Bab 34

2.5K 340 261
                                    

Aku baru bisa up karena jadwal bimbinganku mulai santai :")

Selamat menikmati! ❤




Jungkook masih terbangun bahkan ketika malam ini sudah larut, ia masih menatap kosong pintu kamarnya sembari bersandar pada kepala ranjang. Membuat Taehyung yang duduk disampingnya menghela napas dan mengusap kepalanya lembut. Membubuhkan satu kecupan pada pelipis kanannya.

"Tidurlah, kurasa makananmu sudah turun. Kau sudah bisa berbaring sekarang." Ujarnya sembari berdiri dan membawa nampan plastik berisikan piring dan gelas kosong. Keluar dari kamar sang adik kemudian, dan menutup pintu kamarnya perlahan.

Menyisakan Jungkook yang mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring saat sebuah pemikiran terlintas dikepalanya. Ia mengangguk pasti dan terkekeh puas. "Let's see, Min Yoongi." Senyumannya berkembang semakin lebar. "Seberapa jauh kau bisa melindungi Jimin-mu."

Ia meraih ponselnya dan menekan sebuah nomor untuk ia panggil.

Kembali tersenyum di saat orang diseberang sana menjawab teleponnya pada dering ketiga.

"Eoh, hyung!" Sapanya ceria, "aku mengganggumu?" Tanyanya lembut, "ugh! Syukurlah." Ia mendesah lega, "ayo, bertemu besok, hyung!"

Ajaknya tanpa ragu.
*****




Jimin merasakan napasnya semakin memberat kala bibir tipis dan lembut itu menyentuh pundaknya dengan kecupan-kecupan ringan. Membuat dirinya yang tengah memunggungi sang kekasih harus terengah dan meremat erat selimut yang masih membalut tubuhnya.

Sentuhan Yoongi selalu memabukkan, Jimin selalu merasa nyaman dan ingin terus bersandar padanya. Dan sebuah embusan napas berat keluar bersamaan dengan pekikan kecil darinya, kala Yoongi menjalari ceruk leher hingga belakang telinganya dengan jilatan lembut. Meraup daun telinga Jimin untuk ia lumat dengan lembut.

"Aku mencintaimu," bisiknya dengan lembut.

Dan satu buah love bite Yoongi berikan pada ceruk leher Jimin, membuat lelaki yang lebih muda mengerjapkan matanya menahan desakkan gejolak di dadanya. Tubuhnya bergetar kala Yoongi dengan sensual meraba dadanya dan sedikit meremasnya. Membuat Jimin merasa benar-benar terbang.

"Ngaah!" Ia terengah dan melepaskan tangan Yoongi dari atas baju tidurnya dengan sedikit kasar.

Membuat Yoongi terkekeh dan mengecup pelipisnya. "Apa aku mengganggu tidurmu?" Pria yang lebih tua sedikit memundurkan tubuhnya untuk membiarkan Jimin berbalik dan berbaring seutuhnya. Jimin menghela napas sembari menatap langit-langit dengan kosong.

Kantuknya benar-benar hilang sekarang.

"Kenapa kau melakukannya padaku, hyung?" Keluhnya, "kau selalu membuatku menginginkanmu dan kau tidak pernah mau mencoba untuk menuntaskannya." Yoongi tertawa geli mendengar ucapan Jimin. "Jangan tertawa." Kesalnya, "aku merasakan apa yang orang-orang sebut dengan sexual frustration."

Dan Yoongi meledak dalam tawanya, "aigoo~ mianhae, jagiya." Ia mencubit pipi kiri Jimin cukup keras, membuat Jimin memukuli punggung tangannya karena sakit. Yoongi tertawa lalu ia membawa Jimin ke dalam sebuah pelukan. Begitu erat, begitu hangat. Begitu nyaman. Membuat keduanya tersenyum lega dalam pelukan.

Yoongi melepaskan pelukan mereka lalu ikut berbaring menghadap ke arah langit-langit kamar. "Maafkan aku, Jimin-ah. Tapi kau menjalin hubungan bersama seorang pria dewasa, hormonku terkadang benar-benar mengganggu di saat yang tidak tepat. Dan kau masih terlalu muda untuk menjadi pemenuh kebutuhanku, jadi."

"Jadi?" Jimin memiringkan tubuhnya ke arah Yoongi.

"Jadi aku hanya bisa melakukan hal-hal ringan dan menjadikannya bahan untuk berfantasi saat menyelesaikan urusanku." Yoongi menoleh ke arah Jimin dan mengangkat kedua alisnya main-main. Membuat Jimin tertawa dan memukuli dadanya keras.

YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang