Naesala terdiam melihat anak yang muncul entah dari mana di depannya. Dengan reflek dia melihat kebawah, tapi yang dia lihat hanya ruang kosong. Anak di depannya praktis melayang di udara.
Melihat dia tidak menjawab pertanyaannya, anak itu mengerutkan alisnya dan kemudian menatapnya dengan dingin.
"Apa kau bisa memahami-ku?"
Naesala tertegun. Dalam hidupnya tidak pernah seorang pun berbicara dengan nada seperti itu, orang akan selalu berbicara dengannya penuh kasih sayang dan kehangatan.
Sekarang sepasang mata emas tapi seperti jurang dalam yang gelap dengan kedinginan didalamnya. Memberikan perasaan menggigil di belakang punggungnya.
Naesala ingin menangis dengan suara keras, tapi dia terlalu takut untuk melakukannya. Satu - satunya harapan untuk selamat adalah anak di depannya. Dia tidak ingin anak itu pergi karena dirinya.
"Aa-ak u, Y -ya." Suaranya tersendat di tenggorokannya karena ketakutan. Membuat semakin banyak air mata terkumpul di sudut matanya. Dia terlihat semakin putus asa saat, mencoba memaksa suaranya keluar.
"Jangan bergerak." Namun anak itu sepertinya tidak terlalu peduli. Rune hijau muncul di tangannya.
Sesaat kemudian pisau angin terbang ke arah Naesala. Hampir membuat berteriak karena ketakutan, tapi sebelum dia bisa melakukannya, pisau angin sudah memotong semua benang yang mengikatnya.
Membuat tubuhnya jatuh. Naesala merasakan tangan kecil menangkap tangannya kemudian menariknya ke salah satu cabang pohon.
"Te-, terima ka-,sih." Naesala cepat mengucapkan terima kasih saat dia merapikan dirinya sendiri.
"Um, Kita akan pergi."
Anak berambut hitam tersebut mengangguk, kemudian membentangkan kedua tangannya ke arahnnya. Butuh beberapa saat sebelum Naesala mengeti apa yang di maksud anak tersebut.
Itu adalah membawa putri legendaris. Dia sering mendengar dongeng dimana seorang seorang pangeran akan menyelamatkan putri dan membawanya dengan kedua tangan. Dia selalu berharap memiliki pengalaman seperti itu.
Sekarang kesempatan seperti itu terbuka di depannya, hanya saja bukan pangeran yang menyelamatkannya melainkan anak kecil yang dingin yang dapat dengan mudah membuat hatinya membeku.
Dia melirik dua tangan kecil putih di depannya. Dia tidak bisa tidak memikirkan ukuran tubuhnya sendiri.
Penampilannya terlihat seperti gadis berumur 15 - 16 tahun dan memiliki tubuh kecil yang ramping, namun itu masih besar untuk tangan kecil pucat.
Sepertinya anak itu menyadari pikirnya, kemudian berkata.
"Tidak apa - apa, ayo pergi."
Sebelum dia bisa menjawabnya, anak berambut hitam itu langsung merangkul tubuhnya.
"Hyaaa!"
Mereka melompat, namun dia tidak jatuh seperti yang dia harapkan. Tubuhnya penempel pada kedua tangan kecil, tidak ada sensasi tidak nyaman seakan ada kain kasat mata yang menompang tubuhnya.
"Kita akan pergi ke tempat teman - tamanmu yang selamat"
"Teman - teman? Ah!"
Wajah Naesala langsung berubah pucat, namun ada sedikit harapan di matanya.
"Apa-, apa ada mereka selamat."
Dari pada bertanya, kata - kata tersebut lebih seperti seseorang yang memohon. Anak kecil itu tidak menjawab untuk beberapa saat, sebelum melihat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dragons Wandering
FantasyMC adalah remaja normal, tanpa memiliki sesuatu yang menonjol ia menjalani kehidupan yang monoton dan selalu menganggap dirinya hanyalah karakter background. Karena sebuah kecelakaan dia dipanggil ke dunia lain, dan akhirnya bertekad untuk menjadi...