Aku udh baca review kalian semua dichapter sebelumnya, makasih buat kalian yg udh misuh" d chapter sebelumnya. Brrti kalian menghayati story-nya. Aku jg udh baca bberapa praduga kalian ttg chapter kali ini.
Ayooo~ kira" skrg gimana hayooo 😏😏😏
Well, I love you darlings~ makasih karena kalian selalu jujur ttg apa yg kalian rasain pas baca book Incest. Review kalian yg selalu bkin aku snyum" sndiri dn makin semangat buat nulis book nya^^
So, enjoy my gift. 💖
"Yoongi, apa semuanya sudah siap?" Yoongi yang tengah menikmati sarapannya dengan tenang, segera beralih menatap Seunghyun. Ia mengangguk lalu membawa satu gelas air putih untuk diminumnya, "tentu, Appa. Acaranya lusa, mana mungkin aku belum menyiapkannya dengan sempurna." Yoongi terkekeh.
Seunghyun menganggukkan kepalanya puas, "aku tak percaya akhirnya kau benar-benar menjadi seorang gay." Ia tertawa sarkas, "dangsin~" Chaerin menggenggam sebelah tangan Seunghyun, "kenapa sayang? Bukankah aku benar? Putera bungsu keluarga Kim telah membawa hal terburuk ke dalam kehidupan kita, for being a gay. Aku tidak tahu kesalahan apa yang pernah dilakukan leluhurku sampai aku harus menanggung kutukan-"
"Oppa-"
"Kau bisa menghentikan kutukan ini, Appa." Semua orang yang berada di meja makan mengalihkan pandangannya ke arah Yoongi yang berucap dengan santai. "For your sake. For your happiness." Yoongi mengendikkan bahunya tak peduli. "Jika kau memang tidak menginginkan pertunangan ini terjadi, maka hentikan, Appa. Seperti yang biasa kau lakukan. Order, then obeyed." Yoongi tersenyum sarkas dibalik serbet yang ia usapkan dibibir tipisnya.
Seunghyun bersemirik, "setelah semua yang kau siapkan untuk acara pertunanganmu?" Seunghyun meminum air di dalam gelas beningnya. "Tentu saja tidak, sayang. Itu akan menjadi hal yang memalukan dalam sejarah keluarga Min-"
"Bukankah lebih memalukan lagi jika nanti dunia tahu bahwa putera sulung penerus kekayaanmu adalah seorang gay?" Dingin Yoongi.
Seunghyun tertawa puas karena ucapan Yoongi, ia memegangi perutnya dan bahkan beberapa kali memukul meja. Membuat Yoongi mengangkat sebelah alisnya, waspada akan hal yang akan Seunghyun ucapkan selanjutnya. "Kau tahu, Yoongi. Ucapanmu hari ini adalah ucapan yang terbaik yang pernah kau utarakan selama hidupmu." Seunghyun kembali tertawa, "kau tahu kau akan menjadi aib bagi keluarga setelah bertunangan dengan bocah Kim itu nanti."
Seunghyun berdehem dan beralih menatap Jimin yang hanya terus menyantap makanannya, berusaha untuk tak terlibat ke dalam percakapan yang membuat dadanya sesak. "Tapi jangan khawatir tentang penerus Yoongi, kita akan mendapatkannya, menobatkannya sebagai pengganti tahta dirimu. Keponakanmu, kelak."
"Nephew?" Yoongi mengernyitkan dahinya bingung.
"Ya, karena satu-satunya alasanku menerima pernikahan homoseksual ini adalah, Jimin." Yoongi mengalihkan pandangannya menatap Jimin yang kini memandang Seunghyun terkejut. "Jimin akan menikahi seorang wanita, dan bukankah sudah jelas? Itu artinya keluarga Min akan mendapatkan keturunan kelak." Seunghyun tersenyum puas melihat Yoongi yang memandang Jimin penuh amarah.
"Yoongi, kau mendapatkan libur sampai hari minggu nanti, bukan? Temani Jimin untuk berkonsultasi di beberapa sekolah favorit pilihannya. Understand?" Yoongi yang sedari tadi mengepalkan tangannya segera menghela napas dan beranjak dari meja makan, berusaha untuk mengontrol emosinya seperti yang telah ia lakukan selama beberapa hari terakhir.
"Sure. I'll be waiting in my car so please be hurry, Min Jimin." Ia tersenyum dingin lalu segera pergi keluar rumah, menyambar dengan kasar kunci mobil yang diberikan seorang pelayan dan menyalakan mesin mobil dengan kencang. "Shit! Shit! Shit!" Yoongi berkali-kali meninju stir mobil dengan tangannya yang terkepal erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"