[10]. Cokelat Panas

1.4K 43 0
                                    

Happy Reading
Typo bertebaran(!)

Hujan mengukung begitu deras. Untung saja masih damai karena tidak di sertai petir. Dari tadi Alea sudah geli-geli sendiri menahan dirinya agar tak menerobos hujan dan menari di bawahnya. Jadilah ia hanya menunggu seorang diri di halte. Untung saja ia bawa jaket.

Sebenarnya hari ini giliran Alea berjaga di toko buku. Tadi ia sudah ke sana namun ternyata hari ini toko itu tidak buka. Entah kenapa kak Dika tidak memberitahukannya. Ketika Alea memutuskan pulang, hujan turun dengan derasnya hingga ia harus terjebak di halte bis seorang diri.

Alea semakin merapatkan jaket abu-abu yang di pakainya. Jaket Laskar yang beberapa hari yang lalu di pinjamnya namun belum sempat di kembalikan. Niatnya ingin di kembalikan hari ini, tapi ia lupa lagi. Alea duduk sambil mengayunkan kaki. Beberapa bagian atap halte ini sudah tiris. Membuat air dengan mudah membasahi bagian dalam halte. Untungnya masih ada tempat yang pantas untuk berteduh.

" your hand fits in mine

Like it's made just for me

But bear this is mind

It was meant to be

And i'm joining up the dots

With the freckles on your cheeck

And it all make sense to me "

Alea bersenandung pelan lagu Little Things. Seirama dengan ayunan kakinya. Tangannya di dalam saku jaket. Arah pandangannya menatap butiran air hujan yang turun lalu luruh dan terpecah di atas aspal. Alea sungguh sangat ingin menari lagi di bawah sana. Merentangkan tangan dan berteriak sebebas-bebasnya.

Jika saja ia tak di anggap orang gila jika melakukan hal itu sendirian di tengah jalan.

Jalanan sepi sekali. Hanya satu dua kendaraan yang melintas.

"I won't let these little things

Slip out of my mounth

But if i do

It's you

Oh it's you

They add up to

I'm in love with you

And all these little things "

Alea terus bersenandung ringan. Hingga nyanyian nya terputus sudah saat ponsel di dalam tas nya berdering. Alea segera membuka tasnya dan menemukan ponsel itu. Ternyata itu Om Dimas, ahli waris keluarga mereka. Dimas menelpon pasti karena ada urusan yang sangat penting.

"Hallo, Om?" Sapa Alea dulu.

"Alea, maaf mengganggu, apa Alea sibuk?" Jawab Dimas dari seberang telpon.

"Gak kok Om, ada apa ya?"

"Jadi gini, Alea kapan bisa bertemu sama Bapak itu? Bapak yang minggu lalu Om bilang. Alea bisa kan ya?"

Dada Alea tersentak. Jantungnya berpacu cepat. Tidak. Ia tak akan pernah mau bertemu dengan bapak yang di sebutkan itu. Mau mati pun ia , Alea tak perduli.

"Emang harus ya ketemu dia, Om? " Alea masih berusaha sopan.

"Kasus ini memang udah di tutup, tapi ternyata masih ada beberapa kejanggalan surat menyurat yang harus di perbaiki, jadi hal itu mengharuskan Alea bertemu dengan Bapak itu. Tidak lama-lama kok hanya sebentar. Lagipula kita tidak mungkin melibatkan Nathalia dalam kasus ini jika melihat kondisinya sekarang, "

Laskar Pelangi AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang