Bab 43

2.9K 304 107
                                    

Do not say you're sorry if you're not. Because it's hurting other people more than what you've done.

If you think you are the right one, then keep it that way. Kamu cuma tidak suka disalahkan. Bukan karena ingin memperbaiki hubungan.




Jimin tersenyum mengingatnya.

Wajahnya memanas dan bibirnya bergetar menahan senyuman.

Seragam sekolahnya tidak dapat menutupi tanda merah di rahangnya.

Kebohongan kecil apa yang harus Jimin katakan hari ini?

Ia kembali tersenyum, bahkan terkikik kecil. Merasakan kembali hangatnya lidah Yoongi menandai dirinya kala ia memejamkan matanya.

Sentuhan ujung jemari pria yang ia cintai pada sekujur tubuhnya.

God! Jimin menyukainya.

Bagaimana rasanya jika semalam Yoongi melanjutkan sentuhannya?

"Jimin?"

Bruk!

"Aw!"

"H-hyung! M-mian!" Jimin memekik lalu mencebik panik. Kedua tangannya terangkat untuk menyentuh mulutnya yang terbuka lebar.

"Yak! Min Jimin." Yoongi membolakan matanya menyeramkan. Menatap Jimin horor.

Jimin menggigit bibirnya gugup. Langkahnya berjalan tergugup, lalu tersenyum kaku saat Yoongi mengernyit tak suka.

"Maaf, Hyung. Kau membuatku terkejut tadi, dan aku sedang memegang ponselku, jadi..."

"Jadi kau melemparkan ponsel itu ke dahiku? Begitu?" Yoongi mendengus lalu berdecak kesal. Membuat Jimin terkekeh, merasa bersalah. Pria yang lebih tua kembali mendesah kecil. "Come, Baby. Time to get you breakfast." Ia tersenyum kecil seraya merunduk untuk meraih ponsel Jimin.

Dan saat Jimin meraih ponsel itu dari tangannya, ia mencuri sebuah kecupan lembut di bibir sang adik. Membuat Jimin memekik terkejut.

"Hyung!" pekik Jimin manja seraya menyentuh bibirnya dengan sebelah tangan dan memukul bahu Yoongi dengan ponselnya.

Membuat Yoongi tersenyum jahil lalu menarik turun tangan Jimin dari bibirnya, dan kembali memberikan sebuah kecupan.

"Hyung! Kamu nakal!" Jimin mengernyitkan hidungnya geli sembari tertawa. Merasakan sentuhan kebahagiaan yang lain, yang baru ia rasakan.

"Let's go. Or she would yell on us." Yoongi terkekeh dan meraih tangan Jimin ke dalam genggaman.

Membuat Jimin berjalan di sampingnya dengan senyuman lebar.

Sebuah senyuman lepas yang tak pernah Jimin pertunjukkan sebelumnya.

Namun saat Yoongi menyapa kedua orang tua mereka, dan keduanya menoleh menatap mereka. Senyuman itu luntur seketika, keraguan dan perasaan gugup menyerang seluruh inci tubuhnya.

Jimin mengerjap gugup dan langkahnya terhenti, tangan itu berusaha melepas genggaman. Namun Yoongi justru mengeratkan genggaman tangan keduanya. Membuat dada Jimin berdenyut nyeri.

Chaerin menarik napasnya dalam selagi pandangannya terarah pada kedua tangan yang saling bertaut, bibirnya terbuka, namun tak satu pun kata dapat terucap dari lisannya.

Hingga saat Seunghyun berdeham dan menurunkan kembali pandangannya pada makanan di depan mereka, barulah Chaerin dapat kembali mengumpulkan nyawanya.

Wanita itu tersenyum canggung. "Duduklah, ini hari pertama kau kembali ke sekolah. Bukan begitu, Sayang?" ujarnya lembut seraya mengusap lengan Jimin saat lelaki itu duduk di sampingnya.

YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang