Bab 8

3.3K 521 40
                                    

Hari ini adalah hari Jumat, hari terakhir segala aktivitas yang monoton dijalankan oleh semua orang diberbagai penjuru dunia. Termasuk bagi Jimin, dengan hati yang senang ia segera menghabiskan sarapannya bersama ayah dan ibunya. Yoongi memang tak lagi pernah sarapan bersama keluarganya. Yoongi terlalu sibuk dengan kegiatan sekolah.

"Eomma, Yoongi hyung pulang pukul berapa nanti?"

Chaerin yang tengah mengunyah sarapannya segera berhenti dan menatap Jimin. "Kenapa sayang?"

Jimin hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Jiminie sudah selesai! Dah Eomma! Dah Appa! Jimin harus segera berangkat ke sekolah!" Dengan ceria Jimin meninggalkan meja makan. Ia berlari ke arah mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh Tuan Choi.

Ia tersenyum dan menyapa Tuan Choi dengan ramah, "hatimu sedang senang, tuan muda?" Jimin mengangguk dan berdehem kecil. "Jiminie tidak sabar menunggu hari esok!" Ujarnya ceria.

Sepanjang perjalanan ke sekolah Jimin terus tersenyum, ia mengingat semua saran yang Jungkook berikan. Jimin bahkan memimpikannya setiap hari.

Wah! Jimin jadi tidak sabar.
*****










"Jimin, kau baik? Apa ada yang mengganggumu?" Jungkook bertanya lembut.

Jimin membuang satu napas kasar saat mendengar pertanyaan Jungkook. "Ini tentang Yoongi hyung. Jungkook, Jimin merasa kesepian. Yoongi hyung tak pernah bisa lagi Jimin ajak bermain, dia selalu sibuk. Pergi dan pulang tanpa bisa Jimin tebak. Menurutmu Yoongi hyung kenapa?"

"Yoongi hyung berada di tingkat akhir, bukan? Aku rasa wajar. Hyung-ku saja begitu. Dia akan pergi fajar dan pulang malam, untuk belajar. Jadi kau tidak perlu khawatir."

"Apa selalu begitu saat kita sudah dewasa?" Tanya Jimin penuh rasa penasaran.

Jungkook mengangkat sebelah alisnya, ia merasa bingung. "Bagaimana?"

"Ya, meninggalkan anak kecil seperti kita hanya dengan asisten rumah tangga dan supir yang siap membantu hampir 24 jam." Mereka berdua terkekeh saat mengingat hal yang sama mereka rasakan.

Jungkook mengendikkan bahunya. "Mungkin mereka hanya mengusahakan yang terbaik. Tak apa, Jim. Kau masih punya aku."

"Apa Yoongi hyung juga berpikir begitu?"

"Tentu! Kau justru harus memberikan semangat untuk Yoongi hyung."

Jimin mengernyit heran, "bagaimana caranya Jungkook?"

"Berikan hadiah pada Yoongi hyung akhir pekan nanti."

"Lalu Jimin harus bagaimana?"

"Buat kue, berikan makan siang romantis, dan bermanja pada Yoongi hyung." Jimin mengangguk paham dan tersenyum menatap Jungkook. Laki-laki kecil itu menampakkan gigi kelincinya yang nampak begitu lucu, lalu membawa Jimin ke dalam pelukan.

"Terima kasih, Kookie. Kau yang terbaik!"

"Ya, aku tahu." Dan Jungkook pun tersenyum dengan penuh arti di dalam pelukan Jimin.
*****
















"Jimin, kau sudah menyiapkan semuanya?"

Jimin yang sedang fokus menatap guru matematika itu pun menoleh ke arah Jungkook yang tadi berbisik padanya. "Ada apa, Kookie?"

"Hadiah untuk Yoongi hyung." Bisik Jungkook.

Jimin pun memperhatikan gurunya dan menanti waktu yang tepat untuk kembali menoleh ke arah Jungkook. "Ya, tapi Jiminie bingung. Bagaimana caranya membuat kue? Sepertinya Jiminie harus-"

"Aku bisa membantu!" Pekik Jungkook, ia berbisik dengan semangat.

Jimin mengerucutkan bibirnya sebal. "Bukankah ini acaraku dan Yoongi hyung?"

Jungkook mengangguk, "ya, tentu. Dan aku akan membantumu agar dapat memberikan yang terbaik."

"Janji tidak mengganggu?" Ujar Jimin dengan bibirnya yang ter-pout lucu. Ia juga mengangkat jari kelingkingnya di bawah meja.

Jungkook mengangguk, ia tersenyum hingga gigi kelincinya nampak. Ia mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Jimin. "Janji. Beritahukan saja alamatmu, besok pagi Kookie akan datang kesana bersama Tae Tae hyung."

Jimin mengangguk, "call!"
*****

-tbc-

Happy 1K readers ^^ gomawo yeorobundeul, saranghae :*

December, 29th 2017

-1stWings-






YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang