya gitu," jawabnya singkat.
"Sejak kapan lo tau hal ini Kak?" tanya Rafa lagi. Ia ingin memastikan apakah orang di sekitar mereka lebih dulu mengetahui hal ini.
"Sejak pertama kali El gabung tim basket. Gue udah langsung tahu meskipun El sama sekali gak cerita ke gue," jawab Dito. "Gue balik dulu ya, Raf," pamit Dito sebelum berjalan pergi.
Rafa kembali terdiam. Kejadian hari ini sungguh mengejutkannya. Rafa baru mengetahui alasan El selama ini selalu memaafkan segala kesalahannya. Jika memang benar, El memiliki rasa lebih padanya sejak dulu, bagaimana bisa tidak terlintas sedikit pun di pikiran Rafa atas kemungkinan hal seperti ini akan terjadi? Padahal ia sudah banyak mendengar cerita dari teman kelasnya tentang hubungan persahabatan antara cowok dan cewek yang tidak pernah berhasil. Bagaimana bisa El menutupinya selama ini dan malah membantu hubungannya dengan Rere? Bagaimana bisa cewek itu menahan rasa sakitnya ketika melihat dirinya bersama Rere?
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Teen Fiction-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...