Bab 17

3.3K 496 246
                                    

"Appa, Minie akan dibawa kemana?" Anak lelaki berusia 7 tahun itu bertanya sembari melihat jendela di samping kanan dan kirinya, Jimin merengut tak suka saat Seunghyun yang duduk di mobil bagian depan tidak menghiraukan dirinya sama sekali. "Ish, Appa. Kenapa Appa masih marah pada Minie?" Jimin kecil mendelik tak suka.

Perlahan netranya melihat ke atas, membuat kepalanya mendongak terkejut. Sebuah plang bertuliskan 'Bandara Incheon' terlihat jelas dimatanya. Jimin panik, ia tahu jika bandara adalah tempat untuk pergi menggunakan pesawat, dan dia akan dibawa terbang jauh seperti saat dulu mereka liburan bersama. "A-appa, kenapa k-kita ke bandara?"

Jimin yang kesal karena Seunghyun tetap tidak menjawab segera memajukan duduknya, berusaha melepaskan seatbelt untuk menghampiri sang Ayah. "Jangan lepas seatbelt-mu Minie, itu berbahaya. Duduklah, kita akan segera sampai." Mendengar suara lembut dan hangat milik Seunghyun membuat Jimin terdiam.

'Appa sudah tidak marah-marah seperti pagi tadi, syukurlah. Jiminie senang kalau begini. Jiminie tidak akan nakal lagi. Jiminie pasti akan menjadi anak baik. Putarlah waktu dengan cepat Tuhan, Jimin ingin segera kembali bersama dengan Yoongi hyung.'

Seunghyun yang melihat Jimin mengusap dada sembari memejamkan matanya menghela napas dalam, helaan napas Seunghyun terdengar bergetar. Jauh di dalam hatinya ia juga terluka, tapi bagaimanapun juga, memisahkan Yoongi dan Jimin saat perasaan mereka belum berkembang jauh adalah yang terbaik. Sebagai seorang Ayah, Seunghyun hanya ingin keluarganya merasa damai dan semua orang bahagia, tanpa cela.

'Maafkan Appa, Jimin-ah.'
*****

































"Tuan Min, putera Anda masih tertidur pulas." Ujar asisten Kang sembari menarik koper Jimin dan sebelah tangannya menggendong Jimin kecil yang tertidur pulas. Seunghyun menghentikan langkahnya, menghela napas dan memutar tubuhnya kebelakang. "Daesung-ah, apa aku terlalu kejam pada kedua puteraku?" Asisten Kang hanya bisa menatap Seunghyun dengan pandangan iba. Tuan-nya tengah menitikkan air mata.

"Tuan, jika Anda mengizinkan, saya tidak akan menjalankan titah Anda." Seunghyun yang sedari tadi tengah menatap Jimin-nya, mengalihkan pandangannya dan menatap Daesung dengan tegas. Air matanya telah menguap, mengembalikan Min Seunghyun yang tak terbantahkan. "Tidak. Lakukan seperti perintahku. Yoongi sudah melanggar ucapanku, dan Jimin yang akan terkena dampaknya. Bukankah aku sudah memperingati Yoongi tadi? Ini bukan salahku jika Jimin harus menjalani kehidupan yang sulit hingga beberapa tahun ke depan. Ini adalah kesalahan Yoongi karena tidak mendengarkanku."

Seunghyun kembali berbalik untuk melangkah ke depan, "tapi, tidakkah lebih baik jika Anda menemani putera Anda dipesawat nanti, tuan?" Seunghyun menggelengkan kepalanya, "Jimin tidak akan ingin kutinggalkan jika aku menemaninya hingga sampai di London, kau yang temani, dan tinggalkan dia bandara saat kalian tiba nanti." Daesung sedikit mempercepat langkahnya, membuat Jimin yang tengah berada digendongannya sedikit terusik karena goncangan. "Tuan, tapi bukankah ia juga putera Anda? Tuan Muda Jimin akan membutuhkan Anda, temani-"

"Aku tahu apa yang aku lakukan, Daesung-ah. Bergegaslah, pesawat kalian akan segera lepas landas." Seunghyun berucap tegas, memutar tubuhnya untuk menatap Jimin yang mulai terbangun dari tidurnya. Ia mendekatkan tubuhnya, mengecup puncak kepala puteranya, membisikkan sesuatu tepat ditelinganya. Membuat Jimin kecil terpaku, tak dapat mengucapkan apapun. "Kau mendengarku bukan? Appa akan menunggumu kembali." Seunghyun mengecup dahi Jimin dan meninggalkan puteranya bersama Daesung tanpa melihat ke belakang. Membiarkan Jimin memeluk erat leher Daesung dan menangis tanpa suara.
*****



















YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang