[4]. Pukul Sebelas

1.9K 72 0
                                    

Alea baru pulang dari rumah Luischa pukul tujuh malam.Itu pun ia basah kuyup karena kehujanan sepanjang perjalanan.Kemungkinan esok hari flu nya akan kambuh lagi.Ia pun segera memutuskan mandi setelah tiba di rumah.

Selesai mandi ia mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang sempat tertunda.Seperti mencuci peralatan makan yang kotor, menyapu ruangan, lalu ia mulai memasak makan malam.Semua kegiatan seperti itu biasa ia lakukan di malam hari.Karena di siang harinya ia sibuk dengan kegiatan sekolah ditambah dengan pekerjaan di toko buku.

Isi kulkas ternyata hanya tersisa sedikit.Entah kapan ia sempat untuk membeli semuanya kembali. Jadilah malam ini ia hanya memasak dua porsi mie instan dengan telur mata sapi.Ia lalu menuju kamar Nathalia dan mulai menyuapi Nathalia makan.Hanya suara dentingan sendok yang terdengar.Setelah tugasnya selesai ia pun menuju kamarnya.

Malam ini ia harus berkutat dengan buku Ekonomi karena besok ada ulangan.Untuk masalah prestasi, Alea tidak perlu di khawatirkan.Ia selalu mendapat peringkat tiga besar di kelas sepuluh-ips-satu.Walau Alea sangat lemah di pelajaran matematika.Ia masih bisa mengimbanginya dengan hal lain.

Pukul sepuluh lewat sepuluh.Alea baru menutup buku pelajarannya.Langsung menuju tempat tidur berharap hari esok menjadi lebih baik.Namun sayang, gadis itu sama sekali tak bisa memejamkan matanya.Entah mengapa ia jadi tidak mengantuk.

Tidak, tidak boleh.Alea harus tidur.Atau sebentar lagi ia akan membiarkan dirinya jatuh ke neraka.Itu sama saja dengan bunuh diri.Alea masih ingin hidup.Namun sampai pukul setengah sebelas, Alea tak kunjung bisa tertidur.

Hachiiimmm

Alea bersin hingga hidungnya mengeluarkan getah bening.Flu nya kambuh lagi.Lebih cepat dari perkiraan akibat dari kehujanan sore tadi.Ini hanya akan membuatnya tambah susah tidur.
Alea memejamkan matanya kuat-kuat.

Pukul sebelas kurang lima belas menit.Alea terus-terusan bersin.Hidungnya tersumbat.Alea sudah resah sekarang.Lima belas menit lagi ia harus benar-benar tertidur.Namun nihil, hingga pukul sebelas kurang lima menit, Alea sudah berkeringat dingin.

Alea meresah, mengeluarkan suara-suara kesakitan.Suara ketakutan.Namun, sama seperti malam-malam sebelumnya , ia harus meminta tolong kepada siapa? Takdir memang kejam, takdir memang kejam.

Pukul Sebelas tepat.

Semuanya pun dimulai dari sini.Alea meresah kuat.Menggigit bibir bawahnya.Alisnya bertaut.Berteriak.Alea sungguh kesakitan.

Bagai menonton sebuah film Alea melihat sepotong kenangan menyakitkan.

Tawanya.Papa.Mama.Gaun.Pesta.Kue.Balon.Mobil.Kamera.Motor.Orang.Terlempar.Tembakan.Saitan.Tangisan.Darah.Merah.Boneka.Hilang.Kakak.Tanah.Kaca.Semuanya.

Semuanya tergambar jelas.Bukan berurutan.Namun seperti puzzle bagi Alea.Alea berteriak parau.Matanya tak bisa dibuka.Kesakitan yang luar biasa.Kesedihan.Sungguh menyedihkan.

Maka malam ini tanpa bisa berbuat apa-apa.Alea dimakan mimpi masa lalu lagi.Selalu tepat pukul sebelas malam.

***

Alea sudah terbangun sejak jam empat pagi dengan sisa-sisa air mata yang sudah mengering.Kepala nya terasa berat dan tenggorokannya serak.Juga flu dan hidungnya yang masih berair.Alea yang tak bisa tertidur lagi memutuskan bangkit menuju kamar mandi.Langsung saja bersiap-siap untuk ke sekolah.Mandi dengan air hangat.

Pukul setengah enam ia sudah selesai.Tidak sarapan, langsung menuju sekolah.Memang masih terlalu pagi, tapi tak ada hal lain yang bisa ia kerjakan di rumah.Membawa motornya dengan kecepatan amat pelan.Sakit kepalanya belum berkurang, juga tenggorokannya. Ia bahkan bersin sebanyak lima kali berturut-turut.Sampai di sekolah pukul enam, bahkan di saat penjaga sekolah belum mulai menyapu pekarangan.Setelah memarkirkan motor ia berjalan menuju kelasnya.

Laskar Pelangi AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang