"Hyung, kita mau kemana?" Jimin menolehkan kepalanya pada Yoongi yang masih saja menatapi dirinya walaupun sudah kembali menyalakan mesin mobil. "Somewhere with someone. Promise you will love it." Yoongi tersenyum lembut, masih tetap menatap Jimin. Jimin yang bingung dengan apa yang Yoongi lakukan, hanya sedikit memajukan bibirnya dan mengernyitkan hidung mungilnya risih.
Ia menghela napas dan memalingkan wajahnya kembali ke arah depan, "oke, cepat jalan kalau begitu. Jiminie memiliki tugas sekolah." Yoongi tertawa kecil dan mengusak rambut Jimin gemas.
"Maafkan aku," Yoongi berucap sembari mulai melajukan mobilnya, membuat Jimin melirik kecil dari sudut matanya. "Aku hanya tidak bisa menghilangkan hobiku." Ia tersenyum, "memandangi mimik wajahmu, memperhatikan bilah bibir yang imut itu saat kau berbicara, menatapi kedua netra cantik yang mengedip teratur itu, juga melihat rona diwajahmu yang terbentuk natural saat aku memandangi dirimu. Da.. modu da, are my favorite."
Yoongi dan Jimin sama-sama terkekeh kecil, "hyung, you are so cheesy these days. Apa kau memang sedang berlatih agar bisa menjadi perayu ulung?" Canda Jimin. Yoongi berdecih geli mendengar pertanyaan Jimin, "tidak, tidak. It's not my style, you little baby." Yoongi menutup bibirnya dengan tangan kirinya yang terkepal lalu berdehem kecil. "Itu adalah hobi yang tidak bisa aku hentikan, bukan tidak bisa sebenarnya. Hanya saja aku tidak ingin."
Jimin memutar matanya malas mendengar ocehan Yoongi, "karena aku tahu waktuku tak banyak untuk bisa menjalankan hobiku." Kilat jahil diwajah Jimin perlahan menghilang mendengar ucapan Yoongi, pria yang lebih tua membawa sebelah tangannya untuk ia genggam. "Jimin, waktuku tak banyak untuk bisa menikmati pemandangan terindah di depan mataku ini." Yoongi menoleh sesaat untuk menatap Jimin.
"Kelak, cepat atau lambat. Entah kau atau aku, diantara kita pasti akan ada yang menyerah. Meninggalkan belakang dan mulai menata setiap langkah ke depan dengan perlahan." Yoongi menghentikan mobilnya saat mereka tiba di tempat tujuan. "Aku tahu kau pasti lelah menghadapi jalan cinta kita, kau bisa berhenti kapanpun kau mau. Logikaku akan mencoba untuk mengerti, walaupun sebenarnya hatiku tidak."
Yoongi mengangkat perlahan jemari mungil dalam genggaman itu, mengecupnya lembut. "Lakukanlah semua yang membuatmu bahagia, aku tidak akan melarang. Karena aku sudah cukup bahagia menghabiskan waktu singkat ini bersamamu. Sudah cukup banyak memori yang bisa ku kantongi hingga aku tua nanti." Yoongi terkekeh dan menghapus airmata yang mengalir di pipi sang adik.
"Dan sebagai balasannya, aku minta padamu. Tolong.. jangan memintaku untuk berhenti memperjuangkan cintamu. Aku tak peduli jika kau tak lagi membalasnya, itu hakmu. Tapi itu juga adalah hakku, untuk bertahan memperjuangkan rasaku." Yoongi tersenyum lembut. Ia mengecup dahi Jimin lembut, membuat Jimin memejamkan matanya hanya untuk kembali menitikkan airmata sebagai wujud rasa pedihnya.
"Kita impas ya, kalau begitu? Bukankah permintaanku wajar? Ini disebut win-win solution. Semua diuntungkan." Ia terkekeh geli melihat wajah Jimin yang terkekuk kesal. Yoongi dan Jimin sama-sama menyembunyikan pedihnya. "Ayo turun! Sahabatku sudah menunggu di dalam." Yoongi berlalu keluar mobil tanpa memperhatikan Jimin lagi.
*****"Ugh, Jimin-ah. Tell SomSom, please? Did Jiminie feel unwell? Hum?" Somi yang merasa khawatir melihat wajah memerah Jimin merengek, karena Jimin hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil. "Jiminie~" Somi meraih lengan Jimin dan menyandarkan pipinya dibahu Jimin.
Jimin tersenyum dan mengusak lembut surai Somi, "aku baik, jangan khawatir. Sungguh." Jimin tertawa kecil. Ia melirik Yugyeom yang masih duduk dikursinya, menatap Jimin dan Somi gemas. "Yugyeom-ah, aku titip si Jeon ini, ya? Aku sudah dijemput kakakku. Kami harus pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"