41]~Jawaban

134 8 9
                                    

Besok adalah hari pertandingan dimana tim-2 basket SMA Harapan melawan SMA kota lain. Maka dari itu, hari ini latihan yang dilakukan mereka tidak terlalu keras dan hanya sekedar menyesuaikan dengan strategi mereka. Hal ini dilakukan agar kondisi fisik dan mental mereka tetap terjaga dan selalu dalam kondisi prima untuk turnamen nanti.

Tim basket putri pun juga masih berada di lapangan sekolah untuk melihat mereka latihan. Dari kejauhan, Zea terlihat berjalan menghampiri posisi El yang sedang duduk merentangkan kaki mengahdap ke arah lapangan basket.

"Woi, El," sapa Zea.

"Eh lo, Yak. Belum pulang?" tanya El yang memang memiliki panggilan yang berbeda untuk teman setimnya itu.

Zea kemudian ikut duduk di sebelah El. "Bentar lagi," jawabnya. "Lo sendiri? Kenapa gak pulang?" tanyanya balik.

"Nunggu mereka latihan," jawab El.

Zea mengikuti arah pandang El yang mengarah ke tempat beberapa anggota basket cowok. Mereka terlihat sedang berkumpul dan membicarakan sesuatu yang serius. "Siapa?"

El menoleh. "Hah?"

"Siapa yang lo tungguin? Rafa atau Ezra?"

El mendengus geli. "Dua-duanya," jawabnya.

"Tapi El, akhir-akhir ini lo deket banget ya sama si Ezra itu. Pacaran?"

El mengangkat alisnya.

"Lo sekarang dateng sama pulang sekolah selalu bareng dia," imbuh Zea.

"Kok lo bisa tau?"

"Yaelahh, satu angkatan udah tau kali, bahkan mungkin satu sekolahan," jelas Zea terkekeh kecil.

"Serius? Kok bisa?" kaget El.

"Tau ah! Capek gue jelasin ke lo. Tadi gue nanyanya apa, sekarang malah ngomongin apa," kesal Zea.

"Eh, iya," ucap El tersadar. "Lo tadi tanya apa?" tanyanya.

Zea berdecak sebelum kembali bertanya, "Lo sama Ezra udah pacaran?"

"Enggak," jawab El santai.

"Terus? Kok deket banget gue liat?" cecar Zea.

El kembali menoleh pada Zea. "Emang yang boleh deket cuma orang pacaran?" tanyanya. "Gue dulu juga deket sama Rafa, tapi gak pacaran kan?" tambahnya.

"Tapi deket lo sama Ezra tuh beda, El. Lo sama dia udah kayak orang lagi-."

"Sama aja Zeyak," sahut El. "Udah ah, bahas lain aja. Lo besok ikut nonton tanding mereka kan?" tanyanya mengalihkan topik.

Zea mengangguk. "Iyalah! Timnya Rafa main, ya kali gue gak nonton," ucapnya.

El mengernyit bingung. "Kok gitu?"

"Haduh El, cewek mana sih di sekolah ini yang rela lewatin pertandingan Rafa? Apalagi sekarang juga ada Ezra," jelas Zea.

El langsung mendorong pipi Zea. "Jijik gue. Jangan ikutan alay lo kayak adik kelas penggemarnya Rafa!"

"Dih, emang bener kali!" sungut Zea. "Beruntung ya lo bisa kenal dan deket sama Rafa dari lama," lanjutnya.

Lalu El tersenyum miring. "Lo gak pernah tau aja, apa yang udah gue alami selama ini," batin El.

"Eh El!"

El segera menoleh lagi pada Zea. "Hm?"

"Denger-denger, kemarin lusa lo ditembak Kak Arif ya?"

"Eh?"

"Gue kemarin izin gak masuk sekolah. Jadinya gak bisa liat kejadiannya langsung. Terus gimana El? Lo tolak?"

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang