27]~Terungkap

282 16 3
                                    

Keesokkan harinya, seluruh teman sekolah Rere datang ke rumah Rere untuk menyelawat, sekaligus berbela sungkawa atas meninggalnya teman mereka tersebut. Kebanyakan dari merea berusaha menghibur Tante Tiwi dengan menceritakan kebaikan-kebaikan Rere di sekolah. Karena memang cewek itu terkenal lemah lembut dan ramah kepada siapapun. Mereka juga baru mengetahui jika Rere selama ini mengidap penyakit kritis.

"Hampir semua cowok suka sama dia di sekolah, Tan," ucap salah satu teman kelas Rere.

"Iya, Tan bener. Tiap hari Rere selalu dapat makanan," imbuh yang lainnya.

"Saking baiknya Rere, malah kita-kita yang disuruh habisin makanannya," lanjut lainnya.

"Oh, jadi kalian yang makan? Gue kira udah dihabisin Rere sendiri," ucap salah satu cowok yang kebetulan juga menyukai Rere.

"Mulai sekarang kasihnya ke gue aja," ucap El tiba-tiba.

"Nah, ini nih Tan yang selalu menghalangi kalo saya lagi pdkt sama Rere," ucap cowok itu mengadu.

"Dasar mak lampir," celetuk cowok lainnya.

El pun melotot tajam ke arah cowok itu kemudian beralih pada Tante Tiwi yang ternyata tertawa berkat candaan teman-temannya itu. Ia pun tersenyum lega, setidaknya Tante Tiwi sedikit terhibur dengan kedatangan teman-teman dari putrinya itu.

El masuk ke dalam dan duduk di ruang tengah sambil menundukkan kepalanya.

"El lo gak papa kan?" tanya Sarah dengan khawatir sambil merangkul pundak El di sampingnya.

El hanya menggeleng.

"Ikhlasin ya, El. Biar Rere tenang disana."

Kini El mengangguk kecil.

"Kayaknya Rafa butuh lo sekarang. Sana gih temenin dia," ucap Sarah pelan.

"Rafa dimana?" tanya El.

"Ruangan yang ada pianonya di belakang. Gue tadi sempat lihat dia di sana," jawab Sarah.

El beranjak menuju ke ruangan yang disebut Sarah, yang bukan lain adalah tempat dimana mereka berlatih musik dan menyanyi di sana. Lalu El melihat Rafa yang sedang duduk di lantai sambil menunduk, sama seperti keadaan dirinya sendiri sebelum ini, tapi mungkin ini lebih buruk.

Melihat Rafa yang seperti itu, malah membuat hati El ikut merasakan sakit. Ia tak tega melihat kondisi cowok itu sekarang. Sangat pucat dan tak bersemangat. Kemarin malam pun Rafa bahkan belum beristirahat untuk tidur, mungkin itu sebabnya kondisi Rafa terlihat buruk sekarang.

El berjalan mendekat dan berjongkok di hadapan Rafa. "Raf," lirihnya.

Tak ada jawaban.

El kemudian memegang pundak cowok itu. "Raf makan ya? Gue ambilin sarapan. Terus lo istirahat dulu sebentar," ucapnya lembut.

Kali ini, Rafa bereaksi. Ia mengangkat wajahnya menatap El dengan dingin.

"Lo belum tidur kan semalem?" tanya El. "Bentar, gue ambil sarapan buat lo," ujar El yang kemudian pergi dari ruangan itu dan mengambilkan sarapan untuk Rafa.

Saat kembali lagi, El menaruh nampan yang ia bawa dengan sepiring makanan dan juga segelas air putih yang lalu ia letakkan di dekat Rafa. "Raf, lo makan dulu gih. Tubuh lo lemes gitu," ucapnya.

"Gue gak butuh," tolak Rafa.

"Apaan gak butuh? Makan gak?!" ancam El dengan mengangkat satu sendok suapan di depan mulut Rafa.

Elvina [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang