Happy Monday :")
Rencana up kmrn, bareng sm tag"an. Tapi mood saya down :") busyet :") maafkan aku yg selalu ngaret:")
Selamat menikmati! 💛
WARNING!
Mature Content in Several Scenes"Ah! Jimin! Busku sudah tiba," Jihoon berdiri dari duduknya, ia segera berburu antrian untuk menaiki bus. "Jimin, jangan pulang terlalu sore, aku akan menghubungi Yoongi agar dia menjemputmu sekarang." Jimin terkekeh manis, ia mengangguk setuju. "Lakukan apapun, hyung."
Jihoon tertawa kecil dan mengusak rambutnya, "Jimin, ingat semua perkataanku, oke? Yoongi hanya terlalu mencintaimu."
Jimin mengangguk paham, "sukses untuk pekerjaanmu di London, hyung." Jihoon mengangguk pelan. "Jangan lupa undang aku ke pernikahan kalian, ya!" Serunya sembari melambaikan dan mulai masuk ke dalam bus. "Hyung!" Sedangkan Jimin mengeluh karena malu, namun ia terkekeh kemudian.
"Jimin-ah! Aku akan selalu siap membantumu! Hubungi aku untuk apapun! Kapanpun!" Ia berteriak dari jendela bus, membuat Jimin memerah karena malu akan sikap pria yang lebih tua darinya itu.
Setelah memastikan bus yang ditumpangi Jihoon tak lagi ada dalam jangkauan matanya, Jimin menghela napas dan memutar tubuhnya untuk kembali memasuki gerbang. Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang dan bibirnya melirih mengucap satu nama. "Jungkook?"
Dengan hatinya yang tak karuan, Jimin sedikit berlari ke arah taman sekolah. Merasa terkejut saat dilihatnya hanya ada buku dan ponsel mereka di atas meja. "Jungkook?" Jimin mulai memanggil namanya dengan gelisah.
Entah kenapa, tapi Jimin merasa ada sesuatu hal yang membuat hatinya terasa mencelos. Sakit. Matanya berair tanpa tahu sebab dari rasa sakit hatinya.
Jimin terus berlari dan sesekali bertanya pada mereka yang masih berada di koridor sekolah. Hampir putus asa, Jimin sempat berhenti di dalam kelas mereka. Mencari Jungkook membuat hatinya semakin berdenyut nyeri.
Ia berdiri dari jongkoknya dan berniat untuk menunggu Jungkook kembali ke meja tempat mereka mengerjakan tugas, namun suara lenguhan menghentikan dirinya untuk melangkah lebih jauh.
"J-jungkook?"
*****Yugyeom memajukan kepalanya dan mulai mengecupi bibir plum Jungkook, tersenyum senang saat Jungkook tak melawan. "Ciuman pertamaku denganmu, my prince." Jungkook memejamkan matanya, membuat senyuman Yugyeom semakin merekah.
Ia menggelengkan kepalanya dalam perasaan tak percaya, melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Jungkook. Dan meraup bibir merah itu untuk ia lumat dan pagut dalam-dalam. Jungkook melenguh saat Yugyeom menekan tengkuknya dan melesakkan lidahnya untuk mempermainkan Jungkook sedalam mungkin.
Jungkook menyerah, dan membiarkan Yugyeom mengeratkan pegangannya pada pinggang kecil Jungkook. Menggesek tubuh bagian bawah keduanya yang masih terbalut celana kain mereka. "Umh," Jungkook meraih kedua sisi wastafel dan mendongakkan kepalanya begitu Yugyeom mencium Adam's apple miliknya.
"Ya, atau tidak?" Yugyeom menatap Jungkook penuh harap. Jungkook membuka matanya dan menatap Yugyeom dengan sendu. Matanya kembali menitikkan airmata, namun ia mengangguk. "Hilangkan sakit yang kurasakan karena Min Jimin. Hilangkan sakit hatiku atas kekalahan yang kuterima karena Tuhan masih memberikan Jimin sebuah kehidupan. Hilangkan penyesalanku karena tidak pernah sanggup mewujudkan impianku untuk melenyapkan Jimin dari duniaku."
Yugyeom tersenyum, "he will die, Jungkook. I swore to God, he will." Ia meraih sabuk Jungkook dan membukanya perlahan, "because you give yourself to me. So I will be your power, seperti apa yang selalu aku lakukan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"