Ini part terpanjang di cerita ini :")
Happy reading!🧡|•|•|•|
Materi pembelajaran olahraga di kelas El kali ini adalah bola basket. Pak Indra, guru olahraga mereka memberikan penjelasan singkat tentang teknik dasar permainan basket. Beberapa kali juga memperagakan posisi tangan dan kaki yang benar saat melakukan teknik dasar.
Selesai menerangkan, Pak Indra kemudian menunjuk Ezra untuk maju ke depan dan melakukan praktek tentang apa yang sudah dijelaskan tadi.
"Apa hanya Ezra yang ikut tim basket di kelas ini?" tanya Pak Indra kepada mereka.
"Ada El juga, Pak," jawab salah satu dari mereka.
"Iya, saya juga tahu itu. Tapi yang saya tanyakan cowok di kelas ini," ujar Pak Indra.
Seluruh anak saling pandang dengan bingung, karena memang di kelas mereka hanya dua orang itu saja yang mengikuti ekskul basket di sekolah.
"Lah, si El emang bukan Pak?" sahut Fajar yang langsung mendapat tawaan dari sebagian anak.
El melotot kesal ke arah cowok itu. Lalu memungut kerikil yang ada di sekitarnya untuk dilemparkan ke punggung cowok itu.
"Awh! Tuh kan, Pak! Tenaganya aja kayak gini. Masih belum bisa dikatain sebagai cowok?" tambah Fajar.
"Untung ya cuma kerikil. Habis ini gue cari batu nisan sekalian buat gue lemparin ke lo, mau?!" sungut El.
"Dihh kumat, kan," balas Fajar.
"Apa lo?!"
"Sudah, sudah. Kenapa kita jadi dengerin kalian ribut? Kita langsung praktek saja ya, sekarang," lerai Pak Indra menengahi perdebatan antar dua muridnya itu.
Mereka pun berbaris seperti yang sudah diperintahkan oleh Pak Indra dan mulai mempraktikkan gerakan dasar yang tadi sudah dicontohkan oleh Ezra.
Karena memang Ezra dan El sudah terlampau sering berkutat dengan bola basket ini, mereka berdua pun menyelesaikan praktik dengan nilai sempurna. Ezra mendapat nilai tertinggi diantara para cowok, sedangkan El juga mendapat nilai tertinggi untuk kalangan cewek.
"Ezra dan El, kalian boleh istirahat di tepi lebih dulu. Untuk yang lainnya, kalian harus bertanding dengan membagi jadi 4 kelompok. Ini untuk tambahan nilai kalian," tukas Pak Indra.
"Yang cowok juga Pak? Tapi nilai kita masih lebih bagus dibanding yang cewek," protes Genta yang kemudian ikut didukung sahutan beberapa cowok lainnya.
"Kenapa? Mau protes? Silahkan bicara dengan El saja," jawab Pak Indra dengan tersenyum.
Jawaban tersebut membuat seluruh cowok terdiam saling menyikut satu sama lain. Bukannya tidak berani, tetapi mereka tahu jika sudah beradu mulut dengan El, maka itu sama saja dengan membuang waktu mereka, karena sifat cewek itu yang keras kepala dan susah untuk mengalah.
"Kok diem? Gak jadi protes nih?" imbuh Pak Indra.
Beberapa dari mereka mulai mendorong Genta agar maju untuk protes pada El. "Sana Gen, katanya lo gak setuju?"
"Kenapa Gen?" tanya El yang menyangga kedua pinggangnya.
"Gue bukannya takut ya, tapi gue lebih milih aman daripada kelamaan debat sama lo yang gak akan ada ujungnya," jelas Genta menatap El berani.
"Huuuuuuhhh!!" seru murid-murid cewek kepada Genta yang banyak alasan.
Pak Indra yang memperhatikan mereka pun tertawa kecil. Lalu ia kembali memberikan perintah, "Sekarang bagi kelompok dan segera menuju posisi kalian masing masing!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvina [COMPLETED]
Teen Fiction-Elvina Allya Cewek tomboy yang biasa dipanggil El sedang menghadapi kasus friendzone. Dia selalu mengorbankan apapun demi kedua sahabatnya yang saling suka. Meskipun itu membuatnya berkali-kali menangis seorang diri dikamar. - • - "Lo pi...