Bab 21

3.7K 508 434
                                    

First of all, I wanna say I'm crazy for The Hixtape :')
I can't help myself but screaming :')
Hoseok is so so so so so so so much cool n cute at the same time! I love him! So much :')
Have you guys watched the MV?



And thank you so much for staying with me, still reading and reviewing this book. Altough that I know, maybe the plot in this book is hurting us so bad :')
Tapi aku penganut:
"Happy ending will always be the end of every people stories".

Oops! Did I bluntly give you guys a hint? 😒





"Hyung, bukankah lebih baik jika aku mundur dan membiarkan kau bahagia bersamanya? Itu yang semua orang inginkan, mereka semua mengharapkannya. Lepaskan aku, hyung. Jangan pertahankan lagi cinta yang salah."
-INCEST 2K18-




"Yoongi? Jimin? Kalian sudah bangun? Ayo cepat siap-siap, kami akan menunggu untuk makan malam bersama." Teriak Chaerin dari luar kamar Yoongi, membuat Jimin yang tidur dipelukan Yoongi perlahan mengerjap dan meregangkan otot ditubuhnya. "Ne, Eomma." Teriak Jimin dengan suaranya yang parau. Ia tersenyum saat melihat wajah polos Yoongi tertidur lelap. Jimin sedikit menyesal karena menolak permintaan Yoongi untuk menciumnya siang tadi, tapi Jimin malu, karena hal itu akan mengingatkannya pada betapa polosnya dia saat masih kecil dulu.

"Kau ciuman pertamaku, hyung." Jimin terkekeh dan berniat untuk bangun dari ranjang namun ia merasakan lengan melingkari tubuhnya. Memeluk pundak Jimin erat, "kau juga ciuman pertamaku, mine." Tubuh Jimin menegang kaku saat Yoongi mengecup belakang telinganya, menghirup tengkuk Jimin dalam. "Bisakah kita begini sebentar saja?" Jimin menganggukkan kepalanya membuat Yoongi tersenyum.

"Kenapa kau tidak ingin kucium?" Jimin menggelengkan kepalanya malu, "hanya.. kurasa itu terlalu cepat, kita baru saja bertemu, dan.."

"Dan?" Yoongi mengernyitkan dahinya merasa bingung, "dan.. aku tidak tahu status kita itu apa, jadi.." Yoongi terkekeh membuat Jimin menolehkan kepalanya ke arah Yoongi sebal, Yoongi hanya mengangkat kedua bahunya dan mencebikkan bibirnya. "Kita tidak butuh status, Jimin." Yoongi tersenyum sendu, "status kita sudah jelas sebagai keluarga. Kau adik, aku kakak." Jimin menatap Yoongi sendu. "Y-ya, itu benar. M-maafkan aku, aku tidak berpikir dengan baik."

Jimin menghela napas, ia mencoba untuk beranjak dari ranjang Yoongi dan mencoba menghempaskan lengan yang lebih tua. Yoongi mengalah, ia melepaskan pelukannya pada Jimin, namun sebelum Jimin sempat beranjak dari ranjang, Yoongi menarik lengannya. Mengapit dagu Jimin dengan jarinya. "Dan aku tidak peduli tentang status. Aku menyimpan rasa ini padamu, jauh sebelum aku menyadarinya. Aku tidak akan memintamu untuk membalas cintaku. Cukup bertahan denganku, dan percaya padaku apapun yang kulakukan. Kau boleh pergi dariku, Jimin. Tapi jangan pernah tinggalkan aku, sama seperti aku yang tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak lagi. Tidak akan pernah."

Perlahan Yoongi memajukan kepalanya, berniat untuk memberikan satu kecupan ringan dibibir yang selalu ia rindukan. "Cium aku," pinta Jimin saat bibir Yoongi tepat berada didepan bibirnya. "Jimin?" Ucap Yoongi tak percaya. "Lakukan, hyung. Sama seperti yang kau lakukan dulu. Aku masih Jimin-mu, aku masih seorang anak laki-laki yang berharap untuk menjadi pengantinmu. Bisakah kau mencium calon isterimu?"

Yoongi terkekeh mendengar pertanyaan Jimin. "Apa aku baru saja mendengar permintaan dari pasanganku?" Jimin terkekeh, ia mengangguk lucu dan mengalungkan lengannya dileher Yoongi. "Aku sudah kembali, hyung. Jiminie sudah menjadi anak yang baik, jadi.. bisakah kau menepati janjimu untuk selalu menjadi pelindungku?" Yoongi tersenyum, ia mengusap lembut pipi Jimin dan menatap Jimin dalam. "Aku mencintaimu, Min Jimin."

YOU ARE, MINE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang