To: Luischa
Hujan. Izinin gue.Pesan terkirim. Alea meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas. Duduk di atas jok motornya yang kini terparkir di salah satu emperan toko yang tutup. Matanya menerawang menatap tetes air hujan yang jatuh. Menciptakan riak-riak yang begitu disukainya. Jangan lupakan bahwa ia gadis penikmat hujan. Aroma hujan yang khas menyambut penciumannya.
Alea mengigit bibir bawahnya, jika saja saat ini ia tak ingat jika akan berangkat ke sekolah, mungkin sejak tetes pertama hujan ia sudah mulai berlari dengan kedua tangan terentang.
Karena bosan dan sendirian, Alea kembali mengeluarkan ponselnya. Mulai mengambil beberapa gambar tentang hujan. Memotret langit atau riak air di genangan. Alea tersenyum simpul saat melihat hasilnya. Hingga tak lama kemudian seseorang dengan seragam yang sama ikut menepi di emperan toko tempat Alea berteduh.
Seseorang yang tentu sangat Alea kenali.
"Adam?" Seru Alea. Ia melirik seragam Adam yang kini sudah kuyup separuh. Cowok itu mematikan mesin kendaraannya lalu mulai mengipas seragamnya yang sudah setengah basah itu.
"Alea? Ketemu disini ternyata" jawab Adam cengengesan. Melirik sekilas lalu lanjut membersihkan seragamnya itu hanya dengan talapak tangan.
"Kok lo baru berhenti 'sih? Udah kepalang kuyup gitu jugak" Alea membuka ranselnya. Mengeluarkan beberapa helai tisu. "Nih!" Alea menyerahkan beberapa helai tisu itu.
Adam memandang tisu itu sekilas, lalu berganti menatap Alea dengan sorot aneh, "Al, gue abis kehujanan, bukan kena saus, ga bakalan mempan pake tisu begituan"
Alea berdecih, "kan sebagian dari usaha, protes mulu lo kayak cewek pms"
Adam cemberut, menerima beberapa helai tisu yang kemudian ia jadikan untuk menghapus bekas air di wajahnya.
Alea mengerucutkan bibirnya, ternyata dipake juga. Kemudian ponsel Alea mengeluarkan nada notifikasi. Ia segera menggulir layar, sebuah balasan dari Luischa.
From: Luischa
Oke! Isi kelas baru 4 orang.Alea terkekeh pelan. Baru empat orang? Itu wajar-wajar saja jika pagi-pagi sudah hujan begini. Bahkan beberapa diantara mereka akan ikut terlambat ke sekolah dengan alasan hujan walaupun daerah tempat tinggalnya sedang tidak turun hujan.
"Ketawa kenapa lo?" Tegur Adam. Alea lupa jika ada Adam disana.
"Luischa bales message gue, katanya isi kelas cuma empat orang"
Adam mengangguk,
"Btw, lo udah baca novel yang gue saranin waktu itu?" Alea mengubah topik. Keberadaan Adam disini benar-benar membantu.
"Baru gue pesen online semalam,"
Mata Alea berbinar, "Serius?! Novel itu belum nyampe ke kota kita loh!"
Adam terkekeh, "lo kalo mau minjem ga usah pake basa-basi"
Alea tertawa kecil, "tau banget pacarnya Luischa, eh Luischa apa Refa, ya?"
Adam berdecak, "Apaan sih lo!"
Melihat ekspresi Adam, Alea semakin semangat menggoda, "Ayo! Luischa atau Refa, tapi kok lo waktu itu bela-belain gendong Refa nyampe ke UKS?"
Adam memperbaiki letak kacamatanya, beralih memandang Alea serius, "Kita ini anak IPS, Al. Harus punya jiwa sosial yang tinggi, jadi kalo sesama manusia ada yang kesusahan kita harus membantu, dengan begi--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar Pelangi Alea
Novela Juvenil[S L O W _ U P D A T E] Tentang Alea yang dirundung mendung, banyak lara. Tentang masa lalu kelam yang terlampau menampar dengan paksa. Sakit, trauma berkepanjangan. Alea rapuh. Hanya ingin bahagia. Alea parau, bahkan tercekat. Laskar mungkin ingin...