Siapa yang suka angst?
"Dokter! Dokter Park! Keluar kau!" Remaja laki-laki itu terus memberontak saat cengkeraman para penjaga keamanan dilengan dan tubuhnya semakin keras. Berteriak mengganggu para pasien yang sedang dalam antrian untuk menunggu dokter tanpa ragu, membuat pihak keamanan harus turun tangan menghadapi dirinya. Tapi dia adalah remaja yang cukup keras kepala, 3 pihak keamanan yang menghadang dirinya tak cukup kuat untuk menarik anak itu pergi dari rumah sakit. "Lepaskan, brengsek! Aku harus bertemu dokter sialan itu!" Keluhnya pada orang-orang berbadan tegap yang mengerumuni tubuhnya.
"Tuan, Anda sudah mengganggu kenyamanan rumah sakit. Tolong ikut kami-"
"Park sialan! Keluar kau! Aku yakin kau akan mengingatku. AKU MEMBUTUHKANMU!"
Klik
Saat pintu ruangan dokter Park terbuka, perlahan keadaan menjadi hening. Para penjaga keamanan segera menunduk sopan dan melepaskan anak lelaki itu saat dokter Park mengangguk kecil dan tersenyum, perlahan anak lelaki itu memajukan langkahnya agar bisa menatap dokter Park lebih dekat. Membuat yang lebih tua tersenyum paksa dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Ia menghela napas dan berkata, "kau mahu menungguku selesai memeriksa pasienku dulu bukan? Masih ada 3 orang pasien sekarang. Dan aku harus menangani mereka. Kau boleh menunggu diluar, atau menunggu di dalam. One condition, jangan membuat suara bising seperti tadi. Well, ini rumah sakit jika kau baca plang besar diluar sana, dude. So, please just wait. Oke?" Ujarnya sembari mulai berbalik untuk kembali keruangan.
Anak lelaki itu mulai bingung dan refleks menarik lengan sang dokter, "kau tidak bisa membuatku menunggu." Ketusnya. Membuat dokter dengan name tag Park Jihoon itu menoleh sembari terkekeh kecil dan berdecih. "Aku 24 tahun by the way, aku yakin aku lebih tua darimu. Jadi hormati aku, dan jangan buang waktuku yang berharga."
Sekali lagi, anak lelaki itu menarik lengan sang dokter. "Kau tidak bisa membuang waktuku dokter. Ini tentangku, juga.. adikku." Mendengar perkataan remaja lelaki itu, pandangan mata Jihoon melemah, ia membalikkan tubuhnya ke arah si remaja laki-laki, menghela napas dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
"Tolong pindahkan jadwal pemeriksaan pasienku untuk dokter Ong sekarang. Aku memiliki pasien khusus disini." Ujarnya sembari mematai sang anak yang hanya tertunduk diam. Penjaga keamanan itu mengerti dan mengangguk pamit, berniat untuk mengurusi permintaan dokter Park. "Come in." Ajaknya pada anak itu, membuat si anak perlahan ikut berjalan ke dalam ruangan. Jihoon segera menutup dan mengunci pintunya, mengisi satu mug berwarna putih dengan air dari dispenser diruang pemeriksaannya. Lalu ia berjalan untuk duduk di kasur matras tempatnya memeriksa pasien. Menepuk ruang disebelahnya agar sang anak duduk disana.
"Jadi siapa namamu?" Tanyanya lembut sembari menyerahkan mug berisi air hangat ketika anak lelaki itu duduk disampingnya. "Min Yoongi, 17 tahun. Dan aku menyukai adikku sendiri." Tubuh Jihoon menegang, matanya membelalak saat mendengar Yoongi mengakuinya dengan santai. "K-kau--"
"Ya, dulu kau pernah mengatakan padaku bahwa aku harus berhenti sebelum semuanya terlambat. Dan aku baru mengerti semuanya sekarang." Yoongi menghela napas, "saat semuanya sudah terlambat."
"Apa maksudmu?" Tanya Jihoon perlahan. "Adikku, kami.."
Jihoon menghela napas dan menunduk dalam, "jangan lanjutkan. Kumohon, aku tidak ingin mengulang semuanya, dan aku tidak bisa membantumu, tidak dengan apapun. Aku tidak bisa. Jadi, silakan keluar." Ujar Jihoon panik dan bangun dari duduknya. "Ayo keluar, kurasa aku benar-benar sibuk sekarang. Jadi, tolong berhenti mencariku mulai sekarang, aku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)
FanfictionA Yoonmin Fanfiction "Orang bilang merasa cemburu saat saudara kita telah dimiliki orang lain adalah hal yang wajar. Tapi bagiku, apa benar begitu?"