Bab 14

3.4K 504 175
                                    

"Kau yakin kau baik-baik saja, Jimin?" Pria tinggi itu bertanya khawatir. "Eum," Jimin yang tengah memakai sepatu talinya itu mengangguk dengan senyuman dibibirnya, "tenanglah hyung, aku juga bukan anak kecil yang manja dan cengeng lagi sekarang. Jiminie-mu ini akan lulus Junior High dan kembali ke Korea dengan selamat." Ujar Jimin semangat sembari menepuk kedua tangannya dan berdiri dengan tegak.

Pria tinggi itu pun tersenyum lebar dan mengangguk sembari berdehem kecil, "iya, Jim. Aku tahu. Cepatlah lulus dan kembalilah ke Korea. Perjuangkan hatimu." Jimin tersenyum kecut, namun ia mengangguk dan berusaha terlihat ceria. "Tentu saja, Guan Lin hyung. Aku akan memperjuangkan cintaku seperti apa yang kau katakan! Terimakasih sudah memberikan semua saran spektakular itu untukku." Jimin tersenyum hangat.

Membuat pria berkulit putih itu ikut membalas senyumannya, "ya, Jim. Jangan sampai kau menyesalinya seperti aku menyesali keputusanku." Guan Lin tersenyum dan mengusap lembut surai Jimin. "Ah, aku harus menemui Jisung hyung. Kami akan membeli beberapa hal penting untuk persiapan pernikahan kami. Jika kau pulang nanti, belilah makanan dari luar. Oke?" Jimin mengangguk paham, "oke, sampai jumpa nanti, hyung!" Jimin tersenyum sembari berlari, dan melambaikan tangannya untuk Guan Lin.

Pria yang paling baik, yang pernah Jimin temui.
*****








Jimin berangkat ke sekolahnya dengan bus sekolah, jarak antara tempat tinggalnya dan sekolah Jimin memang tak jauh. Pada awalnya Jimin pernah menolak permintaan Guan Lin, ia takut Guan Lin perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk dirinya, tapi Guan Lin bilang Jimin harus terjamin keselamatannya. Maka ia Jimin pun memutuskan untuk mengiyakan permintaan Guan Lin, agar tak membuat sang hyung khawatir.

Jimin mengangguk sembari tersenyum kepada supir bus sekolahnya, namun saat ia berjalan mencari tempat duduk, satu kaki sengaja memblok jalannya. Membuat Jimin terjatuh.

"Watch your step, little Min." Lalu diiringi tawa yang terdengar kentara tengah meledek dirinya.

Jimin tak peduli, ia hanya mendengus dan melanjutkan langkah kakinya menuju kursi paling belakang bus. Duduk disana dan menatap jendela dengan wajah yang kosong. Sudah biasa dengan perlakuan anak-anak nakal kurang kerjaan seperti mereka, karena tubuh Jimin yang terbilang mungil juga wajahnya yang manis dan sifat pendiamnya-lah, Jimin menjadi sasaran empuk objek pembulian. Hingga satu tangan menunjukkan sebuah kotak bekal berwarna putih yang berhiaskan pita merah muda.

"Hai!" Jimin menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. "Mahu makan ini bersamaku? Aku membawa dua sandwich disini." Anak perempuan itu menggoyangkan kotak bekalnya sembari tersenyum. Begitu manis. Hingga membuat Jimin merasa takut.

"Terimakasih Seulgi, tapi aku sudah sarapan." Jimin membalas Seulgi dengan senyuman tipis. "Oh, oke." Gadis berwajah tomboy itu pun sedikit menggeser duduknya menjauh dari Jimin, "kupikir kau akan menghargai usahaku." Ia tersenyum kecut, bukannya Jimin jahat, ia hanya tidak ingin memberikan harapan pada orang lain.

Bukankah diperlakukan manis hanya untuk dibuang kembali itu rasanya menyakitkan? Jimin tidak ingin orang lain merasakannya. Maka ia memberikan perlakuan sewajarnya saja pada Seulgi. Berharap Seulgi akan paham, bahwa Jimin tidak memiliki ketertarikan apapun padanya.
*****
















"Jimin?"

Jimin yang tengah membereskan barang-barangnya di atas meja untuk pergi makan siang tiba-tiba menghentikan aktivitasnya, ia menoleh dan mendongak dengan senyuman kecil dibibirnya. Menatap si sumber suara. "Ya, Seulgi?" Gadis itu tersenyum senang, "mahu makan siang bersamaku?"

Jimin jengah, Jimin merasa bosan dengan semua sikap Seulgi yang agresif, namun dia menyembunyikannya dengan satu tepukan dibahu Seulgi dan tersenyum. "Kau tahu bukan, aku lebih suka sendirian. Bahkan aku tidak berteman dengan siapapun disini. Aku melangkah kemanapun yang aku inginkan sendirian. Jadi, bisakah kau berhenti mencoba untuk bersahabat denganku?" Ujar Jimin dengan lembut.

YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang