Pibesdey bang Hobieeeeeeee
Semoga Hixtape-nya sukses dan wish all the best things will come to you, all the time.
Saranghae 😍😍😍😍😍💖💖💖💖💖💓💓💓💓💓💓"Jim, bangun. Bukankah bagianmu bertemu guru bimbingan konseling pagi ini?" Guanlin hanya bisa memutar matanya malas, sudah selama 3 hari terakhir Jimin hanya terus berbaring di ranjang, ia bahkan hanya makan satu kali saat malam hari. Setiap kali Guanlin bertanya apa ada sesuatu yang salah, maka jawaban Jimin akan selalu sama.
"Aku hanya takut, hyung. Bagaimana jika Jisung hyung tidak membantuku? Aku sering mendapatkan pengurangan poin karena perilakuku yang seperti tukang tinju disekolah."
Jimin begitu khawatir, ia takut jika nilai tambahan dari poin yang ia kumpulkan tidak dapat banyak membantu dirinya untuk mendapatkan nilai tinggi. Dirinya yakin bahwa poin tambahan dari perilaku miliknya hanya sekitar 30-40 poin. Jimin sering sekali berkelahi dengan Jackson mulai dari minggu pertama mereka menempuh kelas satu Junior High. Terkadang juga Jimin malas mengerjakan tugas apabila itu tugas kelompok, dan berakhir dengan dirinya yang membolos di subjek pelajaran tersebut.
Jimin mengerang kesal karena Guanlin terus menendang tubuhnya agar dia mahu bangun. "Ayo! Cepat. Aku akan menemanimu hingga selesai hari ini. Cepat bangun, Min. Kau ini menyebalkan!" Kesal Guanlin lalu memukul punggung Jimin bertubi-tubi. Namun nihil. Anak itu hanya terus tidur tertelungkup dan mengerang saat pukulan Guanlin terlalu keras. "Oke, kau yang minta untuk dibangunkan dengan cara hyung-ku." Guanlin menyeringai.
Jimin tertawa kecil saat Guanlin tak lagi mengganggu dirinya, ia merasa menang. Namun satu menit kemudian Jimin berteriak keras karena kedinginan. Membuat dirinya refleks terduduk diranjang dengan tubuh menggigil. "Hyungh! Yang benar saja! Arrghh! Sialan!" Kesal Jimin, namun Guanlin hanya tertawa terbahak-bahak. "Itu salahmu, aku sudah membangunkanmu dengan cara baik-baik. Kau yang meminta untuk dimandikan dengan air es." Bela Guanlin pada dirinya sembari meninggalkan Jimin yang segera membuka kaus hitam ditubuhnya. Bajunya basah karena siraman satu botol air es.
Jimin masih cemberut karena kejadian pagi tadi, ia berusaha untuk tidak menghiraukan apapun yang dilakukan Guanlin. Termasuk saat ini, mereka sedang diperjalanan menuju sekolah Jimin. Guanlin membicarakan tentang banyak hal, seperti apa yang harus dilakukan di Senior High nanti, bagaimana cara menentukan minat untuk melanjutkan kuliah, juga prestasi apa saja yang harus diperoleh agar dapat membuka jalan menuju bangku perkuliahan. Tapi yang Jimin lakukan hanya melamun.
"Jim, kau mendengarkan hyung-mu bicara bukan?" Keluh Guanlin. Ia lalu berdecak sebal saat dilihatnya Jimin masih berdiam diri. Guanlin sudah bersiap untuk marah dan meneriaki sang adik, namun Jimin menyela dirinya dan hal itu cukup untuk membuat Guanlin bungkam. Bingung untuk menemukan jawaban yang tepat.
"Hyung, apa menurutmu Appa-ku akan menerimaku dengan baik saat aku pulang nanti?"
*****Klik
Jisung yang mendengar suara pintu ruangannya terbuka segera memasang senyuman indahnya, ia terkekeh kecil saat melihat Jimin yang lesu memasuki ruangannya. "Terimakasih sudah hadir tepat waktu, aku masih memiliki banyak siswa untuk kutemui hari ini. Guanlin bersamamu?" Tanya Jisung segera sesaat setelah Jimin duduk dihadapannya. Jimin mengangguk kecil, "dia ada didepan pintu." Jisung mengangguk paham.
"Jya, Min Jimin. Nilaimu cukup baik untuk ukuran anak nakal. Jadi kupikir poin tambahanmu yang serba kekurangan pun sudah cukup membantu menaikkan nilaimu." Jimin mengernyit bingung saat ia melihat Jisung fokus membaca nilai bayangan miliknya. "Hyung- m-maksudku Mr. Yoon, k-kenapa kau tidak membantuku? Kenapa tidak ada poin tambahan? K-kau tahu nilaiku tidak cukup bagus untuk membawaku pulang ke Korea." Panik Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"