Bab 2

6.5K 855 103
                                    


"Eomma! Appa!" Ia memekik ceria saat mendengar suara klakson mobil orang tua kami.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat dirinya terlihat begitu menggemaskan dengan kostum puppy-nya.

"Jimin-ah!" Aku ikut berlari dan mengejar adikku ke arah pintu depan rumah kami.

Kami tertawa bersama dan memeluk kedua orang tua kami.

Ya, salah satu habit keluarga kami. Saling memeluk satu sama lain saat Eomma dan Appa pulang dari kantor.

Dan aku menyukainya, saat Jiminie kecil tertawa riang dipelukan Eomma, menunjukkan gigi-gigi kecilnya yang lucu, pipi tembamnya terangkat ke atas, membuat mata kecilnya terlihat menghilang.

"Eomma! Appa! Lihat baju Jiminie sekarang!" Ia melepas pelukan Eomma pada tubuhnya dan memekik riang, memperlihatkan hadiah yang kuberikan hari ini padanya.

Eomma dan Appa tertawa gemas melihatnya, membuatku ikut tersenyum senang. "Aigoo, uri Jiminie neomu kwiyeowo!" Eomma memujinya. Membuat Jimin melipat tangan mungilnya di dada dengan angkuh.

'Ah! Dia menggemaskan.'

"Eomma tahu? Ini hadiah dari Yoongi hyung!" Ia merentangkan kedua tangannya, memberi tanda bahwa ia ingin kupeluk dan kugendong. Aku tertawa kecil dan membawanya dari pelukan Eomma. Membuat Appa melepaskan tangannya dari pundakku.

"Jya! Uri Jiminie, ganti piyamamu dulu oke? Setelah itu kita akan makan malam bersama." Dia mengangguk patuh. Aku pun mulai berjalan untuk kembali ke kamar.

Ya, memang. Untuk anak lelaki seusiaku, aku adalah orang yang begitu tertinggal. Maksudku, aku.. tak begitu menyukai pergaulan diluar sana, aku lebih nyaman tinggal di rumah, bermain bersama adikku dan menghabiskan waktu dengan piano.

Satu-satunya teman, di dalam setiap keadaan.
*****




























"Hyung?" Aku menoleh dan berdehem kecil pada si kecil yang kini terlentang dengan nyaman di ranjangku.

Ia memang selalu begitu, selepas makan malam ia akan berdoa, mengucapkan kalimat-kalimat manis dan menggemaskan untuk Eomma dan Appa lalu kemudian berlari ke dalam kamarku, tanpa peduli jika aku masih harus bercakap cukup lama dengan kedua orang tua kami.

Seperti hari ini, aku berbincang cukup lama dengan Eomma dan Appa, tapi dia dengan setia menungguku di ranjang.

Already guess, tho.





Dia ingin aku menceritakan kisah pengantar tidur.

Aku yang telah selesai membersihkan diri pun segera berbaring disampingnya, merentangkan kedua tangan dan kaki membuat gerakan menggunting. Dapat kulihat dari sudut mataku, Jimin ikut melakukannya di atas ranjang big size milikku.

Ia tertawa kecil dan terus menatapku dengan mata kecil miliknya, "sudah selesai meregangkan otot, Jim?"

Dia berguling ke arahku dan memeluk diriku erat, kepalanya terangguk kecil. "Ne, hyung! Sudah! Sekarang ceritakan kisah pengantar tidur, hyung! Jiminie ingin tidur!"

Ia merajuk, mengerucutkan bibir tebalnya lucu. "Arasseo, kisah apa yang ingin kau dengar Minie?"

Ia melepaskan satu tangannya dari tubuhku, menempelkan jari telunjuknya di dagu--seolah berpikir, hingga ia menemukan jawaban yang diinginkannya. "Hyungie, ceritakan kisah cinta untuk Jiminie." Ia tersenyum penuh harap.

YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang