Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak terasa Jimin kecil pun kini menjadi siswa Elementary School. Jimin senang, ia merasa menjadi lebih semangat. Hari-harinya masih sama, tak banyak yang berubah.. hanya Yoongi yang terasa semakin jauh.
Jimin selalu menunggunya, saat Jimin pulang sekolah ia akan duduk di halaman rumah hanya untuk menanti waktu bertemu dengan Yoongi-nya. Tapi Yoongi selalu pulang terlambat, ia akan pulang saat Jimin benar-benar mengantuk dan sudah terlelap di sofa ruang tamu, dengan dalih masih menunggu Yoongi.
Saat Yoongi tiba, ia akan menggendong Jimin ke kamarnya, memeluk Jimin erat dan mengecup dahi Jimin. Jimin senang, tapi Jimin sudah mengantuk, ia tak memiliki kekuatan untuk sekedar membuka mata dan menjawab pertanyaan Yoongi tentang bagaimana harinya berjalan.
Dan saat Jimin bangun pagi nanti, Yoongi sudah menghilang dari kamarnya, Jimin hanya akan mendapati telepon atau video call dari Yoongi saat Jimin sudah siap berangkat ke sekolah.
Jimin kuat. Jimin bisa bertahan. Ya, setidaknya untuk beberapa minggu pertama. Lama kelamaan Jimin semakin merasa sedih karena sang kakak tak lagi bisa menemani dirinya seperti biasa. Jimin selalu bertanya pada semua orang dirumah.
"Kemana Yoongi hyung?"
"Kenapa Yoongi hyung belum pulang?"
"Apa Yoongi hyung sesibuk itu?"
Hah~ Jimin menghela napas berat saat ia melihat ke sekeliling mobilnya. "Kita sudah tiba Paman Choi?"
"Iya, tuan muda. Ingin saya antar ke kelas?"
Jimin menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Jiminie sudah besar, Jimin bisa pergi ke kelas sendiri paman. Tak apa." Ia pun turun dari mobil dan berlari ke arah Jungkook yang tengah melambaikan tangan padanya.
"Jimin!" Pekik Jungkook senang saat ia mendapati sahabatnya tengah berlari ke arahnya.
Buggg
"Ugh, tidak bertemu dirimu di akhir pekan membuat Jimin sangat merindukanmu, Kookie!"
Jungkook tersenyum di dalam pelukan Jimin yang begitu kuat membungkus dirinya, "aku juga merindukanmu, Jimin! Ayo masuk! Kita bisa terlambat." Mereka pun berjalan ke dalam kelas sembari menggenggam tangan satu sama lain.
Ini adalah tahun pertama Jimin berada di sekolah dasar, dan Jimin termasuk salah satu siswa berprestasi disekolah. Dia juga anak yang tak pernah pelit ilmu. Dia selalu bersedia mengajarkan teman-temannya apa yang dia pahami.
Waktu berjalan cepat, hingga kini dia dan Jungkook telah menyelesaikan kelasnya. Tak banyak hal yang istimewa, semuanya berjalan biasa saja.
Sekarang Jimin dan Jungkook tengah berdiri di depan gerbang sekolah, saling menunggu jemputan masing-masing. Jungkook yang sedari tadi bercerita seketika terdiam saat melihat tak satupun respon Jimin berikan terhadap ceritanya.
"Jimin, kau baik?" Ia menyentuh pundak Jimin. Membuat Jimin terkesiap dan tersenyum canggung, ia mengangguk kemudian. "Apa ada yang mengganggumu?" Jungkook bertanya lembut.
Jimin membuang satu napas kasar saat mendengar pertanyaan Jungkook. "Ini tentang Yoongi hyung." Mendengar nama Yoongi disebut, napas Jungkook tercekat. Ia terdiam tanpa bertanya lebih lanjut. "Jungkook, Jimin merasa kesepian. Yoongi hyung tak pernah bisa lagi Jimin ajak bermain, dia selalu sibuk. Pergi dan pulang tanpa bisa Jimin tebak. Menurutmu Yoongi hyung kenapa?"
Jungkook menggulirkan matanya ke segala arah, ia gugup jika itu tentang Yoongi. Ia takut bahwa dirinya akan salah bicara dan membuat harapan Jimin pada Yoongi bertumbuh. Maka Jungkook pun hanya menepuk pundak sahabatnya dan tersenyum saat ia mendapatkan jawaban yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"