"Kau sudah bangun?"
Jimin mengangkat kepalanya panik dengan suara yang tercekat ditenggorokan, selotip yang menempel menutupi mulutnya membuat Jimin kesulitan untuk bicara. Kedua tangan dan kaki yang diikat pada pergelangan, juga bagian punggung yang menempel ketat pada pilar tinggi berbentuk persegi panjang itu membuat Jimin kesulitan bergerak. Seluruh tubuhnya diikat terlalu kencang, membuat Jimin ingin menangis karena sakit yang ia rasakan saat tali tambang itu bergesekan dengan kulitnya.
Ia tidak bisa menahan dirinya untuk menitikkan air mata saat Taehyung meraih dagunya membuat mereka dapat bertukar pandang, tatapan Taehyung sendu namun kontrol wajahnya begitu kuat. Membuat Jimin tidak bisa memastikan apa yang tengah Taehyung pikirkan. "Jangan banyak bergerak, Jim. Kau bisa terluka." Taehyung mengusap sisi wajahnya, membuat Jimin bergetar ketakutan. Ia memalingkan wajahnya membuat Taehyung menjauh dari dirinya dan kembali duduk di atas tumpukan bata.
"Aku sudah membuang ponselmu, Jimin. Sehingga Yoongi tidak akan bisa menemukan kita, juga alat pelacak yang Yugyeom sisipkan ke dalam tasmu. Aku sudah membuangnya." Taehyung menghela napasnya, berbicara tanpa mampu menatap wajah Jimin. "Aku, tidak ingin rencana ini gagal Jimin-ah. Kau harus mengerti bahwa apa yang kulakukan adalah untuk menyelamatkan duniaku." Taehyung mengangkat kepalanya.
"Jika Yoongi cukup tanggap dalam mencarimu, aku berharap itu adalah saat dimana kau belum menemui ajalmu." Jimin menoleh terkejut mendengar perkataan Taehyung, matanya membulat lebar. "Karena satu-satunya cara untuk menyelamatkan duniaku hanyalah dengan membawakan dirinya kematianmu, Jimin. Dan jika saat aku membunuhmu, Yoongi bisa menyelamatkanmu. Maka kau juga mungkin masih tetap akan memiliki napasmu."
Taehyung sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Jimin. Menatap Jimin ragu. "K-kau, mengerti maksudku bukan? Kau, mengerti konsepnya bukan? Semua ini hanyalah tentang ketepatan waktu. Dia bisa melihat apa yang kulakukan, dia memiliki kamera pengintai dimana-mana. Tapi!" Taehyung sedikit meninggikan nada suaranya. "Dia tidak akan bisa mendengarkan suaraku." Gugupnya di akhir kalimat.
"So here is the plan," gumamnya dengan netra yang bergetar, "aku akan memikirkan bagaimana cara yang paling aman untuk membunuhmu. Aku, akan memastikan proses kehilangan kesadaranmu bisa diperlambat. Hingga yang orang-orang lihat saat kau terlelap adalah matimu, tapi sebenarnya.. kau masih memiliki kemungkinan bertahan hidup, meskipun sangat kecil. Maka dengan itu aku menyelesaikan tugasku, dia akan merasa puas dan duniaku akan terselamatkan. Dan kau.. Hoseok tidak ingin kau mati, maka aku akan berusaha untuk memenuhi keinginannya."
Taehyung mengernyitkan dahinya, panik mendera dirinya kala berbagai macam pemikiran seketika mencambuk isi kepalanya. Dengan tubuh yang gemetar ia menautkan kedua tangannya, berusaha menyembunyikan ketakutannya. "Kau- kau mengerti maksudku bukan? Kau paham apa yang akan kulakukan bukan? Aku harap kau akan selamat, aku hanya ingin.. aku hanya ingin hidup tenang bersama kekasihku, Jimin. Aku ingin dia selalu hidup bahagia. Hanya itu." Ujarnya lalu beranjak untuk berjalan menjauh dari Jimin yang kini menitikkan air mata.
Ia tidak mengerti, Jimin tidak mengerti mengapa Taehyung melakukannya. Siapa? Siapa yang menginginkan kematiannya hingga membuat Jimin harus melalui semuanya.
Kenapa Taehyung terlihat begitu ketakutan? Apa yang bisa orang itu perbuat sampai Taehyung yang Jimin kenal sebagai orang yang baik lenyap malam ini.
Jimin terisak dan terus berusaha melepaskan tali yang mengekang tubuhnya, ia terus bergerak berharap Taehyung tidak akan kembali dalam waktu dekat. Siapa pun, tolong aku. Jimin mengulang perkataan itu di dalam kepalanya berharap seseorang akan mendatangi gedung terbengkalai ini dan datang untuk menyelamatkannya.
*****Hari berganti hari, Yoongi tidak pernah bisa tidur dan Chaerin terus menerus menangis tanpa berhenti. Ia bahkan tidak bisa datang ke kantornya karena pikirannya terus bercabang, memikirkan segala kemungkinan untuk dapat menemukan Jimin-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"