"Hyung! Pelankan mobilnya! Kau ingin aku mati muda sebelum menikah dengan Yoongi hyung?" Protes Jungkook tak suka saat Taehyung mengendarai mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Taehyung berdecak malas dan memakirkan mobilnya sembarang, ia tak berhenti menggeram dan menarik napas jengah, beberapa kali memijat kepalanya yang terasa sakit. "Apa yang kau lakukan, Kim Jungkook?" Desis Taehyung tak sabar.
Jungkook menoleh menatap Taehyung dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada, sebelah alis matanya ia angkat menantang Taehyung yang jelas-jelas tengah marah padanya. "Bertunangan satu minggu lagi? Menikah begitu lulus Senior High? Apa-apaan kau ini! Tahu apa kau tentang menikah, hah? Mama dan Papa dan mungkin tak akan pernah melarangmu melakukan apapun yang kau suka. Tapi aku bukan mereka!" Keluh Taehyung tak suka.
"Lalu apa yang kau ingin aku lakukan, hyung? Membatalkan pertunangan kami begitu?" Tantang Jungkook dengan nada tak sabar. "Setidaknya tunda, Kim Jungkook! Kau bahkan belum benar-benar mengerti seperti apa pribadi Yoongi! Menikah? Menjadi isteri yang baik?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya, "talk to my ass you jerk! Kenapa kau begitu bodoh, hah? Apa kau tidak melihat gelagat Yoongi saat membahas pernikahan tadi? Dia belum siap melepas masa lajangnya!" Taehyung menyentak.
"Kau yang tidak mengerti alien bodoh!" Jungkook balas menyentak. "Jimin sudah kembali! Apa yang harus aku lakukan jika saingan terbesarku sudah kembali? Hah? Tentu saja aku harus melaju satu langkah lebih cepat!" Jungkook berteriak keras dan membelalakkan matanya. "Kau seharusnya membantuku untuk mendapatkan apa yang aku mau, hyung! Dan aku. Menginginkan Yoongi-ku." Jungkook tersenyum miring.
Taehyung berteriak kasar dan mengacak rambutnya frustrasi, "kau makhluk paling bodoh, Jungkook! Yoongi tidak mencintaimu! Dia mencintai Jimin bahkan sebelum dia menyadari perasaannya sendiri. Semua orang bisa melihatnya hanya dalam selintas, Jungkook. Kenapa kau memaksakan kehendakmu? Kau ingin menjadi korban dari kisah pelik keluarga Min? Kau akan menghancurkan masa depan keluarga Kim! Menikah di usia muda? Aku yakin kau akan bercerai satu detik kemudian!" Taehyung berucap asal.
"Apa maksudmu, Kim bodoh Taehyung hah? Kau menyumpahiku?" Teriak Jungkook tak suka.
"Kau yang bodoh, Kim sialan Jungkook! Apa kau tidak pernah menonton drama? Dihari pernikahanmu nanti Jimin akan berlari menuju gereja tepat satu detik setelah kalian mengucapkan janji suci. Setelah itu Yoongi akan berlari menghampiri Jimin, turun dari altar, mencium Jimin dihadapan semua orang dan berlari menuju mobil pengantin kalian. Mengendarai mobil itu dengan cepat dan hidup bahagia di sebuah pulau tanpa penghuni berdua bersama Jimin. Adik kandungnya!" Jelas Taehyung begitu atraktif dan menggebu.
Jungkook sempat terdiam dengan wajah kosong menatap kakaknya penuh tanya, namun ia mengenyahkan semua rasa penasarannya akan kemampuan Taehyung dalam mengkhayalkan sebuah cerita. "K-kau.. terlalu kekanakkan." Jungkook berdehem canggung, membuat Taehyung ikut berdehem dan merapikan dirinya, kembali menyalakan mesin mobil dan bersiap untuk kembali menjalankan mobil.
Jungkook menghela napas cukup panjang, namun ia segera menolehkan pandangannya kembali menuju Taehyung. "Jika memang itu yang akan terjadi," Jungkook mengangkat sebelah alisnya, "itu artinya.. kau harus mencegah semuanya sebelum terjadi." Jungkook tersenyum puas. Ia menghela napas lega dan menyandarkan kepalanya dikursi mobil. Namun pandangan matanya menatap risih saat Taehyung membuka seatbelt yang ia gunakan dengan kasar, membuka kunci mobil dan membuka pintunya dengan wajah menyebalkan terpasang diwajah tampannya.
"Apa?" Tanya Jungkook sebal, "turun." Taehyung mendorong Jungkook dengan santai namun penuh tenaga. Membuat Jungkook mau tidak mau harus turun dan keluar mobil dengan terpaksa. "Kim Taehyung!" Kesal Jungkook, ia melipat kedua tangannya dengan bibir yang mengerucut sebal dan kaki yang dihentakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"