Jimin benar-benar tidak sabar, semenjak bangun dari tidurnya ia segera beranjak ke dapur. Bahkan meninggalkan Yoongi yang masih tertidur dengan nyaman di atas ranjang. "Hyung, jangan dulu bangun ya. Jimin mahu bersiap-siap untuk memberikan hyung kejutan." Bisik Jimin kecil ditelinga Yoongi. Ia mengecup pipi Yoongi sebelum turun dari ranjang. "Semoga hyungie suka hadiah dariku." Jimin tersenyum senang dan berlari dengan cepat menuju Bibi Choi yang tengah sibuk membuat sarapan.
"Bibi Choi!" Sapanya ramah, Jimin memeluk sebentar salah satu asisten rumah tangga kesayangannya itu. "Ada apa tuan muda? Apa kau butuh sesuatu?" Jimin mengangguk semangat, "semua yang Jiminie minta kemarin sudah disiapkan, bi?" Wanita paruh baya itu tersenyum, ia menyerahkan pekerjaannya pada pekerja yang lain dan berjongkok dihadapan Jimin.
"Tentu, tuan muda. Untuk siapa semua itu Anda siapkan? Apa perlu saya bantu membuat kuenya?" Jimin tertegun dengan bibirnya yang mengerucut bingung, "bibi bisa membuat kue?" Bibi Choi tertawa gemas, "tentu, tuan. Jika tuan muda menginginkannya, aku akan membuatkannya untukmu." Jimin tersenyum, "baiklah, kalau begitu Jiminie akan menelepon Kookie dan bilang kalau dia tidak perlu kemari. Tolong buatkan kue cokelat ya, bi. Ah! Ya! Cupcakes dan juga cookies sepertinya menyenangkan."
Jimin berlari kecil ke ruang tengah sembari menyapa para pegawai dirumahnya, ia berniat untuk menghubungi Jungkook. Ia membuka notes disamping telepon rumahnya, menekan nomor telepon rumah Jungkook, berharap sahabatnya itu segera mengangkat teleponnya. Jujur saja, Jimin sedikit tidak suka saat Jungkook bilang ia ingin membantu Jimin untuk menyiapkan kejutan kecil bagi Yoongi. Terselip sedikit rasa cemburu dihatinya. Entahlah, Jimin hanya takut Yoongi tidak akan mengacuhkannya saat Jungkook ada disana.
Ingat pada saat hari pertama mereka berteman? Jimin kecil melihat Jungkook yang mencium pipi Yoongi dari sudut matanya. Itu sudah cukup membuat Jimin merasa memiliki saingan untuk memiliki Yoongi. Apalagi Jungkook adalah orang pertama yang dengan lantang melarang pernikahan Yoongi dan Jimin. Ya Tuhan! Membayangkannya saja sudah menyebalkan.
"Halo? Ini Jimin?" Jimin tersenyum saat ternyata Jungkook lah yang mengangkat teleponnya.
"Jungkook!" Pekiknya senang. "Sudah ada Bibi Choi yang membantu Jimin menyiapkan semuanya. Kookie tidak perlu kemari pagi ini. Habiskan saja waktumu bermain dengan Tae-Tae hyung. Oke!" Ujar Jimin senang. Jimin dapat mendengar dengusan kesal dari ujung sana.
"Kau bicara apa Jimin? Kookie tidak bisa mendengarnya. Halo? Halo? Jimin? Yah, tidak jelas."
Tuut
Tuuut
Tuuutt
"Ugh!" Kesal Jimin dengan dahinya yang mengernyit sebal. "Kenapa bisa rusak begini sih teleponnya? Kookie kan jadi pergi kemari! Huh! Sebal!" Jimin melipat tangannya di dada. Ia berjalan ke arah dapur dengan kakinya yang dihentak keras.
Dengan kesal, Jimin pergi ke kamar Yoongi. Ia berniat untuk membangunkan sang kakak.
BRAK
Didorongnya dengan kasar pintu kamar Yoongi hingga terbuka lebar. Jimin berdecak marah saat melihat Yoongi masih tidur dengan nyaman di atas ranjang. Tsk! Tidak tahukah orang-orang dirumah ini bahwa Jimin tengah kesal? Telepon rumah Jimin benar-benar menyebalkan! Membuat semua rencana Jimin yang ingin berdua dengan Yoongi, gagal seketika.
"Hyung! Tidak mahu bangun?" Ujarnya setengah berteriak. Jimin menunggu selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali berteriak. Ia mengepalkan tangannya di samping dan berdiri tegak. "Bangun Min Yoongi! Atau kau tidak akan mendapat jatah sarapan!" Pekiknya keras hingga wajahnya memerah.
Persis, 100% hasil copying Chaerin Eomma.
Yoongi terkekeh kecil dalam diamnya. Dia sudah bangun sedari tadi Jimin mendobrak kamarnya. Jimin itu lucu sekali, wajahnya memang sedikit menggambarkan Seunghyun Appa, tapi sifatnya.. 100% Chaerin Eomma! Marahnya mereka pun sama. Tangan yang dilipat di dada, kaki yang berjalan dengan hentakkan keras, dan upaya membunyikan barang dengan keras. Pintu, misalnya?
Yoongi sengaja berpura-pura tidur, ia hanya ingin menggoda adik kecilnya. Rasanya rindu, sekali. Mereka sudah cukup lama tak memiliki waktu berdua. Yoongi ingin bermanja dan mendekap Jimin yang menggemaskan seharian dikamarnya. "Yoongi hyung! Mahu Jimin lemparkan pot bunga Eomma?"
Ancaman yang sama.
Dan Yoongi pun bangun. "Kenapa, Jim?" Polosnya. Jimin berdecak malas, "mandi pria pucat. Kau tidak ingin ketinggalan sarapan bukan?" Yoongi tertawa keras melihat gestur dan mimik wajah Jimin yang dibuat persis seperti ibu mereka. "Kau terlihat seperti duplikatnya Nyonya Min."
Jimin mendengus, "siapkan dirimu, hyung. Hari ini hyung milik Jimin." Yoongi tertawa kecil, "hanya hari ini?" Jimin mengernyitkan dahinya dengan bibir yang sedikit maju kedepan. "Tidak ingin selamanya?"
Blush
Jimin memerah malu mendengar perkataan Yoongi dengan suara beratnya. "H-hyung.. k-kau aneh!" Jimin-nya marah, dan Yoongi suka melihatnya. Menggoda Jimin membuatnya merasa lebih hidup.
*****Sarapan pagi ini kembali seperti biasanya, ada Tuan dan Nyonya Min, juga Yoongi dan Jimin. Mereka sarapan sembari membicarakan kegiatan keseharian mereka. Terkesan tak sopan, tapi keluarga Min benar-benar sulit mendapatkan waktu luang untuk dapat berkumpul seperti ini. Maka mereka selalu menyisihkan waktu agar mereka bisa berbagi walau sebentar.
"Jadi, Jimin? Apa alasan kita tidak akan menghabiskan waktu diluar rumah hari ini?" Ayah Seunghyun bertanya. Jimin tersenyum senang, "hari ini Jimin akan membuat berbagai macam kue untuk Yoongi hyung." Jelasnya ceria. Semua orang dimeja makan tertawa gemas melihat Jimin. Jimin mereka tengah berusaha mempelajari sesuatu yang baru rupanya.
"Hanya Yoongi hyung-mu?" Chaerin memajukan bibirnya, berpura-pura sedih. Membuat Jimin menggelengkan kepalanya dan ikut memajukan bibirnya sedih. Jimin menangkup kedua pipi Chaerin yang ada di sampingnya. "Jangan sedih Eomma. Untuk Eomma dan Appa juga. Tapi semuanya spesial hari ini, Jiminie buat untuk Yoongi hyung."
"Kenapa?" Bingung Yoongi.
Jimin tersenyum hangat, "tentu saja hadiah karena hyung sudah giat belajar." Semua orang tersenyum gemas melihat Jimin yang begitu pengertian pada sang kakak.
Bahkan hati Yoongi menghangat mendengarnya.
"Tuan muda, Jimin?" Mereka menoleh ke arah pelayan itu, "teman Anda sudah menunggu diruang tamu. Apa yang harus saya lakukan?" Tanyanya hati-hati. Jimin tersenyum, "siapkan minuman saja untuk Kookie dan hyung-nya."
*****"Yoongi hyung!" Jungkook memekik senang saat melihat Yoongi berjalan menghampiri dirinya sembari menggenggam tangan mungil Jimin. Ia berlari ke arah Yoongi, menabrakkan tubuhnya untuk memeluk Yoongi erat, membuat Yoongi sedikit terhuyung kebelakang dan melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Jimin untuk menjaga keseimbangan.
"Oh, Jungkook. Kau mengagetkanku." Jungkook terkekeh kecil, ia menarik lengan Yoongi agar Yoongi merunduk ke arahnya, mencuri satu kecupan di pipi pucat Yoongi. "Kookie senang bertemu hyungie."
*****-tbc-
January, 07th 2018
-1stWings-
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"